JAKARTA, biem.co – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) untuk mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia sebagai landasan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan ke depan.
Survei tersebut dilakukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS).
Dari jadi survei itu, Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) masyarakat Indonesia menunjukan masih di bawah 80 persen.
“Hasil SNLIK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen,” ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Meskipun hasil survei SNLIK masih di bawah 80 persen. Ternyata indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia masih jauh di bawah 50 persen.
“Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen. Adapun, indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi.
Untuk terus meningkatkan literasi keuangan dan inklusi keuangan OJK akan semakin menggiatkan kegiatan literasi dan inklusi keuangan.
Fokus OJK untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan baik konvensional maupun syariah tertuang dalam Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen (2023-2027).***