BANTEN, biem.co – Dinamika politik Indonesia semakin memanas menjelang Pemilu 2024. Dalam suhu politik yang terus menghangat, satu pertanyaan terus menggema di benak banyak orang: setelah dua periode memimpin, ke mana arah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi)? Di tengah hiruk-pikuk pesta demokrasi yang penuh gejolak ini, perhatian tertuju pada pilihan yang diambil Jokowi pasca-masa jabatannya—apakah ia akan tetap berperan dalam politik nasional melalui sebuah partai? Jika benar, dua nama besar partai politik Indonesia, Golkar dan Gerindra, menjadi sorotan utama.
Dua partai ini memiliki karakter yang kuat, sejarah yang mendalam, dan pengaruh yang tak bisa dipandang sebelah mata. Golkar, dengan akar yang dalam dalam sejarah politik Indonesia, mencerminkan kekuatan institusional dan stabilitas. Di sisi lain, Gerindra hadir dengan semangat perubahan dan pembaruan, yang menawarkan tantangan baru namun penuh potensi. Untuk Jokowi, keputusan ini bukan hanya soal memilih mitra politik. Ini lebih dari itu—ini adalah pilihan strategis yang akan mencetak jejak sejarah politiknya di masa depan. Namun, di balik keputusan pragmatis ini, tersimpan lapisan filosofi, budaya, dan nilai-nilai yang lebih mendalam tentang bagaimana Indonesia harus melangkah ke depan.
Ke mana arah Jokowi setelah 2024? Adakah pilihan antara Golkar atau Gerindra yang mencerminkan esensi dari perjalanan politiknya, ataukah ada pertimbangan yang lebih luas yang mempengaruhi keputusan tersebut? Inilah pertanyaan yang membawa kita untuk menelusuri lebih jauh, bukan hanya sebagai pengamat politik, tetapi juga sebagai masyarakat yang ingin memahami apa yang terbaik untuk bangsa ini. Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam tentang kedua pilihan tersebut, dengan pendekatan yang menggabungkan elemen sastra, jurnalisme, dan filosofi politik yang kaya.
Golkar: Kekuatan Lama yang Tak Tertandingi
Golkar, sebagai salah satu partai politik tertua di Indonesia, memiliki akar yang dalam dalam sejarah politik negara ini. Dikenal sebagai “partai pemerintah” selama Orde Baru, Golkar telah lama menjadi tulang punggung politik Indonesia, berfungsi sebagai mesin politik yang menggerakkan kebijakan negara di bawah pengaruh kekuasaan. Lebih dari sekadar partai, Golkar adalah simbol stabilitas, sebuah institusi yang telah menapaki perjalanan panjang sejak era Soeharto, membawa serta banyak pemimpin besar yang berperan dalam merajut jalannya pemerintahan.[1]
Golkar menawarkan sesuatu yang sangat berarti bagi Jokowi: stabilitas dan pengaruh. Sejak awal masa pemerintahannya, hubungan Jokowi dengan Golkar sudah terjalin erat, bahkan sejak ia merintis karier politik di Jakarta. Dalam menghadapi kompleksitas politik nasional, Golkar, dengan infrastruktur yang matang dan kader-kader berpengalaman, memberikan jaminan bahwa program-program pembangunan Jokowi akan terus berjalan dengan lancar. Sebagai partai yang memiliki jaringan luas hingga ke pelosok negeri, Golkar menawarkan kedekatan dengan masyarakat yang tak ternilai. Di sini, Jokowi bisa menggantungkan harapan untuk menjaga kesinambungan proyek-proyek pembangunan yang telah dimulainya.[2]
Namun, Golkar bukanlah tanpa tantangan. Keberadaannya yang terstruktur dan sangat institusional kadang-kadang menciptakan kesan bahwa partai ini lebih berorientasi pada konsolidasi internal daripada memperjuangkan perubahan besar. Golkar, yang terbiasa dengan kebijakan yang lebih stabil dan hati-hati, bisa jadi lebih memperhatikan kepentingan partai ketimbang mendorong kebijakan radikal yang mencerminkan perubahan struktural besar. Di tengah hubungan yang kadang kali sangat personal antara penguasa dan partai besar, ada ketegangan antara kebutuhan untuk melanjutkan kebijakan jangka panjang dan kecenderungan untuk memprioritaskan kepentingan politik jangka pendek.[3]
Gerindra: Semangat Baru, Tantangan Baru
Di sisi lain, Gerindra adalah simbol pembaruan, sebuah partai yang hadir dengan semangat dan energi baru. Dengan kepemimpinan Prabowo Subianto yang penuh semangat, Gerindra berjuang untuk membawa angin perubahan dalam politik Indonesia, berfokus pada kebutuhan rakyat yang menginginkan perombakan struktural. Gerindra, meskipun relatif muda, sudah mampu menunjukkan kekuatannya, baik di parlemen maupun dalam peta politik nasional. Partai ini berbicara kepada mereka yang merasa terpinggirkan oleh kekuatan politik lama dan menawarkan alternatif yang lebih segar, lebih berani, dan lebih berfokus pada perubahan.[4]
Gerindra menawarkan kepada Jokowi sebuah peluang untuk memulai sebuah babak baru dalam politik Indonesia. Di dalamnya terdapat janji akan perubahan, sebuah tantangan baru yang bisa menjadi warisan politik yang berbeda. Namun, ada pertanyaan besar yang mengemuka: apakah Jokowi siap untuk bergabung dengan Gerindra yang memiliki ideologi yang terkadang bertentangan dengan narasi pembangunan yang telah dia bangun selama dua periode pemerintahannya?
Perbedaan ideologis ini mungkin bukan hanya soal perbedaan cara pandang, tetapi juga soal visi masa depan Indonesia yang lebih mendalam.[5]
Gerindra juga memiliki basis pendukung yang sangat loyal, tetapi ada yang berpendapat bahwa partai ini lebih terfokus pada kekuatan figur, terutama Prabowo, daripada ideologi yang koheren. Jika Jokowi bergabung dengan Gerindra, akan ada spekulasi tentang apakah langkah itu akan melemahkan integritas dan independensinya atau justru memberi ruang untuk memperkuat peranannya dalam politik Indonesia. Tantangan yang dihadapi Gerindra—meski penuh dengan semangat pembaruan—adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.[6]
Mencari Jalan: Stabilitas atau Perubahan?
Bagi Jokowi, pilihan antara Golkar dan Gerindra bukan hanya sekadar soal taktik politik, tetapi juga soal filosofi dan nilai yang ingin dia pegang dalam menghadapi masa depan. Golkar, dengan sejarah panjangnya yang penuh dengan dinamika politik, menawarkan sebuah jembatan antara masa lalu dan masa depan, sebuah tradisi yang dihormati oleh banyak kalangan. Golkar berbicara tentang stabilitas, hubungan yang berbasis pada senioritas, dan semangat gotong royong yang kuat di dalam budaya politiknya. Ini adalah pilihan bagi mereka yang percaya pada pentingnya kontinuitas dan kehati-hatian dalam mengambil langkah.[7]
Di sisi lain, Gerindra menawarkan filosofi yang lebih berani dan penuh tantangan. Di dalam partai ini, ada semangat perubahan yang menuntut tindakan konkret dan cepat untuk merombak sistem yang ada. Gerindra berbicara kepada mereka yang merasa bahwa Indonesia membutuhkan terobosan besar untuk maju, dan bahwa hanya dengan perubahan radikal, bangsa ini bisa mencapai potensi penuhnya. Namun, perubahan itu juga bisa berarti gejolak dan kontradiksi, terutama dalam menghadapi tantangan ideologis dan politik yang tak terhindarkan.[8]
Apakah Jokowi akan memilih Golkar, yang menawarkan jaminan stabilitas dan keberlanjutan, atau Gerindra, yang mengusung semangat perubahan dan tantangan baru? Ini bukan sekadar soal politik jangka pendek, tetapi juga soal bagaimana Jokowi ingin dikenang dalam sejarah Indonesia.
Pilihan ini lebih besar dari sekadar keputusan politik—ini adalah pilihan tentang bagaimana membentuk masa depan bangsa, bagaimana melanjutkan warisan, dan bagaimana memastikan bahwa langkah Indonesia ke depan adalah langkah yang tepat, bijaksana, dan penuh makna.[9]
Seiring berjalannya waktu, pilihan politik Jokowi pasca-2024 akan menjadi cermin dari visinya untuk Indonesia. Apakah ia akan bertahan pada tradisi yang sudah mapan, ataukah ia akan menantang arus, mengukir sejarah baru yang lebih dinamis? Inilah pertanyaan yang akan terjawab di Pemilu 2024, dengan dua pilihan besar yang masing-masing menawarkan pandangan tentang masa depan Indonesia.[10]
Pilihan yang Menentukan
Pada akhirnya, keputusan Pak Jokowi untuk memilih Golkar atau Gerindra bukan sekadar soal taktik politik, tetapi sebuah langkah besar yang akan menentukan arah Indonesia ke depan. Golkar, dengan kekuatannya yang mapan dan jaringan luas, menawarkan stabilitas yang dibutuhkan untuk melanjutkan agenda politik yang telah dibangun. Di sisi lain, Gerindra, meskipun lebih berisiko, menghadirkan semangat pembaruan yang dapat membuka jalan bagi transformasi lebih jauh, membawa Indonesia ke arah yang lebih progresif.[11]
Pilihan ini mencerminkan bagaimana Jokowi ingin dikenang: apakah sebagai pemimpin yang menjaga kestabilan, ataukah sebagai penggerak perubahan yang berani menantang status quo. Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, keputusan ini akan menjadi fondasi bagi masa depan Indonesia, yang akan terus berkembang dalam dinamika politik, sosial, dan budaya. Sebuah pilihan yang, lebih dari sekadar politik, adalah tentang bagaimana kita menatap masa depan dengan harapan dan keyakinan.[12] (Red)
Bung Eko Supriatno, penulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan di Fakultas Hukum dan Sosial Universitas Mathla’ul Anwar Banten.
DAFTAR PUSTAKA
BBC News Indonesia. (2024). Pemilu 2024: Jokowi, Gibran, dan ‘kendaraan politik’ bernama Golkar: Ke mana langkah Jokowi setelah lengser? Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cl4k6v13ry5o
BBC News Indonesia. (2024). Pilpres 2024: Jokowi Dulu dan Sekarang, Antara ‘Harapan dan Kenyataan’. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cprxqvwp7ldo
Detik. (2024). Cakrawala Politik Jokowi Menjelang Pemilu 2024. Diakses dari https://news.detik.com/kolom/d-6924780/cakrawala-politik-jokowi-menjelang-pemilu-2024
ICW. (n.d.). Refleksi Pemilu 2024: Ambisi Politik dan Kekalahan Hukum. Diakses dari https://antikorupsi.org/id/refleksi-pemilu-2024-ambisi-politik-dan-kekalahan-hukum
Kompas. (2023). Signifikansi Jokowi dalam Pilpres 2024. Diakses dari https://www.kompas.id/baca/riset/2023/10/09/signifikansi-jokowi-dalam-pilpres-2024
Kompas. (2024). Hasil Pemilu 2024 dan Perubahan Peta Kekuatan Politik di Parlemen. Diakses dari https://www.kompas.id/baca/polhuk/2024/03/21/hasil-pemilu-2024-dan-berubahnya-peta-kekuatan-politik-di-parlemen
Lemhannas. (2022). Pemilu 2024 Waktunya Demokrasi Gagasan, Bukan Demokrasi Pengkultusan. Diakses dari https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1670-pemilu-2024-waktunya-demokrasi-gagasan-bukan-demokrasi-pengkultusan
Liputan6.com. (n.d.). Jokowi Jadi King Maker di Pemilu 2024, PDIP: Presiden Punya Etika Politik dan Sopan Santun. Diakses dari https://www.liputan6.com/pemilu/read/5251934/jokowi-jadi-king-maker-di-pemilu-2024-pdip-presiden-punya-etika-politik-dan-sopan-santun
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan. (n.d.). Peluang dan Tantangan Partai Politik Baru Jelang Pemilu… Diakses dari Nakhoda.
Filosofi: Publikasi Ilmu Komunikasi, Desain, Seni Budaya. (n.d.). Analisis Framing Komunikasi Politik Jokowi tentang Indonesia… Diakses dari Filosofi Journal.
[1] BBC News Indonesia. (2024). Pemilu 2024: Jokowi, Gibran, dan ‘kendaraan politik’ bernama Golkar: Ke mana langkah Jokowi setelah lengser? Diakses dari BBC News. Artikel ini menjelaskan sejarah panjang Golkar dalam politik Indonesia dan peranannya dalam stabilitas politik negara. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cl4k6v13ry5o
[2] Kompas. (2024). Hasil Pemilu 2024 dan Perubahan Peta Kekuatan Politik di Parlemen. Diakses dari Kompas. Menyajikan analisis mendalam tentang stabilitas politik yang dihadirkan oleh Golkar dalam peta politik Indonesia. https://www.kompas.id/baca/polhuk/2024/03/21/hasil-pemilu-2024-dan-berubahnya-peta-kekuatan-politik-di-parlemen
[3] Detik. (2024). Cakrawala Politik Jokowi Menjelang Pemilu 2024. Diakses dari Detik. Membahas hubungan Jokowi dengan Golkar dan stabilitas politik yang dapat dijaga melalui partai ini. https://news.detik.com/kolom/d-6924780/cakrawala-politik-jokowi-menjelang-pemilu-2024
[4] Lemhannas. (2022). Pemilu 2024 Waktunya Demokrasi Gagasan, Bukan Demokrasi Pengkultusan. Diakses dari Lemhannas. Menyentuh pentingnya gagasan dalam politik Gerindra dan potensi perubahannya di Indonesia. https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1670-pemilu-2024-waktunya-demokrasi-gagasan-bukan-demokrasi-pengkultusan
[5] Kompas. (2024). Hasil Pemilu 2024 dan Perubahan Peta Kekuatan Politik di Parlemen. Diakses dari Kompas. Menyajikan analisis mendalam tentang stabilitas politik yang dihadirkan oleh Golkar dalam peta politik Indonesia. https://www.kompas.id/baca/polhuk/2024/03/21/hasil-pemilu-2024-dan-berubahnya-peta-kekuatan-politik-di-parlemen
[6] BBC News Indonesia. (2024). Pilpres 2024: Jokowi Dulu dan Sekarang, Antara ‘Harapan dan Kenyataan’. Diakses dari BBC News. Analisis tentang dinamika politik yang berhubungan dengan pilihan Jokowi dan Gerindra. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cprxqvwp7ldo
[7] Kompas. (2023). Signifikansi Jokowi dalam Pilpres 2024. Diakses dari Kompas. Menelaah peran Jokowi dalam politik jangka panjang Indonesia dan kedekatannya dengan Golkar. https://www.kompas.id/baca/riset/2023/10/09/signifikansi-jokowi-dalam-pilpres-2024
[8] Liputan6.com. (n.d.). Jokowi Jadi King Maker di Pemilu 2024, PDIP: Presiden Punya Etika Politik dan Sopan Santun. Diakses dari Liputan6. Diskusi tentang tantangan perubahan yang dibawa oleh Gerindra dalam sistem politik Indonesia. https://www.liputan6.com/pemilu/read/5251934/jokowi-jadi-king-maker-di-pemilu-2024-pdip-presiden-punya-etika-politik-dan-sopan-santun
[9] ICW. (n.d.). Refleksi Pemilu 2024: Ambisi Politik dan Kekalahan Hukum. Diakses dari ICW. Menyoroti pemilihan politik Jokowi yang akan membentuk masa depan Indonesia. https://antikorupsi.org/id/refleksi-pemilu-2024-ambisi-politik-dan-kekalahan-hukum
[10] Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan. (n.d.). Peluang dan Tantangan Partai Politik Baru Jelang Pemilu… Diakses dari Nakhoda. Melihat tantangan partai baru seperti Gerindra dalam memperjuangkan ideologi yang kuat.
[11] Kompas. (2023). Signifikansi Jokowi dalam Pilpres 2024. Diakses dari Kompas. Menelaah peran Jokowi dalam politik jangka panjang Indonesia dan kedekatannya dengan Golkar. https://www.kompas.id/baca/riset/2023/10/09/signifikansi-jokowi-dalam-pilpres-2024
[12] Filosofi: Publikasi Ilmu Komunikasi, Desain, Seni Budaya. (n.d.). Analisis Framing Komunikasi Politik Jokowi tentang Indonesia… Diakses dari Filosofi Journal. Menyajikan perspektif tentang bagaimana keputusan Jokowi akan mempengaruhi perubahan politik Indonesia.