Irvan HqKolom

Ali Faisal : Adanya Menggenapkan, tiadanya Menggasalkan

Berilah ribuan kesempatan bagi musuhmu untuk bisa menjadi temanmu, namun jangan berikan satu kesempatan pun pada temanmu untuk menjadi musuhmu. – (adanya menggenapkan, tiadanya menggasalkan.)

CSI#17, biem.coTak banyak, jika tak bisa dikatakan sama sekali tak ada, figur pemuda di Provinsi Banten yang mandiri, memiliki mental baja, teguh pendirian, mengayomi dan melahirkan banyak generasi hebat. Dari yang tidak banyak itu, ada sosok Irvan Hq. Komitmennya sebagai sosok sentral penggerak kekuatan anak muda: dari yang tak berdaya menjadi punya daya; dari yang sepercik nyala menjadi kobaran semangat yang berkobar; dari yang seperti tiada arti menjadi tegak dan tegas sebagai arti.

Disela aktivitasnya sebagai “buruh pabrik”—demikian beliau mengistilahkan pekerjaannya sebagai manajer disebuah perusahaan Penanaman Modal Asing Korea—Irvan Hq telah membuktikan apa yang disebut dengan keseimbangan hidup. Selain sebagai imam keluarga dari seorang istri dan ketiga anaknya, ia juga sukses menjadi imam dari komunitas Banten Muda, imam kanal informasi independen biem.co dan imam atas gagasan berkarya dan berbagi.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Inspirasi yang ia bangun dan rawat sepenuh hati telah sampai pada hati begitu banyak orang yang disebutkan atau tidak— telah terbawa dalam gagasan berkarya dan berbagi Inspirasi. Orang-orang yang secara langsung atau tidak langsung dipertautkan bertemu di suatu tempat atau tidak bertemu di suatu tempat, tapi seperti sebuah sinyal yang memancar dari satu pusat sinyal membawa gagasan itu di tengah manusia, menjadi tautan-tautan yang terus meluas, menjadi nilai yang mewarnai manusia rasa kemanusiaan.

Semua di matanya, di pandang mata gagasan berkarya dan berbagi Inspirasi adalah sahabat. Orang-orang yang sepemahaman dengan gagasan itu sekalipun tidak pernah bertemu atau tidak pernah manyatakan kesepahaman terhadap gagasan tersebut adalah sahabat Irvan Hq. Orang-orang yang berbeda pandangan atau yang berada pada pemahaman yang berseberangan, selama manusia, terlebih mereka anak-anak muda adalah sahabat Irvan Hq, sahabat kita, sahabat Banten Muda.  Saya ada di dalamnya dan saya sangat menikmati keindahan persahabatan saya dengan Irvan Hq; gagasannya dan semua yang telah ia bangun.

Tulisan ini, saya darma baktikan sebagai kado satu dasawarsa persahabatan antara saya dengannya. Persahabatan yang bermula dari sebuah diskusi perkumpulan pemuda lebih dari sepuluh tahun yang lalu, di suatu tempat di Serang. Sejak hari itu, saya dan Irvan Hq terus berkomunikasi, menjalani persahabatan dengan bersahaja. Ia yang saya kenal lebih dari sepuluh tahun yang lalu, tidak saya temukan perubahan pada dirinya hingga hari ini. Tetap dengan pandangan hidup yang positif, semangat yang tidak mengenal lelah, dan gaya hidup yang sederhana.  Ia yang selalu asyik diajak berdiskusi, telaten membangun mimpi, dan tahu bagaimana cara mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Entah, telah berapa ratus kilometer kami menjelajahi jalanan: berboncengan dengan motor honda beat warna biru pada medio 2008 yang lalu. Motor beat yang saya kredit dari FIF dengan jangka waktu angsuran selama 3 tahun adalah motor yang sangat berharga sebagai teman perjalanan kami. Kami yang hilir mudik diterpa angin menempuh begitu banyak cerita dan rasa bersama motor itu. Ini tentang saya, Irvan Hq, dan resolusi yang kelak kami ingin capai.

Dulu kita sahabat

teman begitu hangat

mengalahkan sinar mentari

*

Dulu kita sahabat

Berteman bagai ulat

Berharap jadi kupu-kupu

**

Kini kita berjalan berjauh-jauhan

Kau jauhi aku diriki ada sesuatu

Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan

Namun itu karena ku sayang

***

Persahabatan bagai kepompong

Mengubah ulat menjadi kupu-kupu

Hal yang tak mudah menjadi berubah jadi indah

Maklumi teman hadapi perbedaan

Lirik di atas adalah sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Sindentosca pada tahun 2008, waktu itu kami menikmati lagu itu tanpa disengaja disebuah mobil berjenis Suzuki APF yang disewa oleh Asep Mulya Hidayat. Saya dan Irvan Hq nebeng di mobil itu dari hotel Diana menuju kantor Gubernur Bali. Ketika itu suatu acara akan digelar disana—pada suatu pagi yang mendesirkan angin sayup-sayup.

Usai acara di Pendopo Bali, kami lanjutkan makan siang di RM Pusunda di Jalan Soekarno-Hatta. Waktu itu, lekat betul lirik yang dinyanyikan oleh Sindentosca itu di benak saya. Seperti ada kaset di dalam ingatan saya, yang terus berputar. Saya merasa detik-detik berjalan lebih lambat dari biasanya. Saya hanyut dalam nuansa waktu yang begitu akrab membalut persahabatan kami. Persabahatan yang selalu ada dalam doa-doa saya, agar Allah menjadikan persahabatan kami abadi—melampaui kehidupan di bumi.

Banten Muda

Seperti sebuah perahu besar, Banten Muda dibentuk oleh Irvan Hq sebagai pengarung bahtera bersama. Bahtera tangguh yang siap menghadapi gelombang ombak dan segala jenis kengerian samudera yang tidak satu manusia pun dapat menerkanya. Siapapun boleh naik ke perahunya, menempuh gelombang kehidupan dan bersama-sama memaknai pelayaran sebagai bagian tari tirakat hidup demi keridhoan Pemilik Kehidupan dengan memuliakan setiap apa yang diciptakan-Nya.

Banten Muda bukan apa-apa, jika memang ada yang menganggapnya bukan apa-apa, tapi tidak mungkin dapat dibantah bahwa Banten Muda telah ambil bagian dalam perkembangan Banten, meski pengaruhnya tidak terlihat langsung kasat mata; tidak seperti orang makan cabai langsung terasa pedas sejak gigitan pertama. Banten Muda menjaga gerak langkah anak-anak muda agar tidak mudah goyah dan mampu membuktikan bahwa anak-anak muda Banten dapat sampai pada capaian-capaian gemilang.

Melalui ajang sayembara menulis Cerpen tingkat Nasional yang kemudian disusul dengan penerbitan buku Banten Suatu Ketika, juga penerbitan buku Cerpen dan puisi karya sastrawan se-Indonesia yang bertajuk Wrangka adalah catatan upaya Banten Muda memberi rumah yang layak untuk kreativitas dan intelektualitas generasi muda; menghadirkan kesempatan-kesempatan menulis dan melakukan penerbitan naskah-naskah penting untuk masyarakat Banten atau Indonesia pada umumnya.

Beberapa kali Banten Muda mengadakan kegiatan yang pada mulanya tidak terwacanakan oleh orang-orang di Banten, di antaranya gelaran mewah Banten Muda Award (BMA). Sebuah ajang penghargaan untuk kaum muda berprestasi dalam berbagai bidang, dari bidang sastra, pendidikan, hingga sosial. Sebuah ajang penghargaan yang mengantarkan anak-anak muda Banten pada kepercayaan diri yang lebih sehingga kiprah mereka di kemudian hari terbukti gemilang.

Organisasi-organisasi penting di Banten yang digerakkan para pemuda juga tidak luput dari semangat yang digelorakan Banten Muda. Sebut saja satu-satunya wadah untuk pengurus OSIS se-Banten, yakni Forum OSIS se-Banten dibidani oleh Banten Muda. Istana Belajar Anak Banten (Isbanban) yang terbukti memberi pengaruh terhadap pemerataan pendidikan di Banten—yang bahkan berhasil membuat beberapa orang di dalamnya keliling dunia—di belakangnya ada Banten Muda.

Tidak ada proposal yang diajukan oleh para pemuda Banten itu kepada pemerintah,  Banten Muda yang hadir sebagai pendukung anak-anak pembawa semangat perubahan itu. Mohon maaf untuk kenyataan yang pada akhirnya harus diungkap ini, karena semua yang inspiratif perlu dikabarkan.

Tabloid Banten Muda

Suatu malam saya dan kawan-kawan di basecamp Banten Muda yang terletak di Jalan Karya Bhakti Ciceri Serang, melihat gelagat yang agak tidak biasa. Irvan Hq yang biasanya ceria, malam itu kami menangkap sesuatu yang berbeda pada raut wajah dan gerak tubuhnya. Ada yang mengganjal pikirannya, tidak bisa tidak, meskipun sekuat tenaga ia menutupi, kami para sahabatnya dapat membaca kegusarannya.

Setelah diselidiki, ternyata ia akan menggadaikan BPKB mobilnya untuk biaya produksi tabloid Banten Muda yang hampir sampai pada deadline penerbitannya. Tabloid Banten Muda adalah proyek “idealis” seorang Irvan Hq. Sejak dirintis pada tahun 1997, tabloid ini terus dipertahankan agar tetap terbit setiap sebulan sekali.

Tabloid Banten Muda sebagai karya jurnalistik, menyebarluaskan semangat dan jati diri generasi muda Banten melalui beragam feature  dan kolom yang siap diisi oleh beragam liputan-liputan yang kreatif, serta kolom gagasan dari berbagai tokoh mumpuni. Di zamannya tabloid ini sempat menjadi salah satu tabloid idola, khusunya bagi anak-anak muda. Banyak pihak yang terlibat dan mengurus tabloid ini, dari redaksi sampai jurnalis yang disebar sesuai kebutuhan, belum lagi pengisi kolom tetap dan penulis lepas yang tulisannya dinaikkan.

Seingat saya, sejak pertama kali diterbitkan sebelum pada akhirnya bermetamorfosis menjadi media online, tabloid Banten Muda mendapatkan iklan atau tidak, Irvan Hq akan berusaha sekuat tenaga untuk terus menerbitkannya. Itulah mengapa, akan sangat sulit memisahkan keberadaan tabloid Banten Muda dari sosok Irvan Hq, sebab Banten Muda adalah jiwanya, di mana ia telah mempertaruhkan begitu banyak hal yang mungkin tidak akan mampu dipertaruhkan oleh orang lain selain dirinya. Ya, untuk idealismenya tentang mengurus generasi muda agar tidak salah asuhan.

Irvan Hq memang tidak kritis dalam “wacana” kepemudaan sebagaimana sering ditemukan di kantor-kantor pejabat atau di kedai-kedai kopi. Tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang sangat kritis menyikapi kenyataan. Ia memandang bahwa nasib generasi muda tidak dapat dijadikan bahan wacana yang tidak diketahui sampai di mana ujungnya.  Ianya adalah kenyataan yang harus segera diurus. Irvan memang selalu memilih menyalakan lilin daripada merutuki kegelapan dan inilah sikap kritis yang sesungguhnya.

Silver Queen

“Assalamu’alaikum,”sebuah salam terdengar lirih, suaranya sangat saya kenal.

Dengan segera saya menuju pintu dan benar saja, pada sore yang agak temaram di mana langit terlihat mendekati waktu senja, Irvan Hq yang masih berseragam baju kerja, entah bagaimana caranya sudah ada didepan pintu rumah saya, di Puri Anggrek.

“Mana anak-anak, Kang?” tanya Irvan sambil mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi dengan panjang lebih kurang 50cm, sebatang cokelat bermerek Silver Queen seberat 1Kg. Saya terkejut melihat cokelat itu, karena pada masanya produk cokelat dengan kemasan sebesar dan seberat itu belum ada di Kota Serang, apalagi jarang sekali keluarga kami membeli cokelat, sesekali membeli, itu pun paling dengan ukuran kecil. Tetapi bukan karena cokelat itu saya terkejut, melainkan karena kedatangan Irvan Hq yang tiba-tiba, membawa cokelat—membawa kasih sayang seorang sahabat kepada sahabatnya. Irvan Hq memang orang yang pandai membuat kejutan dan menyenangkan hati orang.

Pada petang yang sememangnya akan terasa lebih syahdu jika makan cokelat di teras bersanding kopi hitam, saya menatap mata itu dan merasakan denyar ketulusan dari sorot matanya. “Sahabat itu seperti Cokelat, dia akan lemas kalau kena panas,” ujarnya berseloroh. Kata-katanya sederhana dan mudah dicerna namun masuk langsung menancap kedalam hati. Ini ibarat menerima seorang guru yang datang membawa satu pusaka kepada seorang pendekar yang baru belajar beberapa jurus.

Seperti biasa obrolan terjadi antara kami. Obrolan yang tidak pernah menemukan kebosanan meski kami telah begitu lama bersahabat dan kami cukup sering bertemu. Kami terus bercengkrama hingga pada suatu menit ia berpamitan, meninggalkan rumah saya; meninggalkan Puri Anggrek.

Dalam kisah silverqueen ini, yang ingin saya kisahkan adalah persahabatan dengan nilai yang bukan hanya disampaikan pada momen-momen tertentu saja. Valentine misalnya? Tidak, Irvan Hq menganggap valentine adalah sepanjang masa, tak kenal ruang dan waktu. Kepada siapapun, termasuk kalian yang mengenalnya, bukan? Orang-orang yang belum mengenalnya mungkin sulit membayangkan bagaimana ada lelaki seromantis itu, tapi orang-orang yang telah mengenalnya akan segera mengangguk sambil tersenyum.

Menit-menit itu memang berlalu sesaat setelah berlalunya langit senja dan datangnya langit malam. Sebatang cokelat seberat 1 Kg telah membuat saya terharu. Maksud saya, kedatangan Irvan Hq ke rumah saya telah membuat saya terharu. Ia diam-diam dan mungkin tanpa disadari oleh dirinya sendiri telah memberi pelajaran penting tentang bagaimana mengungkap perasaan. Bagaimana menunjukkan sebuah kepedulian.

Malam pun berjalan begitu tenang. Saya tidur menjemput mimpi bersama senyum sahabat saya yang senantiasa menebar kasih untuk semua orang yang ada di sekitarnya. Seorang manusia langka pada zaman ini yang membuat saya merasa beruntung karena ditakdirkan menjadi sahabatnya.

Seperti Menceritakan Kehidupan Para Sufi

Menceritakan Irvan Hq bagi saya ibarat menceritakan kehidupan para sufi, karenanya pada begitu banyak kesempatan saya sering memanggilnya dengan sebutan “Sufi Kecil”.  Apa yang ia pikirkan belum tentu mampu kita pikirkan; apa yang ia kerjakan belum tentu kita mampu mengerjakannya. Kita sering dibayang-bayangi oleh pikiran kotor dan syakwasangka kepada orang lain, sedang Irvan Hq sepanjang yang saya ketahui, sepanjang yang ia ungkapkan dan praktikkan, selalu dalam balutan pikiran yang positif.

Saya tidak menyucikan ia dari kekhilafan, sebagai manusia biasa, tetap saja ada kalanya ia khilaf. Tetapi saya pikir itu tetapi tidak setebal kita, terutama saya. Ketika yang lain mudah abai, bosan, jenuh dan moody, ia konsisten mengelola perasaan sehingga setiap ucap dan geraknya serba tertata. Ketika salah satu teman terlihat jauh dan menjauh, ia gapai dengan tangannya yang lembut. Ketika salah satu teman kesusahan dengan segenap kemampuannya ia membantu.

Irvan Hq adalah inspirasi, inspirasi yang telah ia mulai dan tularkan dengan semua hal yang ia wujudkan melalui persahabatan, Banten Muda, tabloid Banten Muda, biem.co, Banten Muda Award, panggung gagasan, kumpul reboan, bacakan, Family Gathering, kunjungan persahabatan, kue tart, dan ucapan ulang tahun yang tak henti kepada siapapun dan dimanapun. Irvan Hq semacam tokoh tali kasih ditengah padang gersang individualistis.

Tak ada gading yang tak retak, semaksimal apapun kita berpikir tentang orang lain, tentu tidak bisa memuaskan semua pihak. Ada saja yang tak suka, tak puas bahkan yang tak sudi ia berbuat demikian, dan boleh jadi diantara perkawanan kita yang tadinya sangat dekat menjadi jauh. Bagi Irvan, “Siapapun yang tidak suka kepada saya, bukan urusan saya. Urusan saya menganggap ia adalah sahabat saya, kapanpun.”

Itulah rumitnya membayangkan pikiran dan jiwa seorang Irvan Hq. Begitu jernih. Sering sekali saya meyakini bahwa Irvan Hq  adalah orang yang mendengar dengan sungguh-sungguh nasihat  Ali bin Abi Thalib: Berilah ribuan kesempatan bagi musuhmu untuk bisa menjadi temanmu, namun jangan berikan satu kesempatan pun pada temanmu untuk menjadi musuhmu.

Dari caranya bersikap dan berkata saya juga meyakini ia telah mampu menjalankan apa yang pernah dikatakan oleh Imam Syafi’i: diantara tanda-tanda ukhuwah yang sebenarnya ialah mau menerima kritikan dari teman, menutupi aib teman dan memberi maaf atas kesalahannya. Tak segan ia menerima segala bentuk masukan atau kritik dari orang lain dan ia adalah orang yang sangat mudah memberi maaf.

Tentu bukan rahasia lagi jika saya mengatakan bahwa ia tak pernah memilih teman, tak pernah berusaha menyeleksi manusia karena ia adalah orang yang selalu berusaha memaklumi kekurangan orang lain. Kadang-kadang memperhatikan Irvan Hq seperti sedang mendengar Jalaludin Rumi yang sedang berkata: Jika yang kamu cari adalah seorang teman yang sempurna, maka kamu tidak akan punya teman.

Level tertinggi dari pertemanan manusia adalah derajat persahabatan, derajat yang agak gampang-gampang susah. Membutuhkan niat dan waktu untuk merangkai dan menjadikannya kaffah, seperti yang pernah diungkapkan oleh Aristoteles: Berharap menjadi teman adalah pekerjaan yang cepat, tetapi persahabatan merupakan buah yang lama masak.

Untuk mendapatkan buku Tentang Orang yang Memasangkan Sayap Kecil di Pundak Para Pemimpi silahkan klik disini.

Semoga kita ditakdirkan dalam keindahan, kelak semoga kita menjadi kupu-kupu yang memberi warna-warna indah untuk kehidupan atau menjadi cahaya yang sinarnya mengalahkan terang mentari. Sebab persahabatan adanya adalah menggenapkan, tiadanya menggasalkan. Sambil berikhtiar mencapai mimpi-mimpi, karena tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada kerja keras yang tak setinggi cita-cita, demikian seorang Irvan Hq terus memantapkan keyakinan setiap manusia yang mengenalnya. (Red)

 

ALI FAISAL, SH., MH., ME. adalah Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Banten periode 2022 – 2027. Lahir di Serang, 02 September 1979, Pria yang akrab di sapa Ali ini mengenyam pendidikan dasar (SD Negeri) dan juga madrasah ibtidaiyyah (MI) sekaligus. setamat SD kemudian belajar di SMP Negeri 1 Bojonegara, Setelah tamat SMP melanjutkan ke SMA Negeri 1 Kramatwatu Serang, Selanjutnya menempuh kuliah S1 Fakultas Hukum Konsentrasi Kebijakan dan Hukum Politik Universitas Pasundan Bandung dan lulus tahun 2002, S2 Magister Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta lulus tahun 2011, pernah studi S2 Magister Manajemen STIE Latansa Mashiro 2012-2014 dan S2 di UIN SMH Banten Jurusan Magister Ekonomi Syari’ah Lulus Tahun 2016.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button