TANGERANG, biem.co – Tidak berhenti pada kata. Action speaks louder than words. Amal berbicara lebih keras dibanding kata kata. Itu pepatah yang kebenarannya belum bisa dipatahkan. Artinya akal sehat hampri semua orang setuju. Banjir kata kata dan mulut berbusa busa di atas mimbar sah saja. Tapi satu perbuatan, sebuah amal keteladan jauh lebih efektif dampaknya. Para dai bisa mencari puluhan dalil aqli dan naqli tentang penting dan faedah sedekah. Tapi sedekah langsung sang dai kepada faqir miskin obyek dakwahnya memberi solusi riil. Tak perlu dalil lagi.
Di saat jaman yang berjarak antara diksi dan aksi. Kesenjangan antara perbuatan dan ucapan makin melebar. Isuk dele sore tempe. Pagi bilangnya kedelai sore bilangnya tempe. Kalau itu diulang ulang dan ditampilkan terus apalagi oleh para pemimpin maka yang asalnya salah lama lama seperti benar. Kebenaran yang bersumber dari persepsi, framing dan engineering (rekayasa). Bukankah itu sudah terjadi hari hari ini?
Pendiri persyarikatan Muhammadiyah, KHA Dahlan tidak hanya mengajarkan namun meneladankan melalui drama klasik monumental sepanjang masa yang berjudul Al Maun. Surat pendek itu diajarkan, dibacakan, diulang ulang, dipahamkan, diamalkan, bahkan fisik amalnya harus dibuktikan. Mana anak yatimnya. Mana fakir miskinnya. Mana baju dan peralatan bantuannya. Kalau belum bisa membukttikan tak perlu pelajaran dilanjutkan. Surat pendek Al Maun itu seperti menampar nampar muka para santrinya. Sejatinya tamparan paling kerasnya itu tertuju pada para pendusta agama. Bisa jadi kita semua.
Agama bagi KHAD adalah kata yang musti berlanjut nyata. Teks suci tak berbunyi bila pemeluknya bisu tuli. Bisu terhadap konteks lingkungan yang kebodohan dan kemiskinannya membelenggu. Tuli terhadap bisingnya penderitaan masyarakat yang perlu solusi. Al Maun lalu ditransformasikan menjadi balai kesehatan menjadi klinik menjadi rumah sakit. Langgar, sanggar ditransformasikan menjadi madrasah, sekolah, boarding school, universitas.
Tidak berhenti pada kata. Sepengal kalimat dari Buya Anwar Abas pada pembukaan ODEOPOLIPOR PWM Banten di UMT pada Sabtu, 15 Juli 2023. Keteladan KHAD disitir oleh Buya dalam sepenggal kalimat itu arahnya jelas, tajam tertuju kepada kita para akrivis persyarikatan di Banten. Pandai berkata kata perlu. Lihai bersilat lidah penting. Namun sangat jelas tak terbantahkan amal nyata, AUM AUM berkualitas harus dibangun dengan aksi. Narasi dan diksi yang bagus dan indah musti closingnya harus aksi yang memberi solusi. Mari berfastabiqul khoirat dengan happy. Terus bergerak dengan aksi aksi yang memberi solusi tiada henti. (Red)