PANDEGLANG, biem.co – Menjelang Pilgub Banten 2024, sejumlah peristiwa politik mewarnai Banten. Misal sejumlah kader Parpol di Banten berpindah. Sebut saja, Wahidin Halim yang meninggalkan Demokrat untuk bergabung dengan Partai Nasdem. Lalu ada Helldy Agustian, yang merupakan kader Partai Berkarya, yang diangkat dan ditunjuk menjadi ketua Gerindra Cilegon. Saat semua mengira konstelasi politik Banten berubah, namun pindahnya kader sejumlah partai ini, nyatanya merupakan babak awal.
Publik kemudian dikejutkan oleh meninggalnya Desmond J Mahesa, kader dan politisi potensial Gerindra Banten, dan akhirnya Annisa Desmond Mahesa, anak sulung almarhum Desmond J Mahesa, siap meneruskan kerja politik sang ayah di Banten yang kini dinyatakan aman menjadi anggota DPR dari Dapil Banten II.
Runtuhnya dinasti politik Jayabaya dalam Pileg 2024 memunculkan peluang hadirnya dinasti baru di Banten. Trah Jayabaya sebagai penguasa di Lebak hari ini terdegradasi dari pusaran perpolitikan setelah semua keluarganya diprediksi tidak akan lolos pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Lima orang keluarga Dinasti Jayabaya yang maju dalam kontestasi Pileg 2024 maju menjadi Caleg DPR RI, DPRD Provinsi, maupun Calon DPD RI. Iti Octavia Jayabaya Dari partai Demokrat yang maju sebagai Caleg DPR RI, sementara Hasbi Jayabaya, maju sebagai Caleg DPR RI dari partai PDIP. Sedangkan suami Iti Octavia Jayabaya, Mochammad Farid Dermawan maju menjadi Calon DPD RI. Nama lain yang juga termasuk keluarga Jayabaya, yakni Vivi Sumantri Jayabaya yang maju sebagai Caleg DPR RI Partai Perindo, dan Hj Emuy Mulyanah Jayabaya, yang jadi Caleg DPRD Provinsi Banten dari partai PDIP, semua nama nama dari keluarga JB tidak ada satupun yang unggul pada perhitungan KPU yang sedang berlangsung. Perkara runtuhnya dinasti politik Jayabaya dalam Pileg 2024 ini dinilai sebagai babak baru bagi dinamika politik Banten.
Semua Parpol di Banten bersikap hati-hati dalam menghadapi Pilgub Banten. Selama ini, Parpol selalu di detik terakhir dalam mengusung calon. Sebenarnya ada banyak alasan Parpol belum juga menentukan kandidat yang dijagokannya pada Pilgub Banten 2024 meski secara figur sudah ada sosok “pejawat” yang berpeluang. Kalau secara popularitas, banyak figur sebenarnya masih kuat untuk diusung kembali. Namun, faktor-faktor yang akan berpengaruh pada elektabilitas nantinya akan tetap diperhitungkan. Bisa juga ada tarik ulur. Apalagi, tidak menutup kemungkinan para parpol menjagokan kalangan eksternal, seperti purnawirawan Polri, sebagaimana dilakukannya di provinsi lain. Sejumlah parpol petarung sudah mulai merancang strategi. Golkar, PDIP, Gerindra, PKB, Demokrat dan PKS, disebut-sebut bakal jadi kunci persaingan sengit tersebut. Peta koalisi partai politik pada pemilihan serentak kepala daerah 2024 mendatang ditentukan oleh hasil pemilu 2024. Berbeda dengan pencalonan untuk pemilihan presiden (pilpres) 2024, yang mana mengacu pada hasil pemilihan presiden sebelumnya yakni 2019.
Pengaruh hasil suara partai politik dalam pemilihan umum (Pemilu) dapat memengaruhi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di tingkat daerah. Partai politik yang mendapatkan suara terbanyak dalam Pemilu memiliki potensi untuk memiliki pengaruh yang lebih besar dalam Pilkada, baik dalam hal dukungan politik maupun sumber daya yang dapat mereka sumbangkan kepada calon kepala daerah yang mereka dukung. Namun, penting juga untuk diingat bahwa Pilkada memiliki dinamika dan faktor-faktor lokal yang juga turut memengaruhi hasilnya, seperti popularitas calon, isu-isu lokal, dan sebagainya. Jadi, sementara hasil suara partai politik dapat memberikan dukungan awal, namun tidak menjamin kemenangan dalam Pilkada.
Pengaruh suara partai dalam Pilkada dapat sangat signifikan dalam menentukan hasil akhir pemilihan. Partai politik memiliki basis massa dan jaringan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pemilih, baik melalui kampanye, sosialisasi program, maupun mobilisasi suara. Dukungan partai politik juga dapat memberikan legitimasi dan kepercayaan kepada calon yang diusungnya, sehingga dapat meningkatkan elektabilitasnya. Namun demikian, faktor lain seperti popularitas calon, program kerja, dan isu-isu terkini juga turut berperan dalam menentukan kemenangan dalam Pilkada.
Apabila suara partai politik merosot, hal tersebut dapat berdampak pada konstelasi Pilkada. Penurunan suara partai dapat mengakibatkan berbagai perubahan dalam dinamika politik lokal, seperti:
- Kekuatan politik partai yang melemah dapat membuat partai tersebut kehilangan posisi dominan dalam Pilkada, sehingga kandidat yang didukung partai tersebut memiliki peluang lebih kecil untuk memenangkan pemilihan.
- Partai politik yang suaranya merosot juga dapat kehilangan daya tawar dalam negosiasi koalisi dengan partai lain, sehingga dapat mempengaruhi strategi politik dan pencalonan dalam Pilkada.
- Kehilangan suara partai politik juga dapat memicu pergeseran dukungan masyarakat terhadap kandidat independen atau kandidat dari partai lain yang dianggap lebih potensial, sehingga mengubah dinamika persaingan dalam Pilkada. Dengan demikian, penurunan suara partai politik dapat memengaruhi konstelasi Pilkada dengan mengubah dinamika persaingan, strategi politik, dan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang bertarung dalam pemilihan tersebut.
Masih klasik, Pilgub Banten 2024 adalah pertarungan trah politik keluarga di Banten. Tentunya akan semakin menarik. Trah politik keluarga itu berseteru dan juga ada yang bergabung, maka lakon politik natinya makin kentara dan seru.
Dilihat dari potensinya para tokoh yang diisukan akan maju dalam pilkada masih menyertakan tokoh-tokoh lama sebelumnya. Sebut saja Wahidin Halim dan Rano Karno. Selain Wahidin Halim dan Rano Karno (Aktor dan Mantan Gubernur Banten), muncul nama lain yang diperbincangkan yakni Arief Rachadiono Wismansyah (Wali Kota Tangerang 2013-2023), Achmad Dimyati Natakusumah (Anggota DPR RI), Iti Jayabaya, hingga Irna Narulita. Nama lain yang dipandang layak maju dengan alasan yang sama adalah Ratu Tatu Chasanah dan Airin Rachmi Diany. Keduanya sudah dua periode menjabat sebagai kepala daerah dan sama-sama berpengalaman memimpin birokrasi dan partai politik.
Dalam konteks Golkar, turunnya Airin dalam kontestasi Pilkada Banten akan membuat persaingan menjadi keras. Airin dipastikan tanpa pesaing. Airin Rachmi Diany sendiri berpeluang dipilih Golkar karena sudah punya track record yang cukup panjang sebagai kepala daerah. Kader terbaik ini diproyeksikan mengamankan kekuasaan Golkar di Provinsi Banten. Saya menilai, jika ikut sertanya Airin pada Pilgub Banten 2024 pertimbangannya adalah potensi kemenangan yang tinggi maka itu adalah pilihan rasional dan strategi yang jitu. Makanya dalam konteks majunya Airin pada Pilgub Banten 2024, justru yang harus dilihat pertama-tama adalah pada kemampuannya dan penerimaan masyarakat. Kemudian peluang untuk menang. Informasi terbaru bahwa Airin Rachmi Diany dari Golkar berhasil menjadi jawara di perolehan suara terbanyak Dapil Banten III sebanyak 57.787 suara.
Dalam konteks PDIP, PDIP butuh usaha besar jika mau memajukan Pilgub Banten 2024. Rano Karno saya pikir berpeluang dicalokan kembali. Artinya, jika pun PDIP mencalonkan Rano sebagai Gubernur Banten, tentu akan dibutuhkan effort yang lebih besar dalam menaikkan elektabilitasnya. Sinyal mengembalikan kekuasaan Banten ke tangan partai besutan Megawati Soekarnoputri itu ditunjukkan dengan mempersiapkan kader terbaik, jauh-jauh hari. Kader PDIP ya Rano Karno. Ditinjau dari pengalaman PDIP dan militansi kadernya, langkah serius merebut kembali kekuasaan sangat mendasar. Terlebih, jika seluruh kader siap all out bekerja dan berhasil memilih calon pendamping yang tepat untuk Kader PDIP. Rano terlihat sangat dekat dengan Zaki Iskandar, penerus politik trah Ismet Iskandar. Kekuatan Rano sebagai mantan wakil gubernur dan Plt Gubernur Banten setidaknya memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan respon publik. Ditambah dengan kekuatan partai politik PDIP yang saat ini semakin solid dalam merencanakan dan memantapkan kemenangan politik elektoral di semua tingkatan. Cuman problem Zaki, setidaknya Golkar sudah memutuskan mengusung Airin Rachmi Diany sebagai bakal calon gubernur Banten pada Pilkada 2024.
Dalam konteks Gerindra, Pada Pemilu 2019 lalu, Gerindra berhasil menguasai parlemen Banten dengan perolehan 16 kursi. Jika keberhasilan itu diraih kembali di Pemilu 2024, maka Gerindra hanya butuh koalisi satu parpol kecil untuk bisa mengusung kadernya meramaikan bursa pilkada.
Langkah politik lainnya yang dinanti adalah Wahidin Halim. Jika berkeinginan maju kali kedua di pilgub, WH perlu menjaga asa di Partai Nasdem. Nasdem adalah partai WH sekarang. Dan saat ini WH masih memiliki hasrat di dunia politik dengan terlihatnya langkah WH pindah haluan dari Demokrat ke NasDem adalah bukti bahwa WH ingin melanggengkan kiprahnya dan berkepentingan untuk memperpanjang karier politiknya.
Suara masyarakat Banten masih akan menentukan untuk pemilihan Gubernur di masa yang akan datang. Banten sebagai penyangga ibu kota, dinilai masih akan menjadi epicentrum politik di tahun 2024 ini. (Red)
Eko Supriatno, adalah Pengamat Politik, Dosen Universitas Mathla’ul Anwar Banten, Peneliti pada Kadaka Research and Consulting, dan Pembina Future Leader for Anti Corruption (FLAC) Regional Banten.