Buku Biografi yang Layak Dibaca
Buku biografi Kiai Embay adalah upaya Kang Eko Supriatno untuk mengumpulkan remah-remah identitas Kiai Embay yang kerap tercerabut dari akarnya sebagai manusia merdeka dan otonom. Dengan tebal 236 halaman, buku ini adalah hasil kompilasi dari berbagai berita, tulisan, dan catatan media tentang Kiai Embay.
“Saya mencoba meramunya menjadi sebuah kerangka tekstual yang namanya biografi. Dipoles dengan pendekatan sastra, jurnalistik, dan filosofis budaya, untuk menghadirkan gambaran utuh tentang sosok beliau yang memang multidimensi,” jelas Kang Eko.
Kiai Embay, bagi Kang Eko, bukanlah tipe orang yang abai terhadap peristiwa. Beliau dengan rapi meliterasikan pengalaman dirinya dan pengalaman kemanusiaannya. Ini memudahkan Kang Eko melacak jejak pemikiran Kiai Embay melalui buah pena—baik lewat reportase, berita, maupun ulasan.
“Ada spirit ‘perjuangan nilai’ yang melekat pada sikap beliau yang nonkooperatif terhadap segala bentuk ketidakadilan dan penindasan. Misalnya, perjuangan beliau melawan PIK 2 adalah bukti nyata dari konsistensi beliau dalam memperjuangkan keadilan,” papar Kang Eko.
Buku ini mendapatkan respons yang luar biasa. Banyak pihak ingin menjadi tuan rumah bedah buku ini, dan permintaan cetak ulang terus berdatangan. “Ini bukan sekadar apresiasi terhadap buku atau penulisnya, tetapi bukti bahwa keteladanan dan kisah hidup Kiai Embay menyentuh banyak orang,” ujar Kang Eko.
Ia juga mengusulkan agar BRIMA segera merencanakan penerbitan buku lanjutan, yang merangkum pandangan 12 pakar tentang Kiai Embay. “Saya siap standby menjadi juru tulis sampai beres,” ujarnya dengan semangat.
Pandangan Para Pakar
Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., Rektor UIN Jakarta, menyoroti peran Kiai Embay dalam memajukan pendidikan Islam yang inklusif dan moderat. Menurutnya, nilai-nilai yang dibawa Kiai Embay bukan sekadar wacana, tetapi telah diimplementasikan dalam kehidupan nyata. “Mathla’ul Anwar, organisasi yang dipimpinnya, harus terus berperan aktif dalam membangun ekonomi, budaya, dan ketahanan pangan. Kiai Embay telah menunjukkan bahwa pendidikan Islam tidak boleh berhenti pada ritual, tetapi harus menyentuh aspek-aspek kehidupan yang lebih luas,” ujarnya.
Kiai Embay adalah sosok yang langka. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan akhlak dan integritas. Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST., MT., Rektor UNTIRTA, mengenang Kiai Embay sebagai sosok pembelajar sejati. “Sejak SMA, beliau sudah menunjukkan idealisme dan motivasi yang luar biasa. Banyak muridnya yang kini menduduki posisi penting di berbagai bidang, mulai dari ASN, BUMN, hingga TNI-Polri. Ini bukti bahwa kepemimpinannya mampu menginspirasi dan melahirkan generasi unggul,” paparnya.
Kiai Embay bukan hanya tokoh agama, tetapi juga inisiator yang mampu membangun sinergi antara pendidikan, teknologi, dan masyarakat. Prof. Mufti Ali, M.A., Ph.D., Wakil Rektor UIN Banten, menyoroti pemikiran keislaman Kiai Embay yang inklusif dan relevan dengan konteks keindonesiaan. “Teori Maulana Hasanuddin Leadership cocok untuk membedah kepemimpinan Kiai Embay. Beliau tidak hanya bicara tentang agama, tetapi juga tentang ekonomi, budaya, dan pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Andriansyah, M.Si., Rektor UNMA Banten, menekankan peran Kiai Embay dalam membangun pendidikan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. “Kiai adalah sosok yang fasih dalam dunia akademik dan konsisten dalam integritas. Kepemimpinannya menjadi inspirasi bagi pengembangan pendidikan vokasi dan kewirausahaan,” katanya.