Irvan HqKolom

Panji Aziz Pratama : Mendekati Puncak Gunung Everest

Ibarat misi pendakian puncak Gunung Everest, peran Irvan Hq bukanlah sebagai Hillary, melainkan ia adalah seorang Tenzing Norgay yang membantu berbagai mimpi anak muda termasuk saya. Mimpinya adalah melihat lebih banyak anak muda berhasil menggapai mimpinya dan berikan kebermanfaatan bagi banyak orang.”

CSI#12, biem.coBicara tentang Irvan Hq adalah bicara tentang mimpi anak muda. Ada berbagai macam cerita yang ia bagikan melalui lisan, tulisan bahkan cerminan sikap dan perlakuannya pada diri orang lain, terutama diri dan semangat anak muda. Semangatnya tumbuh, karyanya nyata, dan  inspirasinya merupakan energi. Kehadirannya ada untuk mengingatkan kita anak-anak muda, bahwa bermimpi memang harus setinggi langit, asalkan usaha yang juga mengiringi.

Dalam begitu banyak kesempatan, saya sering mendengarkan berbagai celotehan hangatnya yang selalu saya bawa pulang dan berusaha menerapkan pelajaran-pelajaran yang saya terima darinya dalam kehidupan. Saya tidak dapat menyebutkan semua yang pernah saya dengar, karena sangat banyak. Saya memang belum sepenuhnya mampu menerapkan pelajaran-pelajaran darinya dalam kehidupan saya, tapi setidaknya saya terus mengingatnya.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Pelajaran dari seorang Irvan Hq tidak khusus untuk saya, sebab sikapnya yang terbuka membuatnya selalu mudah membagikan apa saja kepada siapa saja. Misalkan pada tahun 2015 ketika memberikan sambutan dalam acara Istana Belajar Anak Banten, ia mengatakan: “Hidup itu seperti sirkulasi, disana ada hukum memberi dan menerima, kita yang sejak lahir selalu menerima, sudah saatnya untuk memberi. Berbagi adalah salah satu cara kita menjaga sirkulasi hidup supaya tetap seimbang, tetap sehat dan bahagia  ”

Memang begitulah Irvan Hq, selalu ada semangat yang ia ditularkan, baik tentang bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama maupun tentang mimpi yang harus digapai. Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi tentang sejarah panjang sosok Irvan Hq dalam mewujudkan berbagai mimpi anak-anak muda seperti saya.

***

Sekitar tahun 2010, kami saling kenal karena sama-sama menjadi panitia Reuni Akbar’93 SMAN 2 Kota Serang.  Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Keterlibatan saya sebagai pengurus OSIS, sementara Irvan Hq sebagai salah satu panitia yang dibentuk oleh alumni seangkatannya.

Pada awal tahun 2011, entah apa yang ada dalam benak saya, sehingga saya memberanikan diri menyampaikan mimpi saya kepadanya. Sebuah mimpi tentang  organisasi yang dapat menjadi rumah bagi teman-teman pengurus OSIS se-Provinsi Banten. Saya sadar mimpi itu bukan mimpi yang mudah. Anehnya, untuk mewujudkan mimpi itu saya tidak terpikir sama sekali untuk memercayakan wacananya kepada pemerintah semisal dinas pendidikan, malah saya memilih menemui Irvan Hq.

“Om, Panji punya rencana membentuk Forum OSIS Banten,” papar saya berusaha tenang meski agak gugup. “Soalnya di Banten belum ada wadah OSIS Se-Banten. Jika forum itu ada, harapannya bisa jadi wadah pertama OSIS di Banten untuk saling belajar satu sama lain.”

“Silakan Panji. Jalankanlah terlebih dahulu. Itu ide bagus. Semoga jadi wadah untuk belajar Panji dan teman teman, ya, ’’ sambutnya dengan tatapan dan senyuman yang hangat.

Bagi orang-orang yang mengenal betul siapa lelaki bernama Irvan Hq, pasti dapat memahami maksud dari tanggapannya itu. Pasti mengerti apa yang akan dilakukannya setelah suatu diucapkan olehnya.

Dalam prosesnya kami berkomunikasi cukup baik. Ia intens  membimbing saya, sehingga Forum OSIS Banten betul-betul terwujud pada 1 Mei 2011. Pada saat itu kami mengharapkan Irvan Hq mau menjadi Pembina Forum OSIS Banten dan kembali ia bersedia. Mungkin di mana ada semangat positif dan harapan, di situlah Irvan Hq akan berdiri tegak, pantang menolak apatah lagi mundur.

***

Akhir 2012, saat saya baru menjalani  perkuliahan, tepatnya semester 1 di Universitas Padjadjaran, saya kembali memiliki mimpi, yakni ingin membentuk komunitas yang titik fokusnya pada kepedulian terhadap pendidikan yang digerakkan oleh anak muda di Banten. Tidak ingin ide itu hanya bersarang dalam pikiran saya, sosok Irvan Hq muncul menjadi top of mind. Ya, tanpa ragu saya merencanakan sebuah pertemuan dengannya. Saya tidak mau cita-cita ini gugur begitu saja sebelum berputik, sebelum berkembang.

Tibalah hari di mana saya dipersilakan datang ke rumahnya. Di sana saya menjelaskan bagaimana mimpi itu hadir di dalam pikiran dan dan bagaimana harapan saya terhadap perwujudan mimpi itu.

‘’Om, Panji ingin membuat komunitas berbasis pendidikan,” ringan saja saya mengatan ide itu, karena saya melihat ketenangan di mata Om Irvan. “Kegiatannya mendirikan taman baca di desa-desa. Panji ingin juga mengajak adik-adik di Forum OSIS Banten angkatan ke-III ini untuk ikut gabung jadi panitia acaranya, menurut om gimana?’’

‘’Ide bagus Panji, lanjutkan saja rencananya. Nanti Om dan Banten Muda dampingi prosesnya. Semoga taman baca yang kelak kamu buat bermanfaat untuk anak-anak di desa.”

Sudah saya duga, akan begitulah Irvan Hq menjawab. Ia orang yang pantang mematahkan semangat anak muda. Jangankan dihadapkan pada ide-ide yang bagus, dihadapkan pada ide-ide yang bagi orang pada umumnya tidak penting, akan dijembatani olehnya.

***

Prosesnya cukup menantang. Saya harus pulang-pergi Bandung-Serang untuk kuliah. Tetapi semangat dalam diri saya dan semangat yang senantiasa disuntikkan seorang Irvan Hq membuat saya kuat menjalani setiap mili detik prosesnya. Saya tidak merasa menghadapi masalah, meski dihadapkan pada begitu banyak masalah. Sehingga pada akhirnya berdirilah Komunitas Istana Belajar Anak Banten. Sebagaimana yang pada mulanya saya sampaikan kepadanya, kegiatan pertama yang dilakukan adalah mendirikan taman baca, tepatnya pada tanggal 10 Februari 2013 di Padarincang, Kabupaten Serang.

Jika kita sering mendengar bahwa harga diri seorang manusia terletak pada kemampuannya memegang kata-kata, saya menemukannya pada sosok Irvan Hq. Bahkan apa yang dilakukan dan diberikan jauh melebihi apa yang dikatakan, bukan hanya memenuhi apa yang telah diperkatakan. Ia hanya mengatakan, jalankan saja. Seakan-akan tanpa apa-apa. Tidak ada janji berlebih, tapi ia selalu memberikan segala sesuatu yang serba melebihi yang saya duga.

Ketika itu sangat jelas Banten Muda senantiasa mengiringi proses pembentukan taman baca, mulai dari mengangkat berita donasi buku sampai hari H pelaksanaan tim Banten Muda hadir ditengah kami,  para relawan Istana Belajar Anak Banten.

Saat itu taman baca diresmikan dan dihadiri perangkat desa bersama Irvan Hq sebagai pembina dan saya sebagai ketua Istana Belajar Anak Banten. Bermodalkan niat dan semangat, 30 relawan pengajar di awal, kami yakin bahwa pengabdian ini akan berdampak pada banyak kebaikan yang tercipta di depan.

Irvan Hq bagi saya memang benar benar EntrepreneurSleep yang suka ‘NgoPi’’, Ngobrolin Mimpi. Ia seorang pengusaha mimpi yang membangunkan mimpi anak-anak muda dari tidurnya, semata-mata untuk menunjukan bahwa mimpi bisa dicapai hingga menjadi nyata. Hasil dari usahanya adalah mimpi anak muda yang terealisasi menjadi nyata. Ia selalu ajarkan bahwa hal yang diyakini dari hati maka akan dapat terealisasi walapun itu mimpi yang sangat tinggi.

Kembali lagi pada apa yang diimpikan atau tujuan yang ditetapkan saat kita menentukan sebuah mimpi. Ia mengajarkan bahwa bukan finansial ataupun karir yang jadi tolok ukur utama sebuah mimpi, karena mengejar yang tidak ada habisnya tidak akan pernah dibawa di akhirat nanti.

Ia bukan hanya mengajarkan tentang pentingnya mengejar sebuah mimpi, namun pentingnya menyiapkan sebuah mental baja di dalam diri. Kita memang tidak bisa menghindari berbagai hal yang terjadi diluar kendali diri, tapi kita bisa mempersiapkan berbagai kemungkinan terburuk yang terjadi. Dalam mengejar sebuah mimpi, pasti ada kalanya jatuh bangun bahkan sampai kiranya kita tak sanggup untuk bangkit kembali.

Irvan Hq selalu mengajarkan pada setiap anak muda bahwa bermimpilah setinggi langit, iringilah dengan usaha dan persiapkan segala kemungkinan yang terjadi pada diri dan mimpi-mimpimu.

 ***

Saya teringat kisah Tenzing Norgay, seseorang yang menemani Edmund Hillary (Pendaki puncak pertama Gunung Everest). Hillary adalah orang yang bermimpi untuk menjadi pendaki puncak pertama Gunung Everest. Disaat 10 meter mendekati puncak Tenzing Norgay yang posisinya lebih dahulu daripada Hillary menghentikan langkahnya kemudian bergeser ke kiri mempersilahkan Hillary untuk melangkah lebih dulu ke titik puncak. Posisi terakhir Tenzing adalah lima meter dari puncak saat ia membiarkan Hillary diberi gelar sebagai manusia pertama yang menaklukkan Everest.

Dari cerita ini, saya jadi tersadarkan bahwa peran Irvan Hq bukanlah sebagai Hillary, melainkan ia adalah seorang Tenzing Norgay yang membantu berbagai mimpi anak muda termasuk saya. Mimpinya adalah melihat lebih banyak anak muda berhasil menggapai mimpinya dan berikan kebermanfaatan bagi banyak orang.

Bagi saya, sosok Irvan Hq telah banyak menghidupkan berbagai mimpi saya sebagai anak muda. Ia sosok yang selalu hadir dalam berbagai ide dan gagasan yang ingin saya bangun. Ia ikut mematangkan bahkan memberikan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dalam berbagai pilihan yang akan saya ambil kedepan.

Sejak 2011 tepat disaat masih duduk di bangku SMA, saya punya banyak mimpi. Salah satunya adalah ingin keliling dunia dengan karya. Hingga saya putuskan ambil jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Padjadjaran agar saya punya karya sosial yang bermanfaat bagi banyak orang. Berprinsip menjadi orang yang ingin lebih banyak memberi manfaat bagi orang lain. Maka saya putuskan untuk berkiprah di berbagai dunia sosial sejak awal masuk kuliah.

Istana Belajar Anak Banten yang berhasil diresmikan melalui surat keputusan Kementerian Hukum dan HAM sebagai sebuah yayasan sosial pada 11 Februari 2016 adalah karya sosial pertama saya karena berbagai dukungan sang Tenzing Norgay, yaitu Irvan Hq. Hari ini Isbanban Foundation yang dibimbing olehnya telah menginspirasi lebih dari 700 anak muda se-Banten dan 455 adik binaan di 7 desa se-Banten.

Untuk mendapatkan buku Tentang Orang yang Memasangkan Sayap Kecil di Pundak Para Pemimpi silahkan klik disini.

Berkat berbagai bimbingannya, tak pernah saya sangka hari ini saya bisa mengelilingi 5 negara karena beasiswa dan panggilan sebagai seorang pembicara. Mulai dari Negara Malaysia untuk mengikuti pertukaran pelajar, kemudian ke India mewakili Indonesia di World Youth Summit, mendapatkan beasiswa 5 minggu di Northern Ilinois University Amerika Serikat, diminta menjadi juri di Washington DC, keliling di New York, melewati dinginnya cuaca Swiss untuk menerima beasiswa pelatihan organisasi, menjadi pembicara di Turkey sampai pada akhirnya diberikan apresiasi sebagai The 60 Global Changemakers adalah buah dari bimbingan dan inspirator seorang Irvan Hq selama ini.

Saya hanya satu dari banyaknya anak muda diluar sana yang terkena dampak Entrepreneursleepnya. Semoga sosok Irvan Hq akan terus menghidupkan mimpi anak-anak muda lainnya di negeri ini.  (Red)

 

Panji Aziz Pratama – adalah pegiat Sosial kelahiran Serang, 19 September 1994. Pada 2013 ia mendirikan Social Project yg dinamakan Istana Belajar Anak Banten (Isbanban).  Organisasi sosial yang ia dirikan bersama rekan rekan Banten Muda dan Forum OSIS Banten untuk membantu pendidikan anak di pelosok daerah Banten. Saat ini telah menjaring 743 relawan muda dan membantu lebih dari 554 anak di 7 desa se provinsi Banten melalui pendirian taman baca dan beasiswa lanjut sekolah. Panji lulus dari Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran (2016) dan mendapatkan beasiswa leadership dari pemerintah Amerika Serikat melalui program Young Southeast Asian Leadership Academic Fellows (YSEALI) selama 5 minggu pada 2015. Atas kiprahnya, pemuda asal Banten ini dinobatkan sebagai 60 Global Changemakers (2016) dari 4000 nominasi anak muda di dunia. Panji dapat dihubungi melalui Instagram @panjiaziz atau melalui surel panjiaziz@isbanban.org

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button