Pikiran yang pantas disebut pikiran adalah pikiran yang mampu dipertengkarkan. Debat adalah cermin; di dalamnya tampak kualitas kepemimpinan.” – Bung Eko Supriatno
BANTEN, biem.co – Debat, berasal dari kata Latin “disbattere” yang berarti “melawan”, bukanlah sekadar platform untuk memaparkan visi dan misi. Debat adalah medan pertempuran ide, di mana proposisi diuji dan dibantah dengan tajam. Seperti sidang disertasi di universitas, debat menguji kemampuan bernalar seseorang, membuktikan bahwa pikiran yang pantas disebut pikiran adalah pikiran yang mampu dipertengkarkan.
Diogenes, seorang filsuf Yunani, mendefinisikan enam unsur penting dalam debat: tanding gagasan, tanding retorika, tanding akting, tanding popularitas, tanding prestasi, dan tanding logika. Dalam praktiknya, banyak yang terjebak dalam keinginan untuk terlihat pintar dan benar, seringkali dengan cara menonjolkan kebodohan dan kesalahan lawan.
Namun, debat yang ideal bukanlah sekadar adu pintar. Debat dalam konteks pemilu, misalnya, menunjukkan kemampuan seseorang dalam merespon pendapat orang lain dengan rasa, logika, data, dan bahasa yang jernih. Debat yang baik bisa agresif, namun tidak kasar. Lucu dalam mengejek, namun tidak menghina. Menggugah, namun tidak menghasut. Itulah sebabnya di sekolah-sekolah serius di luar negeri, debat menjadi bagian penting dalam pendidikan.
Sayangnya, debat politik seringkali menyimpang dari esensi ini. Debat politik lebih mirip “show” untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat, bukan sekadar pertarungan ide. Penampilan, cara menjawab, cara bertanya, bahkan gesture, menjadi faktor penentu kesuksesan dalam memenangkan hati rakyat. Substansi, meskipun penting, seringkali kalah pamor dengan penampilan dan strategi politik.
Debat yang ideal adalah pertarungan ide yang sehat, di mana setiap pihak berusaha untuk menguji dan memperkuat argumennya dengan logika dan data yang kuat.
Debat yang baik bukan hanya tentang memenangkan perdebatan, tapi juga tentang membangun pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang dibahas. Semoga, di masa depan, debat politik dapat kembali ke esensi aslinya, yaitu sebagai forum untuk melahirkan ide-ide yang lebih baik untuk kemajuan bangsa.
Terus Membaca ke Halaman 2 …