KALAM JALSAH PADANG PANJANG
Setitik hujan menyapa
di antara tiga gunung mengelilingi
pada dingin ruang ;
menyatulah…
meski tempayung rinai berdentum keras
Sebuah syair membahana
saat petang puisi Kubu Gadang
pada kembara kata ;
peluklah….
walau riuh rindu bergulat dingin
Padang Panjang merentang kisah
memecah dendang jejak bermarwah
yang dikandung gejolak sewindu
membara tanpa semu
dan kita terus disini
tempat dimana bisa bersama
menjaga sumbu bahagia terus menyala
“mampirlah dengan kalamku, meski hanya mengutip senyumku”
Padang Panjang , 2022
PESUT MAHAKAM
seperti mimpi sederhana
melihatmu menguatkan senyuman
gerakanmu memadu kasih
bebas meliuk menautkan kasmaran
layaknya berbagi cerita
entah pada pertemuan keberapakah
kita—memudar gundah
pada riak yang belum pasti
atau melepas sedih
bersembunyi dalam kecipak
seperti memantik kembali
sesuluh pelukan hidup
pun menggambarkan ulang
sebuah sentuhan rasa
mengunci ingatan nyanyianmu
seruan riuh dalam tawa
diantara perahu-perahu
memintal kehangatan senja
adakalanya kau menjauh
dan kerap terasing
renyah tawamu perlahan pulang ke tepian
selayaknya aku terima
pada suatu waktu
beri aku karunia memanggilmu datang
sekibas senyum jumpa dan cerita
dalam rencana Tuhan selanjutnya
merambah doa kebaikan seorang pesungai
‘kelak kenanglah aku sebagai pencari teduh,
dan kau pun menangkap wajah langit’
Kalimantan Timur, 2023
DANAU SEMAYANG
kujelajahi senandung lembayungmu
ditemaram langit memberi arti
riak, gubang dan warna kecokelatan
ada banyak cerita di danau ini
dalam rona kedalaman yang tak berubah
terhampar dalam naungan cekungan
aroma jukut mengembalikan ingatan
serupa jejak etam mudik
danau telah membelah dadaku
arusnya mengantarkan haruan menganga
pada garis riak pepuyu bergerak
kadang pula baung terbaring tenang
pada dirimu,
kapal – kapal merangkai niat
menyapa arah cahaya yang tersisa
akan tetap ingat pulang
dari daratan yang luas
tak pernah membuatmu sendiri
merangkum gemuruh tetap kucandui
melapangkan jalan jiwa – jiwa yang menggengammu
panjang umur tak menggerukmu ke dasar
rumah bagi ikan – ikan yang memikat
meski kemarau bertamu
jalan karunia itu diairkan
meski kau hanya danau,
yang mampu menikam alam
ijinkan aku menilik keindahan
mengunci ingatan pelukanmu disini
‘sampai bersua kembali ‘
Kalimantan Timur, 2023
PANTAI BIRU KERSIK
ada diriku disini,
memungut ombak – ombak
bertaut kerinduan
bahkan jika lagu didendangkan
bersama lirih
dan kurasakan pelukan berbeda
masih belum selesai
riak kenyataan peraduan
dimana senja enggan tenggelam
bahkan jika melodi yang menggema
sayup terdengar
dan kusaksikan jiwa menggelora
dan ternyata
aku masih membasuh kenangan
dari yang berlabuh bisa diramu
aku tidak memiliki jawaban yang pasti
kenapa aku masih terdayuh biru
dari goresan yang semu
namun ombak – ombak disinilah……
setiap jeda merantai langkah kaki, layaknya pesan senja tercipta
setiap senggang menjejal senyuman, ibarat menghapus mala
anggap saja ini jawaban,
sembari melangitkan jejak
‘ lajulah pilau doa’
menjamah Pantai Biru Kersik
‘kalamku tak pernah pupus’
Kalimantan Timur, 2023
INDO’ LOGO
kusimak tarian itu
seperti berkisah,
tak ada penawar kerinduan yang lebih baik
kecuali itu adalah kenangan
dilimbur senyuman penari yang tak henti
merangkul sejiwa yang tak pernah usai
aku terpana oleh
tangan lembut menggenggam kipas
mengayun anggun terpatri
gemulai bertutur
‘dekaplah ………bahagia itu ada dalam diri kita’
tak terelakkan, meliuk fragmen gerakan
melayarkan semua girang
serupa kepakan sayap atma
dari puja dan puji ratap diri
meski tarian itu berakhir
namun ada bahagia yang merebak
“sudahkah engkau sepenuhnya bahagia ?”
bisik Daeng di sampingku
Kalimantan Timur, 2023
SULTAN MUSA berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. IG : @sultanmusa97