InspirasiOpini

Evolusi Bahasa Indonesia di Era Generasi Alpha: Antara Tren Global dan Identitas Lokal

Oleh: Allya Mahira, Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BANTEN, biem.co – Pernahkah Anda mendengar istilah seperti rizz, mewing, atau slay di percakapan sehari-hari anak muda? Generasi Alpha—anak-anak yang lahir di era digital—membawa perubahan besar pada cara kita berbahasa. Di tengah dunia yang terkoneksi tanpa batas, bahasa Indonesia kini menghadapi dua sisi mata uang: tantangan untuk tetap menjadi identitas nasional dan peluang untuk terus berkembang dengan pengayaan kosakata baru.

Mungkin bagi sebagian orang, tren ini terlihat sederhana. Namun, bagi para ahli bahasa, perubahan ini mencerminkan dinamika budaya dan teknologi yang terjadi secara besar-besaran. Bahasa Indonesia tidak lagi hanya digunakan sebagai alat komunikasi formal, tetapi juga menjadi ruang eksperimen dan kreativitas generasi muda.

Karakteristik Bahasa Generasi Alpha

Generasi Alpha adalah generasi pertama yang sepenuhnya tumbuh dalam dunia digital. Tidak heran, budaya digital mendikte cara mereka berbicara dan berkomunikasi.

  1. Terpengaruh Budaya Digital

Internet membawa tren global yang dengan cepat diadopsi Generasi Alpha. Istilah seperti rizz (kemampuan menarik perhatian) dan glow up (transformasi penampilan ke arah yang lebih baik) menjadi kosa kata sehari-hari. “Rizz-nya si Arya parah banget, semua orang langsung terkesan!” adalah contoh sederhana bagaimana istilah ini digunakan dalam percakapan.

  1. Campur Kode yang Kreatif

Campuran bahasa Indonesia dan Inggris menjadi gaya komunikasi yang populer. Contohnya, “Aku lagi cari vibes yang cocok buat healing.” Perpaduan ini menunjukkan kemampuan Generasi Alpha untuk menyesuaikan diri dengan dua dunia: lokal dan global.

  1. Penggunaan Bahasa yang Cepat dan Santai

Bahasa yang digunakan cenderung singkat, santai, dan efisien. Singkatan seperti OTW (on the way) dan istilah seperti santuy (santai) menjadi bagian dari gaya komunikasi sehari-hari mereka.

  1. Penyebaran Tren Melalui Media Sosial

Media sosial seperti TikTok dan Instagram mempercepat penyebaran istilah-istilah baru. Misalnya, “mewing,” yang awalnya istilah medis, kini menjadi tren kecantikan yang banyak dibicarakan anak muda.

Peluang Bahasa Indonesia di Era Digital

Perubahan ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar untuk memperkaya bahasa Indonesia.

  1. Memperkaya Bahasa

Tren global membawa istilah baru yang bisa diserap dan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, istilah seperti “vibes” atau “mood” kini sering digunakan dalam percakapan anak muda. Ini menunjukkan fleksibilitas bahasa Indonesia untuk berkembang mengikuti zaman.

  1. Promosi Bahasa Melalui Kreativitas Digital

Kreator konten menjadi ujung tombak dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia di dunia digital. Video pendek, podcast, dan meme yang menggunakan bahasa Indonesia dapat memperkuat penggunaannya di kalangan Generasi Alpha.

  1. Peningkatan Literasi Digital  

Platform edukasi digital yang menggunakan bahasa Indonesia dapat menjadi cara menarik untuk memperkenalkan kembali bahasa nasional kepada generasi muda.

Tantangan yang Harus Dihadapi

Meski membawa peluang, tren ini juga menimbulkan tantangan besar bagi keberlanjutan bahasa Indonesia.

  1. Dominasi Bahasa Asing

Istilah-istilah dari bahasa Inggris sering kali mendominasi percakapan sehari-hari. Akibatnya, istilah bahasa Indonesia yang setara, seperti “suasana baik” untuk menggantikan “vibes bagus,” menjadi kurang populer.

  1. Penurunan Kemampuan Bahasa Formal

Anak muda semakin jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi di situasi formal, seperti akademik atau dunia kerja.

  1. Peran Bahasa Daerah yang Menyusut

Selain bahasa Indonesia, bahasa daerah juga semakin tergerus. Generasi Alpha yang tumbuh dalam budaya global cenderung lebih mengenal istilah asing dibandingkan bahasa ibu mereka.

Strategi Melestarikan Bahasa Indonesia

Diperlukan langkah nyata untuk memastikan bahasa Indonesia tetap relevan dan menjadi bagian dari identitas bangsa.

  1. Mengintegrasikan Bahasa Indonesia ke Tren Global

Bahasa Indonesia perlu mengikuti tren global dengan tetap mempertahankan identitasnya. Misalnya, menciptakan istilah lokal yang bisa menggantikan kata seperti rizz atau mood.

  1. Meningkatkan Konten Lokal di Media Sosial

Konten kreatif dalam bahasa Indonesia harus diperbanyak. Video edukasi, kampanye daring, atau meme lucu dalam bahasa Indonesia dapat menarik perhatian Generasi Alpha.

  1. Pendidikan Bahasa yang Inovatif  

Pendidikan bahasa Indonesia perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar Generasi Alpha. Aplikasi berbasis gim atau video interaktif dapat menjadi alat yang efektif.

Bahasa Indonesia berada di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Di satu sisi, bahasa ini menghadapi tantangan dari dominasi budaya global. Di sisi lain, perubahan ini membuka peluang besar untuk menjadikan bahasa Indonesia lebih dinamis dan relevan bagi generasi muda.

Generasi Alpha adalah kunci masa depan bahasa Indonesia. Dengan kreativitas mereka, bahasa Indonesia bisa terus berkembang tanpa kehilangan identitas lokalnya. Maka, mari kita jadikan bahasa Indonesia sebagai kebanggaan di tengah derasnya arus globalisasi. (Red)

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button