BOGOR, biem.co – Sebagai lulusan dari Ilmu Pangan, saya menyadari bahwa peran saya dalam 5 – 10 tahun kedepan tidak hanya bergantung pada keahlian teknis saja. Saya memahami bahwa sektor pangan sedang menghadapi tantangan global yang kompleks, dan mendesak.
Tantangan tersebut seperti perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produksi dan ketersediaan bahan pangan, pertumbuhan populasi yang menyebabkan kelangkaan sumber daya alam seperti air bersih dan lahan subur yang semakin terbatas, serta tuntutan konsumen terhadap pangan yang lebih sehat, aman dan berkelanjutan.
Semua hal ini membutuhkan pendekatan yang inovatif, multidisiplin, dan terintegritas untuk menghasilkan solusi yang tidak hanya efektif tetapi juga berkelanjutan. Pendekatan STE(A)M menjadi solusi yang paling tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
Pendekatan STE(A)M adalah metode pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika secara kolaboratif. Metode ini dirancang untuk membantu pengembangan berbagai keterampilan abad ke-21 ynag relevan dalam kehidupan sehari – hari, seperti kemampuan bernalar, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, kreativitas, investigasi, pembelajaran mandiri, literasi teknologi, serta kerjasama dan kolaborasi dalam tim, bersama dengan berbagai keterampilan lainnya (Adlina 2022).
Dalam konteks ini saya melihat bahwa diri saya memiliki peran yang strategis sebagai solusi. Dengan latar belakang pendidikan di bidang ilmu pangan, saya memiliki pemahaman mendalam tentang sifat bahan pangan, teknologi pengolahan, dan dinamika industri pangan.
Melalui pendekatan STE(A)M ini, saya dapat memadukan keahlian saya dengan berbagai disiplin ilmu untuk menghadirkan inovasi yang berdampak positif.
Dimulai dengan ilmu sains yang merupakan fondasi utama dalam bidang ilmu pangan, memberikan wawasan yang mendalam mengenai sifat, komposisi, dan aspek keamanan bahan pangan. Sains juga dipandang sebagai faktor kunci yang mendorong transformasi menuju keberlanjutan (Tetley dan Koch 2024).
Dalam 5-10 tahun kedepan saya berencana untuk melakukan penelitian pangan berkelanjutan seperti yang berfokus pada potensi limbah dari berbagai macam kulit buah yang selama ini dianggap tidak benilai atau dibuang begitu saja.
Kulit buah seperti kulit jeruk, pisang, mangga, atau apel, sering kali kaya akan senyawa bioaktif yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan manusia. Selain manfaat kesehatan, penelitian ini juga mendukung prinsip keberlanjutan dengan mengurangi limbah pangan dan menciptakan nilai dari produk samping industri pertanian atau pengolahan buah.
Dengan demikian, riset tentang pemanfaatan kulit buah tidak hanya memberikan inovatif untuk memanfaatkan sumber daya yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan limbah dan penyediaan produk mangan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri pangan, yang kini semakin terdorong untuk menjadi lebih baik, efisien, transparan, dan berkelanjutan. Dalam peran saya sebagai lulusan ilmu pangan, teknologi menjadi alat utama yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai tantangan, seperti limbah pangan.
Salah satu pendekatan yang relevan adalah penerapan teknologi blockchain, yang telah dianut oleh para teoretikus dan praktisi bisnis di seluruh dunia sebagai solusi untuk meningkatkan transparansi dan kemapuan pelacakan dalam rantai pasok pangan.
Blockchain dianggap memiliki potensi besar untuk mentransformasi industri pangan dengan menawarkan manfaat berupa fleksibilitas dan transparansi. Teknologi ini mendukung terciptanya sistem pelacakan yang andal dan aman, yang memungkinkan pemantauan produk pangan secara menyeluruh (Duan et al. 2024).
Dengan teknologi ini, setiap langkah dalam rantai pasok mulai dari proses produksi hingga distribusi ke konsumen, dapat dilacak secara real-time dan didokumentasikan secara permanen. Blockchain memungkinkan konsumen mengetahui asal – usul produk yang mereka konsumsi, seperti sumber bahan baku, metode produksi, dan sertifikasi keberlanjutan, sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas dan keamanan produk.
Dengan pendekatan STE(A)M, teknologi ini tidak hanya memanfaatkan sains dan teknologi dalam pengembangan sistem blockchain, tetapi juga memanfaatkan rekayasa untuk merancang sistem distribusi pangan yang efisien.
Dengan memanfaatkan teknologi modern, saya percaya bahwa solusi seperti ini dapat memperbaiki sistem pangan global secara keseluruhan.
Sebagai lulusan ilmu pangan, memahami aspek rekayasa sangat penting untuk merancang dan mengembangkan sistem produksi pangan yang tidak hanya efisien tetapi juga ramah lingkungan. Salah satu peran utama saya dalam hal ini adalah dengan merancang sistem produksi zero-waste, dimana setiap tahap produksi dioptimalkan untuk mengurangi, mendaur ulang, atau bahkan mengolah limbah pengan shingga tidak ada sisa yang terbuang.
Dengan pendekatan ini, limbah dari proses pengolahan makanan dapat diubah menjadi produk bernilai tambah seperti bahan baku baru untuk industri lain. Dalam konteks STE(A)M saya akan menggabungkan sains untuk mempelajari proses biokimia yang terlibat dalam pengolahan limbah, teknologi untuk mengembangkan peralatan dan sistem yang efisien, rekayasa untuk merancang proses yang terintegrasi dan dapat diterapkan secara luas, serta seni untuk merancang proses dan produk yang menarik bagi pengguna atau konsumen.
Seni memainkan peran yang tidak kalah penting dalam menjebatani ilmu pengetahuan dan masyarakat, karena seni mampu menyampaikan pesan yang kompleks dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Dalam 5-10 tahun kedepan, saya berencana memanfaatkan seni untuk merancang edukasi yang kreatif dan berdampak mengenai pentingnya gaya hidup sehat, konsumsi pangan local, dan pengaruh limbah pangan.
Melalui pendekatan ini, saya akan menggunakan berbagai media seni, seperti desain grafis, ilustrasi, dan video animasi untuk menyampaikan informasi dengan cara yang visual dan menarik. Dalam edukasi ini, elemen seni tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pendorong perubahan perilaku masyarakat.
Dengan memanfaatkan sains dan teknologi saya dapat memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat dan berbasis data terbaru tentang nutrisi, keberlanjutan, dan pengolahan limbah. Rekayasa juga dapat digunakan untuk merancang media dan platform yang interaktif seperti aplikasi edukasi yang menggabungkan elemen permainan untuk mengajarkan pentingnya pola makan sehat dan pengurangan limbah.
Matematika adalah elemen fundamental dalam menganalisis data dan membuat keputusan yang efektif, terutama dalam idustri pangan dimana kompleksitas formulasi produk memerlukan pendekatan yang cermat dan berbasis data.
Dalam peran saya sebagai lulusan ilmu pangan, matematika dapat digunakan untuk mengoptimalkan formulasi produk pangan, menggabungkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kualitas terbaik dengan biaya produksi yang efisien.
Penggunaan simulasi dan model matematis memungkinkan saya untuk mengevaluasi berbagai kombinasi bahan baku dan proses pengolahan secara virtual sebelum produksi skala besar dilakukan. Dengan pendekatan ini dapat membantu dalam penyesuaian formulasi untuk memenuhi standar regulasi pangan, seperti keamanan dan nilai gizi, dengan memastikan bahwa produk tetap memenuhi persyaratan yang ada.
Dalam konteks STE(A)M, matematika berperan tidak hanya dalam aspek numerik dan perhitungan, tetapi juga dalam integrasi dengan sains untuk memahami sifat bahan pangan, teknologi untuk mendukung simulasi computer dan analisis data, rekayasa untuk merancang proses produksi yang efisien, serta seni untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan juga menarik secara visual dan estetis.
Dengan menggunakan pendekatan ini, saya dapat menciptakan produk pangan yang berkualitas tinggi, inofatif, dan ramah biaya, berkontribusi pada keberlanjutan dan daya saing dalam industri pangan. (Red)
DAFTAR PUSTAKA
Adlina N. 2022. Inovasi Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 dengan Pendekatan STEAM di Era Society 5.0. J. Syntax Imp. J. Ilmu Sos. dan Pendidik. 2(6):120.doi:10.36418/syntax-imperatif.v2i6.134.
Duan K, Onyeaka H, Pang G. 2024. Leveraging blockchain to tackle food fraud: Innovations and obstacles. J. Agric. Food Res. 18(September):101429.doi:10.1016/j.jafr.2024.101429.
Tetley C, Koch S. 2024. Narratives of research collaboration for sustainability at the global science-policy interface: A vehicle for inequality or transformation? Environ. Sci. Policy. 155(February):103708.doi:10.1016/j.envsci.2024.103708.