JAKARTA, biem.co -Terbentuk di akhir 2016, Reality Club Band yang terdiri Fra Patigo (drum), Faiz Novascotia Saripudin (vokal dan gitar), Fathia Izzati (vokal dan keyboard), dan Nugi Wicaksono (bass) merupakan band indie-rock peraih nominasi AMI (Anugerah Musik Indonesia) untuk kategori Best Newcomer di tahun 2018 dan Best Alternative Group di tahun 2018, 2020, 2021, dan 2022. Berasal dari Jakarta, mereka kian berkembang dan terus menjadi pembicaraan sejak single pertama dirilis. Tidak lama setelah merilis single terbaru mereka yang bernuansa wild-west “Dancing In The Breeze Alone”. Reality Club kembali merilis sebuah single yang digambarkan sebagai kelanjutan dari lagu tersebut dengan judul “Desire”.
Desire adalah sebuah lagu tentang bagaimana kita. sebagai manusia yang beradab dan berpendidikan, dapat berubah menjadi seseorang yang gelap mata hanya karena mengikuti hasrat kita yang paling dalam. Kita dapat melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan dan tidak jarang kita akan merasa menyesal setclahnya. Ini digambarkan sebagai sebuah peringatan bahwa seseorang yang terlihat baik sekalipun dan berjuang dengan untuk apa yang mereka pikir baik, ketika keinginan gelap tersebut muncul, maka semua hal dapat berubah dengan seketika.
Desire hadir juga dengan video klip yang diceritakan sebagai sekuel dari “Dancing In The Breeze Alone” yang baru-baru ini memenangkan Munich Music Video Awards 2023 untuk “Best Music Video: Asia Pacific” dan terpilih sebagai finalis “Best Music Video” secara keseluruhan. Masih di bawah arahan Ibnu Dian dan diproduksi oleh MIURA Films. Desire bercerita tentang “The Sister” sebagai satu-satunya anggota geng yang masih hidup sctclah dikhianati oleh “Mortas”, yang diperankan oleh Bobby Mandela dari BKR Brothers. Seperti lirik dalam lagunya. film ini berfokus pada perjalanan The Sister yang berkeinginan untuk membalas dendam atas kematian teman-teman dan saudaranya, meskipun harus kehilangan nyawa. Diambil di pulau Bali, video ini sepenuhnya direkam menggunakan etek praktis dan aksi nyata dari para pemainnya, di mana mereka harus mengikuti kursus berkuda untuk dapat menunggang dan mengendalikan kuda dengan baik dan benar.
Meskipun secara visual dan cerita dianggap sebagai sekuel dari “Dancing In The Breeze Alone”, “Desire” memiliki nuansanya tersendiri yang tidak terlalu terinspirasi dari soundtrack film spaghetti western. Lagu ini terkesan lebih gelap, dimulai sebagai lagu rock dengan pergantian beat mendadak dan berubah menjadi dark-trap ala Travis Scott, untuk menggambarkan karakter di dalam cerita ini yang telah jatuh ke dalam hasratnya yang paling dalam dan gelap. Lagu ini turut menampilkan strings guarter yang diaransemen oleh kolaborator lama band ini, Chicha Adzhari, yang juga mengaransemen “Dancing In The Breeze Alone”. (BW)