Ketahanan PanganOpiniTerkini

Mahasiswi Ilmu Pangan Dan Cita-Citanya Mewujudkan Transformasi Ketahanan Pangan Indonesia

Oleh : Dwi Indah PS, Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Pangan IPB

BOGOR, biem.co -Terlahir di sebuah keluarga yang menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama adalah suatu keuntungan yang harus saya syukuri. Kedua orang tua selalu mendukung saya dalam melakukan apapun demi pendidikan, termasuk memberikan saya kebebasan dalam menentukan pilihan jurusan kuliah yang saya minati.

Sejak awal memilih jurusan kuliah yang ingin dituju, saya selalu memasukkan teknologi pangan ataupun jurusan yang relevan di pilihan saya. Selama berkuliah sarjana saya memelajari banyak hal terkait teknologi hasil pertanian, khususnya pada produk pangan.

Di jurusan ini saya memahami bagaimana proses dan teknologi yang digunakan untuk mendapatkan suatu produk pangan yang tidak hanya disukai, namun juga memberikan manfaat untuk kesehatan konsumen. Hal ini cukup menarik perhatian setelah saya paham bahwa setiap alur proses dari hulu hingga hilir dalam menciptakan produk pangan dapat dimodifikasi, sehingga menghasilkan produk yang inovatif dan memiliki manfaat yang berkelanjutan. Selama studi sarjana, saya mengikuti berbagai kegiatan yang akhirnya mengembangkan sudut pandang saya terkait ilmu dan teknologi pangan.

Semasa studi sarjana, saya berkesempatan melakukan penelitian terkait pengembangan teknologi pengolahan nib kakao yang bekerja sama dengan salah satu balai penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI. Selama proses penelitian dan penulisan laporan skripsi ini, saya menemukan bahwa potensi perkebunan kakao memiliki banyak tantangan, salah satunya adalah pada pengolahan pasca panen kakao oleh para petani yang masih belum sesuai standar GHP (Good Handling Practice).

Hal ini tentu saja akan memengaruhi kualitas biji dan produk olahan kakao yang dihasilkan. Kebiasaan petani ini tidak dapat diubah dengan mudah, oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk menyesuaikannya sehingga tetap menghasilkan produk olahan yang berkualitas. Penelitian yang saya lakukan saat itu bertujuan menciptakan teknologi alternatif bagi biji kakao hasil panen petani Indonesia yang tidak difermentasi dengan baik, sehingga didapatkan produk nib kakao yang tetap berkualitas dan memiliki nilai tambah.

Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut bahwa teknologi alternatif yang saya teliti memang memberikan biji kakao yang memiliki kualitas setara dengan pengolahan konvensional, namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memperdalam keefektifan teknologi tersebut sebagai solusi dalam menghasilkan produk olahan biji kakao yang disukai konsumen dan tetap memiliki khasiat yang signifikan bagi kesehatan tubuh.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kombinasi yang pas sebagai solusi untuk berbagai masalah terkait ketahanan pangan Indonesia. Pengalaman selama menjadi mahasiswa pertukaran (exchange student) di Universitas Ibaraki memberikan saya pandangan yang lebih luas terhadap permasalahan global, khususnya di bidang pertanian dan pangan.

Memelajari bagaimana tahapan agar dapat mengurangi dan mengatasi resiko dari perubahan iklim yang terjadi dan dampaknya pada banyak fenomena lingkungan. Saya juga berkesempatan memelajari tentang bagaimana Jepang melakukan berbagai penelitian untuk tujuan pertanian yang berkelanjutan.

Pengalaman ini membuat saya yakin bahwa permasalahan lokal, nasional, maupun global tidak dapat diatasi hanya oleh satu pihak saja. Menemukan solusi untuk beragam masalah khususnya di bidang pertanian dan pangan membutuhkan banyak kontribusi dari para professional di bidangnya.

Hal ini membuat saya semakin terdorong untuk mengembangkan potensi menjadi salah satu dari generasi yang berkontribusi dalam mengatasi permasalahan dan menemukan inovasi di bidang pangan, sehingga menciptakan produk atau teknologi yang memberikan manfaat berkelanjutan.

Pengalaman selama studi sarjana membuat saya menelaah kembali kondisi pertanian, pangan dan gizi di Indonesia secara keseluruhan. Menurut hemat saya, potensi pertanian dan perkebunan di Indonesia cukup menjanjikan dan tidak kalah saing dari negara lain.

Berdasarkan pada Outlook Ekonomi Pertanian 2021, sektor pertanian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,30% hingga 4,27%. Namun peluang ini juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dari banyak bidang, seperti kebutuhan transformasi sistem pangan, perubahan iklim, penerapan teknologi, kebutuhan regenerasi sumber daya manusia, serta kerawanan pangan akibat masih kurangnya akses pangan di berbagai daerah.

Pemerintah merancang berbagai program sedemikian rupa untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil pangan terbesar di dunia. Namun di sisi lain, isu pemerataan akses pangan nasional masih menjadi masalah yang serius hingga saat ini. Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2022, masih terdapat 74 kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk dalam kategori wilayah dengan IKP (indeks ketahanan pangan) rendah.

Wilayah dengan IKP rendah umumnya memiliki kendala akses terhadap sumber pangan, sumber air bersih, keterbatasan daya beli akibat tingginya tingkat kemiskinan dan masalah stunting pada balita (Tono et al. 2022). Selain itu Indonesia juga masih dihadapkan pada keterbatasan pemahaman terhadap pangan dan gizi, dimana hal ini juga akan membatasi pemanfaatan pangan yang berkualitas di masyarakat.

Hal ini membuktikan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi Indonesia di bidang pangan, khususnya demi mencapai pemerataan ketahanan pangan di seluruh wilayah. Tercapainya ketahanan pangan yang merata perlu didukung dari berbagai aspek karena ketahanan pangan bukan hanya soal akses pangan, namun termasuk juga terpenuhinya pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi dan terjangkau bagi setiap perseorangan.

Menciptakan produk pangan yang cukup dengan mutu yang baik dari segi kesehatan untuk para konsumen membutukan transformasi proses dari hulu hingga hilir yang signifikan. Selain membutuhkan peran lembaga riset, sumber daya manusia untuk implementasi hasil penelitian juga memegang peranan besar.

Para petani juga dituntut untuk menjadi lebih cerdas demi mendapatkan hasil panen yang melimpah dan berkualitas. Dalam acara pengukuhan Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian pada Agustus 2021, Presiden RI, Bapak Jokowi mengemukakan bahwa 71% petani di Indonesia saat ini berusia 45 tahun keatas.

Hal ini menjadi tantangan yang cukup berpengaruh, karena seharusnya pemegang peranan penting sebagai implementor hasil riset dan proses transformasi pertanian adalah generasi muda yang lebih potensial. Generasi baru seharusnya mampu ikut andil di ladang khususnya menjadi petani yang science-based, bukan hanya bercocok tanam mengandalkan ilmu dari pengalaman saja, melainkan berupaya mengaplikasikan hasil riset yang potensial dengan percaya diri di ladangnya.

Pemerintah saat ini juga bertekad menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang menguntungkan. Oleh karena itu, generasi muda yang akan menjadi mayoritas penduduk pada era Bonus Demografi 2045 harus dapat berkontribusi dalam menciptakan transformasi pangan yang lebih modern, baik dari hulu hingga ke hilir prosesnya.

Perjalanan saya memperdalam keilmuan pangan tidak terhenti di masa perkuliahan sarjana. Setelah lulus studi sarjana, saya menyempatkan satu tahun bergabung di salah satu perusahaan FMCG (fast moving consumer goods) untuk dapat memahami perspektif dari sudut pandang industri pangan.

Selesai dengan tugas saya di industri, saya melanjutkan studi pascasarjana di jurusan ilmu pangan. Sebagai pribadi yang telah mengenyam lebih dari 5 tahun pendidikan di bidang pangan, saya bercita-cita untuk dapat menjadi salah satu generasi yang berkontribusi untuk transformasi ketahanan pangan di negara saya.

Dalam lima hingga sepuluh tahun kedepan, saya bercita-cita untuk dapat terus berkontribusi melalui bidang pekerjaan yang saya sukai. Saya adalah pribadi yang menikmati proses pembelajaran formal, termasuk melakukan eksperimen di laboratorium.

Menurut saya, bidang riset adalah salah satu bentuk kontribusi yang cukup berpengaruh dan potensial untuk selalu saya nikmati prosesnya.  Saya ingin menghabiskan waktu saya dalam berkarir dan berkontribusi melalui riset terbarukan yang aplikatif untuk para pemangku kepentingan dari hulu hingga hilir produksi pangan.

Sebagai peneliti ataupun akademisi, saya juga bercita-cita untuk dapat berkesempatan mengembangkan perspektif generasi muda untuk ingin turun ke ladang sebagai petani yang berpengetahuan ilmiah, sehingga hasil riset dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal dan masif.

Seiring dengan hal tersebut, saya akan terus mengupayakan untuk membagikan informasi, pengetahuan dan pola pikir pangan dan gizi yang ilmiah, mudah dipahami, serta aplikatif bagi masyarakat terutama orang-orang disekeliling saya hingga ke kelompok yang lebih luas. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya melalui sosial media, seminar, diskusi terbuka, maupun pengajaran di kelas jika saya berkesempatan menjadi dosen pengajar di jurusan yang relevan. (Red)

Editor: Irvan Hq

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button