InspirasiSejarah

Kota Yang Hilang Tenggelam Dalam Amukan GUNUNG KRAKATAU

Oleh DN. Halwany

CARINGIN SEBELUM TENGELAM

Secara administrasi pada masa kesultanan, periode 1620-1677 daerah Banten meliputi wilayah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang bagian barat, Kabupaten Bogor dan sebagian kecil Kabupaten Sukabumi di bagian barat, dan pada periode 1677-1705 daerah Banten lebih meluas kearah timur terutama di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, batas wilayah tersebut berlangsung hingga kekuasaan pemerintahan Belanda pada tahun 1811 ( Yunus, 1995:118).

Tiga tahun Setelah runtuhnya kesultanan Banten, tahun 1816 pemerintah kolonial telah membagi kesultanan Banten menjadi 4 wilayah, secara administrasi dibagi empat bagian yaitu: Banten Lor, Banten Kidul, Banten Tengah dan Banten Kulon. Masing-masing menjadi pusat Kabupaten. Banten Lor menjadi Kabupaten Banten Lor, pusat kotanya Serang, Banten Kidul menjadi Kabupaten Banten Kidul pusat kotanya Lebak, Banten Tengah menjadi Kabupaten Banten Tengah pusat kotanya Pandeglang dan Banten Kulon menjadi Kabupaten Banten Kulon pusat kotanya Caringin. Dan satu tahun kemudian dibentuk residen Banten dengan residen yang pertama adalah J. de B Ruijen Wi (1817-1818).

Pemecahan Banten sebagai konsekwensi runtuhnya kesultanan Banten sehingga kedudukan pejabat kesultanan diturunkan sebagai pejabat Bupati di bawah residen yang dijabat oleh kolonial. Pejabat Bupati waktunya dibatasi dan diangkat oleh pemerintah kolonial. Seperti; Ki Patih Derus (Ngabehi Bahu Pringga), ia keturunan yang ke 6 dari moyangnya Batara Patandjala dan cicit dari Pangeran Astapati, beliau seorang pejabat tinggi dari Negara Kesultanan Banten pada masa menjelang keruntuhan. Pada masa kesultanan ia menjabat sebagai seorang Maha Patih Negara untuk menguasai secara otonom daerah Lebak Lewidamar dengan gelar Ngabehi Bahu Pringga.

Namun pada tahun 1816, pemerintah kolonial telah membagi kesultanan Banten menjadi 4 buah Kabupaten. Oleh kolonial Ki Patih Derus diangkat dengan gelar Patih di Banten Kidul, membawahi Bupati angkatan pertama dari pemerintah kolonial yang masih dipilih dari para keturunan bekas para sinuhun Negara Kesultanan Banten, yaitu yang bernama Pangeran Senadjaya alias Ratu Bagus Djamil, ia menduduki jabatan dari tahun 1817 s/d tahun 1830.

Demikian juga di Banten Lor (Serang) jabatan Bupati dari zuriat kesultanan Banten, Pangeran Mudzakar Ari Santika ( 1816-1827), dan Banten Kulon yang menjabat Bupati adalah TB. Wirajaya alias Regen Boncel. (1816- ? ). Kota-kota yang tumbuh pada awal abad 19 di Banten adalah Kota Kabupaten Banten Kidul pusat kotanya di Lebak, Kabupaten Banten Tengah pusat kotanya di Pandeglang, Kabupaten Banten Kulon pusat kotanya di Caringin. Caringin sebagai pusat kota Banten Kulon, telah dibuat suatu perencanaan tatakotanya, pemilihan Caringin sebagai suatu kota Kabupaten berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya lokasi Caringin, sumber air tanahnya tidak asin.

Caringin diapit oleh dua buah sungai yaitu sungai Cikande yang berada di Caringin lor dan sungai Cisanggoma yang berada di Caringin kidul. Disamping itu telah dilakukan tataguna air dengan membuat dam dan kanal. Fungsi dam untuk mengatur debit air dan fungsi kanal untuk mengairi sawah yang yang posisinya berada di atas aliran sungai. Dalam peta figurative schet, sungai Cisanggoma yang berada di Caringin kidul itu sangat lebar dan dapat dilalui perahu untuk mengangkut hasil bumi dari hulu sungai Cisanggoma.

Hasil bumi yang dihasilkan antara lain kopi. Kopi merupakan pelaksanan sistim tanam paksa (cultuurstelsel) yang diterapkan oleh Van Den Bosch (1825-1830). Pajak yang wajib mereka bayarkan kepada pemerintah kolonial Belanda adalah bentuk kopi. Dermaga muara sungai Cisanggoma merupakan tempat bersandar kapal-kapal besar untuk membawa hasil bumi untuk mensuplay ke luar Caringin antara lain untuk keperluan Batavia. Disamping itu dermaga Caringin merupakan pelabuhan perdagangan internasional karena berdasarkan hasil penelitian bawah laut yang dilakukan pada tahun 1985 telah ditemukan fragmen keramik dari berbagai negara; antara lain China Thailand, Jepang, Belanda dll.

Gunung Krakatau 2

Editor: Irvan Hq
Previous page 1 2 3 4 5 6 7Next page

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button