InspirasiSejarah

Kota Yang Hilang Tenggelam Dalam Amukan GUNUNG KRAKATAU

Oleh DN. Halwany

CARINGIN PASCA LETUSAN

Caringin sebagai kota Kabupaten pada pasca letusan gungung krakatau telah dibangun kembali dan menjadi kota santri, karna banyaknya didirikan pesantren-pesantren keluarga K. Mas Asnawi, putra-putra K. Mas Asnawi memiliki banyak santri baik dari daerah sekitaran Caringin maupun dari luar Caringin, ada juga dibangun pendidikan yang setara dengan sekolah umum atau Madrasah. Bukti arkeologi atas bangunan pasca letusan gunung Krakatau terlihat Masjid assalafiah Caringin. Namun sementara bangunan pesantren secara penelitian belum ditemukan. Nampaknya K. Mas Asnawi tidak memerlukan bangunan pesantren, ia memerlukan bangunan rumah yang di dalamnya juga bisa berfungsi sebagai pesantren.

Para santri bergabung dengan keluarga, karena itu rumah-rumah keluarga besar K. Mas Asnawi Caringin bangunannya rata-rata sangat luas. Bukti penelitian arkeologi lainnya terdapat kubur-kubur kuna disepanjang pantainya; antara lain kubur pejabat Bupati pertama Caringin yang bernama Regent Boncel dan isrtrinya, kubur Pangeran Jimat (apakah ada kaitannya dengan meriam Ki Jimat ?), dan kubur para pejabat Bupati lainnya. Komplek kubur tersebut secara toponim disebut Istana Gede di Desa Pejamben. Kubur para pejabat Bupati ini bentuk nisannya artifisial, sementara kubur ulama yang berada di desa Caringin bentuk nisannya dari batu alam, polos halus dari batuan andesit. Kuburan ulama ini diantaranya kubur K. Mas Caringin, K. Mahdi, K. Mas Abdurahman. Dan situs-situs lainnya antara lain;

A. Kecamatan Labuan

1. Desa Caringin

a. Masjid Assalafiah Caringin

Masjid Caringin bernama Masjid Assalafi. Kata salaf bisa berarti dari kata salafun yang artinya mazhab salaf yang selalu berpedoman pada qur’an, hadis, ijma dan qias dan juga bisa berasal dari kata salafan yang berarti yang terdahulu. (A-Munawir, 1997:651). Masjid Assalafi Caringin didirikan setelah 1 tahun Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, jadi masjid Assalafi Caringin dibangun mulai tahun 1884. Dan selesai pembangunannya selama 5 tahun yaitu tahun 1889 (Syaukatuddin.I. 2000:5).

Masjid Salafiah Caringin telah direnovasi dua kali. Pertama pada tahun 1984 melalui Dinas Purbakala dan kedua pada tahun 2001 melalui dana swadaya masyarakat dari hasil penjualan tanah wakaf Masjid Assalafi. Renovasi pada dinding ruang utama masjid dan serambi utara, selatan dan timur dengan menggunakan keramik pada dindingnya dan pada bagian atap merenovasi usuk dan genteng, kepurbakalaan lainnya masih tetap dipertahankan antara lain, mimbar, michrab, soko guru dan momolo. Deskripsi Masjid Assalafi dibangun di atas tanah seluas 1/2 hektar meliputi komponen bangunan Masjid, pagar keliling, kolam tempat wudhu, parit aliran air kolam wudhu dan jam matahari.

Komponen bangunan didalem Masjid terdiri dari bangunan inti dan bangunan serambi. Bangunan inti berbentuk kubus berukuran 14 x 13 meter. Dalam bangunan inti terdapat unsur ruang Imam, unsur michrab, unsur saka guru, konstruksi kuda-kuda, pintu, jendela, dan loteng menara. Ruang imam berbentuk lengkung pada sisi kanan dan kiri terdapat ragam hias flora. Unsur michrab terdiri dari dua bagian, pertama bagian dasar menggunakan bahan bata berplesterada bagian dasar ini terdapat suatu ruang untuk tempat penyimpanan (rahasia?).

Kedua bagian atas, tiang dan atapnya terbuat dari kayu berukir dan terdapat kaligrafi. Pada sisi kanan dan kiri yang berbentuk gunungan yang berinskripsi huruf Arab berbahasa Arab, “Ya hayyuya qoyyum, ya jalali wal-ikram, Allohu nurus-samawatiwwl ardi”. Pada bagian atap juga terdapat inskripsi huruf Arab, berbahasa Arab juga, “ Qola sollallahu ‘alaihi al-jum’atu hua wa jibun ‘ala kulli muslimin, al-jum’atu hijjul muslimin man taroka salasati jum;atun min goiri ‘usrin famin man munafiqin”.

Unsur saka guru berjumlah 4 buah berbentuk segi delapan, masing-masing berukuran tinggi 6 meter. Konstruksi kuda-kuda yang tidak dikenal dalam konstruksi tradisional, konstruksi tersebut adanya pengaruh banguanan Barat (Belanda). Loteng menara terdapat dalam ruang inti, fungsi loteng sebagai menara tempat mengumandangkan azan.

Gunung Krakatau 4

Editor: Irvan Hq
Previous page 1 2 3 4 5 6 7Next page

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button