BANTEN, biem.co – Momentum politik akbar Pilkada Serentak 27 November 2024 dimana masyarakat Indonesia akan memilih Kepala Daerah baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati maupun Walikota/Wakil Walikota, tentu hajatan politik ini pun berimbas pada melonjaknya anggaran belanja pemerintah di bidang pertahanan, keamanan, dan demokrasi mungkin puluhan triliun rupiah.
Agar anggaran tersebut tidak sia-sia dan Provinsi banten mendapatkan pemimpin yang berkualitas, dapat mensejahterakan rakyatnya, bisa membuat maju daerahnya, Saya mengajak kepada seluruh lapisan Masyarakat khususnya di provinsi banten untuk sama sama memilih pilihan terbaik sesuai dengan hati nuraninya masing masing.
Mencermati ragam data Pilkada tersebut, tampaknya yang menarik untuk kita diskusikan lebih lanjut adalah seberapa besar proporsi pemilih yang tergolong sebagai pemilih cerdas, sehingga diharapkan mampu menghasilkan kepada daerah yang berkualitas. Hal ini menjadi sangat penting karena bobot kualitas dan kompetensi pemimpin daerah yang kelak terpilih secara demokratis sangat tergantung kepada moralitas atau kecerdasan nurani pemilihnya.
Pemilih yang cerdas adalah mereka yang memiliki sejumlah karakteristik perilaku memilih pemimpin.
Pertama, anti money politic yakni pemilih yang menentukan pilihannya tidak karena motif imbalan materi atau menerima suap sejumlah uang atau pun bentuk material lainnya dari pihak atau paslon tertentu. Namun, pilihannya didasarkan atas ketajaman dan kejernihan hati nuraninya. Iming-iming sejumlah uang bagi pemilih tipe ini hanya dipandang sebagai ‘godaan iman’ yang segera berlalu, kemudian segera ‘bertaubat’ untuk kembali mengikuti suara hati nuraninya.
Kedua, tidak asal pilih, yakni konstituen dalam memilih calon pemimpin daerahnya tidak sekedar menggugurkan hak/kewajibannya sebagai warga daerah. Tapi memilih secara bertanggung jawab, maknanya calon pemimpin yang akan dipilih sudah diperhitungkan dengan matang, serta diyakini mampu membawa kemajuan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi daerahnya.
Ketiga, visi, misi dan platform yang diusung partai/koalisi partai dan calon kepala daerah, menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan pilihan definitifnya. Sehingga hanya calon kepala daerah yang memiliki visi dan misi yang logis dan ‘membumi’ yang dipilih. Karena tipologi calon seperti itu biasanya akan menghindari jebakan janji-janji politik yang berlebihan serta abai terhadap realitas di lapangan.
Memilih yang Terbaik
Kita berharap, para paslon kepala daerah yang bersaing dalam pertarungan ‘panas’ untuk tidak terjebak dalam “syahwat kekuasan” yang cenderung ambisius, curang, dan kolutif. Namun paslon-paslon kepala daerah yang memposisikan kekuasaan politik bukan sebagai tujuan akhir, tapi sebagai sarana untuk ‘berbuat baik’ kepada rakyat di daerahnya. Dalam konteks itu diharapkan proses Pilkada bisa menghasilkan calon pemimpin daerah yang baik.
Lebih dari itu, apabila kita melihat potensi masing-masing daerah yang bisa dikembangkan lebih berkemajuan, mandiri, sejahtera, dan makmur, serta tuntutan daerah untuk menghadapi persaingan global, khususnya dalam menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka dibutuhkan kepala daerah yang bertipe penerobos.
Disebut sebagai penerobos, karena kepala daerah model ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan yang luar biasa terhadap daerahnya dengan jalan, memperbaiki kembali mental dan karakter bawahan, dan perbaikan kelembagaan secara menyeluruh; memulai proses penciptaan inovasi; meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai kedaerahan agar lebih baik dan lebih relevan; dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk merealisasikan kemajuan daerah, yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan.
Jangan sampai menyianyiakan kesempatan dalam momen pemilihan kepala daerah.
Suara anda sangat berarti bagi kemajuan provinsi banten. Tong hilap nyobloss..
Penulis adalah Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Primagraha, Saefulloh.