JAKARTA, biem.co — Satu lagi karya baru Garin Nugroho, sebuah film horor thriller berjudul ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ baru saja resmi dirilis dalam acara gala premier di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan (3/1/2022).
Berbeda dengan film sebelumnya Kucumbu Tubuh Indahku (2019) yang mengangkat kisah penari Lengger, dalam film ‘Puisi Cinta yang Membunuh’, Garin mengisahkan seorang wanita muda yang memiliki latar belakang trauma kekerasan semasa kecil. Dangkat dari buku puisinya ‘Adam, Hawa, dan Durian’.
Film ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ dijadwalkan tayang mulai 5 Januari 2023. Film ini terinspirasi dari berbagai hal tragedi yang ada dalam masyarakat.
Garin Nugroho memaparkan bagaimana film tercipta.
“Terima kasih kepada seluruh tim casting, dan seluruh crew dari film ini tanpa mereka tidak mungkin terjadi film. Hari ini saya ikut bahagia, karena seorang pencipta akan bahagia kalau dia lahir di tengah penciptaan-penciptaan yang bagus. Saya hidup dari zaman Teguh Karya dan Slamet Rahardjo yang mencipta dengan bagus. Sekarang, ditahun ini film Indonesia lahir generasi-generasi dengan penciptaan yang bagus. Bagi seorang sutradara yang lahir dengan penciptaan yang bagus mendesak dirinya untuk menciptakan jalan-jalan baru juga. Karena banyaj sutradara yang menciptakan jalan besar untuk melihat jenis horor dalam sinema kita yang bertumbuh sangat luar biasa bagusnya,” ungkap Garin Nugroho saat membuka acara gala premier film ‘Puisi Cinta yang Membunuh’ di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan.
“Film ini memang dari buku puisi saya dengan judul ‘Adam, Hawa, dan Durian’ ya, bukan buah apel karena kan di Indonesia berduaan selalu dengan buah durian bukan apel. Kemudian ada sebuah kata yang paling penting dalam puisi itu, kita adalah Adam dan Hawa, untuk mewujudkan cinta maka kita harus melalui proses yang penuh tragedi seperti yang ada dalam kitab-kitab. Dalam tragedi ada trauma kekerasan, ada yang disebut healing proses, kekerasan-kekerasan ekstrim, dan ada yang disebut fenoma-fenoma dalam masyarakat. Oleh karena itu film ini diinspirasi berbagai hal yang ada dalam kehidupan masyarakat kita yang sesungguhnya menghasilkan kehidupan horor bagi kehidupan kita semua,” tambahnya.
Dalam film ini diceritakan seorang wanita muda bernama Ranum (Mawar de Jongh) yang aktif sebagai mahasiswi jurusan desain di sebuah kampus. Ranum dikisahkan pernah mengalami banyak kekerasan dimasa kecilnya.
Kekerasan-kekerasan itu akhirnya membekas dalam ingatan Ranum hingga menimbulkan trauma. Ranum menjadi seorang penyendiri dan anti sosial tidak dapat bergaul dengan lingkungannya. Traumanya itu juga membawa dia melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain juga hingga membuat dia menjadi seorang pembunuh keji.
Banyak adegan penuh darah dan metafora yang ditampilkan dalam film ini yang menjadi ciri khas seorang Garin Nugroho. Penonton akan dibawa emosinya naik turun secara mendadak, mengejutkan, hingga terbelalak bagai sedang menaiki wahana kora-kora. Sebentar diangkat ke atas lalu dijatuhkan tiba-tiba langsung ke bawah. Selain membuat jantung berdegub kencang, Garin Nugroho sangat pintar membuat penonton berpikir keras dengan menghadirkan plot twist yang cukup banyak menguras pikiran.
Oleh karena banyak adegan kekerasan yang ditampilkan dalam film, LSF (Lembaga Sensor Film) mengklasifikasikan film Puisi Cinta yang Membunuh untuk penonton usia 17 tahun ke atas dan mengimbau agar bijak dalam memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia.
Chand Parwez Servia selaku produser sekaligus Pendiri Kharisma Starvision, menuturkan bagaimana ia dan Garin Nugroho bekerja sama dalam pembuatan film ‘Puisi Cinta yang Membunuh’.
“Sejak lama saya mengenal Mas Garin Nugroho, dan setiap bertemu selalu berencana membuat film bareng yang mempertemukan sisi estetika khas Mas Garin dengan daya tarik minat penonton khas karya Starvision. Akhirnya kami berkolaborasi ketika Netflix Original Movie pertama dibuat di Indonesia, A Perfect Fit. Beliau menulis skenario dan berperan sebagai Production Designer. Semua berjalan menyenangkan, dan jadi karya menarik berkat sentuhannya. Kami semakin sering bertemu, hingga akhirnya sebuah sinopsis bergenre horor diberikannya, dan berlanjut jadi script ‘Puisi Cinta yang Membunuh’” tutur Chand Parwez Servia.
“Yang menarik ini adalah menjadi film horor perdana dari Mas Garin, jadi menurut saya, kalian harus saksikan film ini, diharapkan akan memberikan warna baru buat pencinta horor Indonesia. Karena membuat horor tidak harus bergelap-gelapan, berjorok-jorokan, bermalam-malam di tempat yang macem-macem atau sound efek yang macem-macem. Menurut saya membuat horor bisa indah karena semuanya horor terjadi karena trauma, kekerasan, dan banyak hal yang mungkin bisa diceritakan,” tambahnya
Film Puisi Cinta yang Membunuh dari sejak penulisan script sudah menemukan pemeran utamanya, Mawar de Jongh sebagai Ranum. Mawar berhasil memerankan tokoh Ranum dengan sangat baik, sehingga membuat film sangat menarik dan kemisteriusan kisahnya membuat rasa penasaran untuk mengikuti kisahnya hingga akhir.
Penggemar horor Jepang, Thailand dan Korea bisa menemukan gaya bertutur yang mirip di ‘Puisi Cinta yang Membunuh’. Ada teror, horor dan slasher tetapi tetap indah, puitik, romantis dan penuh twist yang mencekam. (BW/red)