BOGOR, biem.co – Dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, penerapan STE(A)M (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) di bidang pangan sangat bergantung pada pendekatan multidisiplin yang inovatif. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi abad ke-21, pengetahuan baru dapat diakses dengan mudah. Namun, era ini juga membawa tantangan besar bagi masyarakat global. Setiap individu dituntut memiliki kemampuan untuk mencari, memahami, dan mengolah informasi secara efektif agar dapat menjawab berbagai tantangan yang meuncul. Pendekatan multidisiplin seperti STE(A)M menjadi semakin penting untuk menghadapi situasi ini. Sebagai seseorang yang berlatar belakang ilmu pangan, saya percaya bahwa penerapan STE(A)M dapat membantu mendorong inovasi yang berdampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang (Fathoni 2020). STE(A)M muncul sebagai jawaban atas kebutuhan dunia kerja akan sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat mendorong perkembangan masyarakat ke tingkat yang lebih baik. Pendekatan ini bertujuan membentuk individu dengan kemampuan berfikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama dalam memecahkan masalah, sesuai dengan tuntutan dunia kerja saat ini. Selain itu, kualitas sumber daya manusia ini harus ters ditingkatkan seiring perkembangan zaman. Pendekatan STE(A)M juga dianggap sebagai panduan konseptual yang sistematis, yang dirancang untuk mengatur pengalaman belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan cara yang terpadu dan menyeluruh (Winarni et al. 2016).
Manusia sepanjang hidupnya selalu membutuhkan makanan dari sumber nabati maupun hewani. Ilmu pengetahuan memiliki peran penting dalam memahami kandungan gizi, sifat fisikokimia, dan keamanan bahan pangan, sekaligus menentukan metode terbaik untuk mengolah, menyimpan dan memanfaatkannya agar tetap bergizi dan aman dikonsumsi. Sejak masa primitif, teknologi sederhana seperti pengeringan telah dignakan untuk mengawetkan bahan pangan seperti daging dan ikan. Dalam 5-10 tahun ke depan, saya berencana memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai landasan utama untuk mengembangkan inovasi di bidang pangan. Dengan pemahaman tentang biokimia, mikrobiologi dan nutrisi, saya ingin menciptakan produk pangan yang lebih sehat, bergizi dan aman bagi semua kalangan. Salah satu fokus saya adalah mengoptimalkan potensi rempah-rempah indonesia sebagai pengawet alami yang tidak hanya memperpanjang umur simpan produk, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan. Penelitian terhadap senyawa aktif dalam rempah-rempah dapat menghasilkan pangan fungsional yang membantu mencegah penyakit kronis seperti kanker, jantung dan diabetes. Dengan pendekatan ini, saya berharap dapat berkontribusi pada pengembangan pangan yang aman dan bermanfaat bagi masyarakat.
Saat ini, teknologi memiliki peran besar dalam mendorong inovasi di bidang ilmu pangan. Berkat kemajuan teknologi, berbagai tantangan dalam produksi, pengolahan, distribusi, hingga pelestarian makanan dapat diselesaikan dengan lebih efisien. Saya berencana memanfaatkan teknologi fermentasi modern untuk menciptakan produk pangan fungsional yang kaya probiotik dan prebiotik, yang dirancang untuk mendukung kesehatan masyarakat, seperti memperkuat sistem imun atau mengurangi risiko penyakit kronis. Selain itu, teknologi juga dapat meningkatkan efisiensi sekaligus menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Misalnya, dengan menggunakan energi terbarukan dalam proses pengolahan atau menerapkan teknologi untuk mendaur ulang limbah pangan sehingga dampak terhadap lingkungan bisa diminimalkan. Dengan teknologi, pengembangan inovasi pangan bisa lebih cepat dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
Engineering dalam STE(A)M adalah kumpulan pengetahuan desain produk dan proses buatan manusia yang dirancang untuk memecahkan masalah (Winarni et al. 2016). Pendekatan ini mencakup cara-cara untuk merancang, menciptakan, dan membangun sesuatu yang bermanfaat dengan memanfaatkan bahan dasar secara efektif. Dalam bioteknologi pangan, engineering berperan dalam penggunaan teknik, alat dan bahan untuk meciptakan produk inovatif. Perannya juga melibatkan penerapan konsep ilmu pengetahuan, matematika, dan teknologi (Gunawan 2019). Selain itu, engineering memungkinkan pengembangan teknologi otomatisasi di pabrik pengolahan pangan, seperti penggunaan smart sensors untuk memantau kualitas produk selama proses produksi. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas tetapi juga memastikan standar kualitas produk tetap terjaga.
Penelitian (Sam dan Rahayu 2022), integrasi seni juga terlihat dalam inovasi produk makanan dan strategi pemasaran. Seni dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir kreatif untuk menghasilkan ide-ide baru. Dalam pemasaran produk makanan, seni terlihat dalam penggunaan bahasa promosi dan strategi kinestetik yang menarik perhatian konsumen. Keterampilan ini mencakup cara berbicara, menyampaikan pesan, hingga aktivitas menjajakan produk secara efektif. Ke depan, saya berkontribusi dalam bidang seni dengan memanfaatkan media sosial untuk edukasi pangan melalui konten kreatif. Dengan semakin banyaknya pengguna media sosial, konten edukasi yang menarik dan informatif cenderung lebih mudah diterima masyarakat dibandingkan pendekatan langsung. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pangan yang sehat dan berkualitas.
Mathematics berperan penting dalam berbagai aspek pengolahan pangan, seperti menimbang bahan untuk mendapatkan takaran yang tepat, menghitung modal, serta menganalisis keuntungan dan kerugian. Penyesuaian takaran yang akurat sangat penting untuk memastikan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang diinginkan. Dalam bidang ini, saya berencana memanfaatkan pendekatan matematis untuk mengalisis data konsumsi, memahami tren permintaan pasar, dan meningkatkan efisiensi produksi. Dengan menggunakan model statistik, saya dapat merancang strategi produksi yang lebih terukur, yang tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga memastikan distribusi bahan pangan berlangsung lebih efisien.
Penelitian (Sam dan Rahayu 2022), menunjukkan bahwa integrasi STE(A)M dalam pembelajaran bioteknologi pangan dapat dirangkum sebagai berikut :
- Science melibatkan penerapan bioteknologi dasar, ilmu gizi, biokimia, mikrobiologi, bioetika, dan kewirausahaan biologi.
- Technology difokuskan pada pemanfaatan bioteknologi pangan konvensionaluntuk menciptakan produk makanan.
- Engineering berkaitan dengan penggunaan alat-alat pendukung dan teknik untuk menghasilkan produk makanan bioteknologi yang inovatif.
- Arts terkait inovasi produk makanan hasil bioteknologi konvensional serta strategi pemasaran secara online maupun offline.
- Mathematics digunakan untuk menimbang bahan sesuai takaran serta menghitung modal, keuntungan dan kerugian usaha.
Dari integrasi ini, dapat disimpulkan bahwa bioteknologi pangan adalah penggabungan berbagai prinsip ilmu yang saling mendukung, seperti mikrobiologi, genetika, ilmu gizi, dan bioetika untuk menciptakan inovasi di bidang pangan. Bioteknologi pangan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan membutuhkan dukungan dari berbagai cabang ilmu biologi lainnya. Peran ilmu pangan untuk ke depanya diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan mewujudkan tujuan yang berkelanjutan. Salah satu masalah utama di indonesia adalah tingginya angka stunting, yang memerlukan perhatian serius. Bidang pangan harus terus berkembang untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Dengan pendekatan STE(A)M yang terintegrasi, saya yakin inovasi yang dihasilkan akan memberikan dampak besar bagi kemajuan ilmu pangan dan solusi bagi masalah gizi masyarakat. (Red)
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni A. 2020. Stem : Innovation in Vocational Learning. J. Pendidik. Teknol. dan Kejuru. 17(1):33.doi:10.23887/jptk-undiksha.v17i1.22832.
Gunawan P. 2019. Model pembelajaran STE(A)M (Scient, Technology, Engineering, Art, Mathematics) dengan pendekatan saintifik. Model Pembelajaran STE(A)M.:1–64.
Sam NF, Rahayu E. 2022. Implementasi Pendekatan STE(A)M pada Mata Kuliah Bioteknologi Pangan Sebagai Upaya Mitigasi Learning Loss. J. Biotek. 10(1):66–82.doi:10.24252/jb.v10i1.28649.
Winarni J, Zubaidah S, H SK. 2016. STE(A)M : Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarj. UM. 1:976–984