BANTEN, biem.co – Potensi wilayah Banten sangat besar di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Namun, potensi-potensi itu belum dikembangkan dengan optimal.
PT, Agrobisnis Banten Mandiri (ABM), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Banten, berkomitmen membantu membantu pemerintah dalam upaya penguatan ketahanan pangan dengan memperkuat produksi komoditas pangan, rantai pasok dan distribusi pangan di Banten dan Indonesia.
“ABM berkomitmen menyiapkan instrumen pengendalian inflasi dengan rantai pasok pangan berupa Wanten (Warung Banten) dan kerjasama antar daerah dan intra daerah untuk pasokan sesuai dengan neraca pangan Banten dengan 12 komoditas,” ujar Ilham Mustofa, Direktur Operasional PT. ABM.
Seperti yang dilansir oleh TrustNews. potensi wilayah Banten sangat besar di Sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Namun, potensi-potensi itu belum dikembangkan dengan optimal.
“Sudah waktunya Banten menjadi produsen pertanian, peternakan dan perikanan yang memenuhi kebutuhan sendiri dan menjadi pemasok komoditas ke Ibukota Jakarta dan beragam daerah lainnya,” tegasnya.
Diungkapnya, saat ini Banten menempati 10 besar produsen beras nasional sesuai dengan data BPS Produksi Padi di Provinsi Banten sepanjang Januari hingga Desember 2021 mencapai sekitar 1,60 juta ton gabah kering giling (GKG), atau mengalami penurunan sekitar 51,92 ribu ton GKG (3,14 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 1,66 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 446,93 ribu ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 28,91 ribu ton GKG.
PT. ABM harus aktif melakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah, organisasi, dan korporasi dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantisipasi krisis dengan swasembada pangan, minimal terpenuhinya ketahanan pangan per kepala keluarga khususnya masyarakat Banten.
“Untuk itu, kita diharuskan memiliki terobosan yang baru dan inovatif, agar perusahaan lebih produktif dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah,” ujarnya.
Hasil inovasi yang menjadi produk unggulan PT. ABM adalah AgroBanten Hub, Bela Pengadaan Plaza Banten dan Wanten (Warung Banten). Dalam perkembangannya, ketiganya menciptakan ekosistem bisnis agro di Banten melalui 5 Agro Industri yakni AgroBanten RiceMill Industri, AgroBanten Dairy Industri, AgroBanten Poultry Industri, AgroBanten Plantation Industri dan AgroBanten Fishery Industri.
“Kelima agro industri ini memiliki produk dengan brand lokal untuk dipasarkan di Banten dan menjadi instrumen pengendalian harga pangan di Banten,” ujarnya.
Dilain sisi, PT. ABM juga fokus dalam penguatan SDM dengan terus memperbaharui management strategis, framework dalam Balance Score Card (BSC), Key Performance Index (KPI) dan 4 Discipline Execution (4DX) dalam HRIS Sistem dan Training Need Analysis.
“Ini menjadi komitmen kami untuk menyiapkan SDM yang handal dan teruji serta siap menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
“Untuk membangun profesionalitas dan integritas PT. ABM membangun sistem teknologi digital internal perusahaan untuk keuangan, HRD, produksi dan sales agar terpantau dalam satu dashboard menjadikan sistem perusahaan yang terintegrasi dan mempercepat proses keputusan yang dibuat,” paparnya.
Adapun kedepannya, Standart Operatinal Procedure (SOP) yang selama ini menjadi pedoman PT. ABM akan ditingkatkan menjadi aspek legal formal guna memperkuat inovasi yang dilakukan. Kemuidian pengadaan terintegrasi dengan sistem e-commerce untuk UMKM Banten melalui Plaza Banten, self assessment dalam Good Coorporate Governance dan aplikasi Cek KPK serta menyiapkan kerjasaman sebagai mitra bersama perguruan tinggi untuk platform kedaireka.
Hanya saja diingatkan, meski berstatus Perseroda, PT. ABM tidak bisa sepenuhnya murni bisnis. Ini dikarenakan PT. ABM juga memiliki tanggung jawab sosial yakni mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan, meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani, melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, mewujudkan kemandiirian, ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Keduanya harus berjalan seiiring, tidak bisa mengejar bisnis dan menomorduakan pemberdayaan petani dan UMKM atau sebaliknya. Untuk itu harus ada kolaborasi dalam menghadirkan ekosistem agribisnis di Banten dengan para shareholder,” pungkasnya. (TN/Red).