Agak terharu seperti nonton Petualangan Sherina. Sebuah perlakuan yang sangat istimewa dari orang yang baru saja saya kenal. Jujur baju itu masih ada, cukup unik. Desain logo Mc. Donald tapi diplesetin jadi sate Mang Doel. Baju masih utuh, seinget saya bagian ketek agak bolong dan pernah dijahit sama almarhumah mamah saya.” – Dionisius Bemby
CSI#7, biem.co – Dimulai dari perkenalan dengan Setiawan Chogah yang ketika itu bertugas sebagai wartawan Banten Muda. Ia nangkring di lantai lima Graha Pena Radar Banten dan sekaligus sahabat karib redaktur saya, Hilal Ahmad.
Dari posisi saya sebagai wartawan kampus “Xpresi Radar Banten” hingga naik ke wartawan harian radarbanten.com, selalu dan tak bosan menjalani liputan berita dengan Chogah, yang saya sebut sebagai pengikut pertama Kak Irvan. Seringkali saya liputan mulai dari hardnews sampai softnews, bahkan berita pun di-remaksoleh Chogah. Suka kesel pasti.
Sempat dalam hati bertanya-tanya, Bos-nya si Chogah yang mana sih? Kok nerima tingkah wartawan kayak anggota girlband gini?
Bukannya apa-apa, ini anak saling berbagi iya, agak strong buat diajak liputan yang medannya sangatlah keras iya, tapi manjanya sudah kayak girl band lawas, you know-lah Manis Manja Group.
Maaf ketika itu saya menggunakan kata “Boss” karena memang sudah biasa dihadapkan posisi manusia yang antara boss dan anak buah. Pandangan ini kelak berubah, setelah saya bertemu Irvan Hq.
Singkat cerita, Chogah mengajak saya ke kantor Banten Muda.
“Ini tempat kerja gue,” katanya cengengesan. “Masuk aja, enggak usah malu kayak putri malu!”
Saya sempat menolak, memilih tetap nangkring di jok motor. Saat itu juga di teras kantor Banten Muda dia menceritakan pertemuannya dengan Kak Irvan dengan cerita yang panjang kali lebar. Kayak Kisanak lagi koalisi sama Surya Paloh gitu deh.
Sejak itu saya sering singgah di Banten Muda hingga pada suatu ketika saya bertemu dengan lelaki berkulit putih, menggunakan kacamata, berbadan sedang dan dikenal dengan nama Irvan Hq. lelaki yang sering saya sebut boss-nya Chogah.
“Malam, Pak,” sapa saya masih malu-malu. Secara saya sering banget setiap malem mampir di Banten Muda, ngerasa nggak enak saja. “Saya Bembi, temennya Chogah.”
“Oh, temennya Iwan, saya Irvan. Sini masuk,” ajaknya ramah.
“Makasih, Pak. Saya di depan saja,”
“Ya sudah, nggak apa-apa. Oh iya, jangan manggil saya bapak, panggil saja Kak Irvan biar lebih mudaan,” tuturnya mancing humor.
“Iya, Pak. Eh, Kak.” ucap saya gugup.
Dalam hati, mungkin Kak Irvan ngikutin jejak Kak Nunu atau Kak Seto kali yak, sampai nggak mau di panggil bapak.
Dari situ saya berbincang panjang lebar dengan Kak Irvan dan Chogah di ruang tamu atau ruang apalah namanya.
Memang benar cerita dari Chogah, perjalanan hidup Kak Irvan memang nggak gampang sebelum ia sampai titik kesuksesannya membangun media dan wadah komunitas untuk anak muda.
Ada pelajaran dari perbincangan itu yang saya serap, istilah pasaran sih memang, “Kesuksesan itu mulai dari nol, mulai dari menderita, dari situ ada pelajaran hidup. Dan kita termotivasi buat bangkit.”
Pada larut malam, saya pun pamit, tapi saat itu Kak Irvan menahan saya. Jangan bayangkan seperti seorang cowok nahan ceweknya yang lagi ngambek, ya. Jauh dari gambaran itu, apalagi gambaran seperti film India yang kejar-kejaran di bawah pohon.
“Sebentar, Bem. Kamu biasa pakai baju ukuran apa?” tanya Kak Irvan.
“Ukuran M. Buat apa,Kak?”
Tanpa menjawab pertanyaan saya, ia langsung berjalan menuju ruangannya. Tidak lama ia kembali menemui saya.
Ternyata iamasuk ruangan paling depan itu untuk mengambil beberapa baju. Saya diminta mencoba beberapa baju yang ia berikan.
“Agak gede dikit, Kak.”
By the way, dulu gue kurus dan item, nggak beda jauh dari ujung tusuk sate.
“Ini buat Bembi. Semoga terus dipakai dan persahabatan kita terus terjaga dari saya pribadi dan Iwan,” ungkapnya.
Agak terharu seperti nonton Petualangan Sherina. Sebuah perlakuan yang sangat istimewa dari orang yang baru saja saya kenal. Jujur baju itu masih ada, cukup unik. Desain logo Mc. Donald tapi diplesetin jadi sate Mang Doel. Baju masih utuh, seinget saya bagian ketek agak bolong dan pernah dijahit sama almarhumah mamah saya.
Singkat cerita sesingkat-singkatnya, berbicara soal sosok Kak Irvan dan mewujudkan mimpi generasi muda memang bukti yang nyata, bukanlah fake. Beliau ikut berkontribusi memajukan organisasi Isbanban hingga foundernya, Panji melenggang pendidikannya ke luar negeri. Selain itu, komunitas film di mana saya pernah berada di sana yakni Kremov Pictures selalu didukung penuh.
Perhatian Kak Irvan kepada anak muda tidak pandang bulu, tidak hanya Kremov, StandUp Indo Serang, komunitas komedian tempat saya berkarya juga mendapatkan perhatian darinya. Kalau tidak salah pertengahan 2016, saya sengaja mengontek Kak Irvan, sebenarnya sih dalam rangka kangen dan sambil mengenalkan komunitas StandUp Indo Serang kepada biem.co.
Tidak lama saya chatting di Messanger Facebook, Kak Irvan mengundang StandUp Indo Serang untuk audiensi dengan teman-teman biem.co, wabil khusus dengan Kak Irvan. Sejak pertemuan itu setiap event StandUp Indo Serang selalu mendapat support seperti komunitas atau organisasi lainnya.
Dukungan Kak Irvan kepada generasi muda tidak hanya untuk perkumpulan anak muda dalam organisasi atau komunitas, akan tetapi perorangan pun diperhatikan. Ini terasa di diri saya saat rasa rindu ingin kembali ke dunia Jurnalistik tapi harus kemana saya menyalurkan rindu itu.
Tepatnya pada akhir September 2017, meski ketika itu saya tersesat di Tangerang, saya memutuskan menghubungi Kak Irvan dengan maksud mengajukan diri agar saya diizinkan bergabung bersama keluarga besar biem.co. Saya sempat berpikir apakah bisa, karena berita yang saya liput berisi softnews dan hiburan. Puji Tuhan sesaat setelah saya menyampaikan maksud saya, Kak Irvan langsung mempersilakan saya bergabung.
Waktu terus berjalan, saya semakin mengenal Kak Irvan, tapi saya enggak bisa menceritakan seperti apa sosoknya. Terlalu banyak sisi yang harus dikupas, ditiru dan kembali diterapkan oleh diri kita ke orang lain (maaf bukan menjilat atau pencitraan yak). Kak Irvan lelaki yang tulus membantu siapa saja. Apa yang ia raih hari ini bukan ujug-ujug ada. Kak Irvan memulai semuanya dari nol, susah maupun sengsara, dan ketika sukses ia hadir untuk orang banyak. “Hidup itu seperti Berbisnis, semakin Bermanfaat, semakin tinggi Nilai Jualnya,” ujar Kak Irvan pada suatu kesempatan berbincang diteras kantor Banten Muda.
Untuk mendapatkan buku Tentang Orang yang Memasangkan Sayap Kecil di Pundak Para Pemimpi silahkan klik disini.
Ini sangking bingungnya saya menilai Kak Irvan, kalian pun pasti bingung, Si Bembi cerita apa sih? Nggak jelas! Akhirnya kita semua sama-sama bingung kan?
Finally, tentunya sosok Kak Irvan bisa menjadi inspirasi buat semua orang dan saya berharap ada banyak sosok penerus Irvan Hq disana dengan nama yang berbeda. (Red)
Dionisius Bemby – adalah Stand Up Comedian dan aktor kelahiran Serang, 2 Maret 1993. Memulai karirnya di dunia entertainment sebagai model Fashion show dan Catwalk pada tahun 2011. Pria yang biasa dipanggil Dio Bemby ini lolos dalam sebuah casting film pendek sejarah berjudul ‘Ki Wasyid Geger Cilegon 1888’ pada tahun 2013 dan hingga saat ini masih bergelut dengan seni peran diberbagai judul short film di Jakarta . Pernah juga menjadi vokalis band ‘Symphonia’ tetapi kemudian lebih jatuh hati kepada Stand Up Comedy. Ia terus mengasah kemampuannya sebagai komika lewat Stand Up Indo Serang sampai bergabung dengan Stand Up Indo Jakarta Barat. Berhasil menggelar Stand Up Show bertajuk ‘Dionesia’ (2018) dan ‘Underistimated’ bersama finalis SUCA 4 Indosiar, Tanjung Desrial (2019). Ikut meramaikan kemajuan teknologi dengan membuat konten di channel Youtube si Bembi. Untuk mengenal lebih jauh dapat mengunjungi Instagram @dionisiusbemby atau melalui email bembydionisius@gmail.com.