Ketahanan PanganOpiniTerkini

Pemanfaatan Untuk Mencegah Stunting

Oleh: Ussy Siti Qudsiyah, Mahasiswi Pascasarjana Prodi Ilmu Pangan IPB University

bogor, biemco – .Menurut Nirmalasari (2020) World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 memaparkan bahwa South East Asia merupakan wilayah dengan angka prevalensi stunting tertinggi yaitu sebesar 31,9% di dunia setelah Afrika. Indonesia merupakan negara keenam yang termasuk memiliki kasus stunting tertinggi di wilayah South East Asia. Stunting menjadi salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia sedang berproses mewujudkan SDGs salah satunya yaitu menanggulangi masalah stunting yang diupayakan menurun pada tahun 2025.

Stunting menjadi salah satu masalah gizi utama yang dihadapi oleh Indonesia. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Menurut Rahmadhita (2020) penilaian status gizi balita yang paling umum digunakan yaitu dengan cara penilaian antropometri. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z-score).

Jumlah penduduk yang semakin meningkat sangat erat kaitannya dengan permasalahan stunting. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Jika pertumbuhan dan kesediaan pangan tidak seimbang dengan jumlah penduduk maka kebutuhan pemenuhan gizi akan terganggu. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat khususnya pada anak-anak dapat menyebabkan terjadinya permasalahan stunting. Selain itu, semakin bertambahnya jumlah penduduk dapat menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan dalam hal ekonomi. Kesenjangan ekonomi dalam keluarga dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi keluarga, hal tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya permasalahan stunting.

Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting yaitu dengan mengonsumsi makanan yang dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi. Salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang baik dan masih jarang digunakan serta diteliti yaitu quinoa. Menurut Kahlon et al. (2016) quinoa termasuk pseudocereal yang memiliki bentuk bulat kecil mirip seperti sorgum. Quinoa merupakan salah satu makanan sempurna karena mengandung kesembilan asam amino esensial yaitu histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin. Quinoa juga merupakan sumber serat, mineral dan asam lemak tak jenuh yang baik. Menurut Abdelshafy et al. (2024) komposisi dari quinoa yaitu 62,07% karbohidrat, 14,40% protein, 6,88% lemak, 5,12% serat kasar, 2,63% abu dan 8,90% kadar air. Quinoa dianggap sebagai salah satu sumber protein nabati terbaik karena kandungan proteinnya mirip dengan kandungan protein susu dan memiliki kandungan protein lebih besar dari serelia seperti gandung, jagung dan beras. Kandungan serat dari quinoa lebih tinggi dibandingkan dengan biji-bijian lain. Quinoa juga merupakan sumber komponen bioaktif seperti fenolik, flavonoid, polisakarida bioaktif dan peptide bioaktif, mineral (fosfor, kalium, zat besi, seng dan magnesium) dan vitamin (vitamin C,E dan B).

Salah satu pengembangan produk dari quinoa yaitu dapat dijadikan energy balls. Energy balls adalah cemilan kecil berbentuk bola yang terbuat dari bahan-bahan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Energy balls mengandung kombinasi karbohidrat, protein, lemak sehat dan serat. Tujuan dari pengembangan produk ini yaitu agar menghasilkan produk yang bisa mencegah terjadi stunting namun juga produk yang dihasilkan dapat disukai oleh balita. Pembuatan quinoa energy balls dilakukan dengan cara menambahkan beberapa bahan lain untuk meningkatkan cita rasa dari produk yang dihasilkan. Adapun beberapa bahan yang dapat ditambahkan yaitu madu, oat, daun murbei kering, potongan kacang almond, kismis, ekstrak vanilla dan sejumput garam.

Selain dari kelebihan dari bahan utama yang digunakan yaitu quinoa, bahan lain dalam pembuatan energy balls ini juga memiliki banyak kelebihan. Selain quinoa yang tinggi protein dan nutrisi, oat menambah kandungan vitamin dan mineral seperti magnesium, zat besi dan vitamin B yang penting untuk energi dan fungsi tubuh. Madu digunakan dalam pembuatan produk ini digunakan sebagai bahan pemanis pengganti gula sehingga tetap bisa memiliki rasa yang disukai oleh balita. Selain produk memiliki banyak manfaat bagi kesehatan harus juga dapat memiliki daya terima konsumen. Penambahan berupa potongan kacang almond, kismis, ekstrak vanilla dan sejumput garam juga memiliki tujuan untuk menambah cita rasa sehingga dapat memiliki rasa yang enak dan disukai balita. Selain meningkatkan cita rasa, menurut Lacivita et al. (2024) kacang almond memiliki kandungan komponen bioaktif, serat, fenolik, asam lemak dan antioksidan. Kacang almond juga bermanfaat sebagai sumber protein yang membantu melengkapi asam amino dari quinoa sehingga dapat dijadikan energy balls sebagai cemilan yang kaya protein. Lalu penambahan daun murbei juga memiliki manfaat lain, menurut Kirac et al. (2024) kandungan dari daun murbei yaitu diantaranya protein, karbohidrat, polifenol, asam amino bebas, asam organic, fitokimia, flavonol dan antosianin. Berbagai kelebihan dari semua bahan alami yang digunakan untuk membuat energy balls dapat mencapai tujuan untuk menghasilkan produk yang dapat mencegah stunting dan juga disukai oleh balita.

Distribusi quinoa energy balls kepada masyarakat dapat dilakukan melalui program posyandu, energy balls dapat diberikan sebagai makanan tambahan untuk balita yang berisiko stunting. Pemberian ini bisa dilakkan bersamaan dengan kegiatan monitoring kesehatan balita dan pemberian suplemen lainnya sesuai kebutuhan. Pemanfaat quinoa energy balls sampai tahap distribusi kepada masyarakat diharapkan dapat menurunkan kasus stunting di Indonesia dan diharapkan dapat membantu mewujudkan SDGs dalam menanggulangi masalah stunting yang diupayakan menurun pada tahun 2025. (Red)

DAFTAR PUSTAKA

Abdelshafy AM, Rashwan AK, Osman AI. 2024. Potential food applications and biological activities of fermented quinoa: A review. Trends in Food Science & Technology. 144: 104339. doi.org/10.1016/j.tifs.2024.104339.

Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil utama riset kesehatan dasar 2018.

Kahlon TS, Bustillos RJA, Chiu MCM. 2016. Sensory evaluation of gluten-free quinoa whole grain snacks. Heliyon 3. 2405-8440. doi.org/10.1016/j.heliyon.2016.e00213.

Kirac FT, Sahingil D, Haayaloglu AA. 2024. Isolation and characterization of a new potential source of bioactive peptides: white mulberry (Morus alba) fruits and its leaves. Food Chemistry Advances. 4:100597. doi.org/10.1016/j.focha.2023.100597.

Lacivita VL, Derossi A, Caporizzi R, Lamacchia C, Speranza B, Guerrieri A, Racioppo A, Corbo MR, Sinigaglia M, Severini C. 2024. Discover hidden value of almond by-products: nutritional, sensory, technological and microbiological aspects. Future Foods. 10:100398. doi.org/10.1016/j.fufo.2024.100398.

Nirmalasari NO. 2020. Stunting pada anak: penyebab dan faktor risiko stunting di Indonesia. Journal for Gender Mainstreaming. 14(1) : 19-28.

Rahmadhita K. 2020. Permasalahan stuning dan pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 11(1) : 225-229.

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button