biem.co – Situasi Banjir Comberan Pasar Labuan, semakin membuat masyarakat Labuan menjadi menderita, karena bukan hanya bau tidak sedap, rusaknya infrastruktur jalan, namun juga kerugian berkurangnya kunjungan orang untuk datang ke Pasar Labuan, semakin dirasa terhambatnya aktivitas pergerakan pasar, apalagi beberapa saat yang lalu sampai mengambil korban kecelakaan kendaraan bermotor tenggelam tepat di gorong-gorong Banjir Comberan Pasar Labuan.
Pada kesempatan itu, turut hadir sebagai narasumber Tabugus Udi Juhdi, Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang, Dede Lesmana Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Pandeglang, Eko Supriatno Pengamat Kebijakan Publik, dan Sony Sukmara Akademisi Praktisi. Selain itu, Muspika dan Para Kepala Desa juga terlibat dalam diskusi tersebut.
Diskusi tersebut menyoroti perihal kondisi Banjir Comberan Pasar Labuan yang telah berlangsung bertahun-tahun. Serta perihal penanganannya dari berbagai sisi. Sudah jadi pemandangan biasa ketika sejumlah titik jalan terendam air. Tak lupa pemukiman penduduk sehingga menghambat pergerakan warga.
Tokoh Masyarakat Cigondang, Ustad Uung Humaedi mengungkapkan dalam sambutannya, “bahwa kondisi pasar Labuan saat ini sudah sangat memprihatinkan, Banjir Comberan Pasar Labuan yang melanda selama bertahun tahun perlu di sikapi oleh seluruh elemen yang ada dengan kepedulian yang tinggi, tidak hanya mengandalkan satu atau dua organisasi saja, perlu ada gerakan bersama karena masalah ini juga kita alami bersama, Banjir Comberan Pasar Labuan ini adalah masalah besar bagi masyarakat, untuk itu perlu ada sebuah kekuatan besar pula untuk memperbaikinya, maka perlu ada kolaborasi dari pihak pihak yang peduli atas kondisi ini, kita jangan menyerahkan persoalan ini kepada pemerintah saja, mari kita libatkan diri kita untuk menata Labuan menjadi lebih baik, untuk itu peran dari pemerintah sangat dibutuhkan.”
Adi Lili, Aktivis Labuan, dalam pemaparan singkatnya menjelaskan bahwa “Kota Labuan adalah kota yang multi potensi, mengingat Labuan adalah penyumbang devisa dan sumber pendapatan asli daerah (PAD), kota kecil yg dihuni lintas intansi, didiami oleh beberapa Perbankan, perusahaan Negara (BUMN) dan swasta di berbagai bidang, namun karena kurangnya penataan dan kepedulian menyebabkan Labuan menjadi kumuh dan di perparah lagi dengan bencana banjir yang berkelanjutan. Kita melihat begitu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya banjir comberan di Labuan, apakah itu faktor alamiah maupun faktor ulah manusia untuk itu kita semua harus mengenal akar masalah supaya kita mudah mencari solusi penyelesaian masalah.”
Pada kesempatan itu juga Dede Jamsong, Aktivis Muda Labuan memberi apresiasi yang tinggi kepada Tadarus Sosial satu satunya gerakan dari unsur sivil yang menginisiasi dan menggagas kegiatan ini. “Tadarus Sosial adalah gerakan ‘Gentleman’ karena telah berani merespons kegelisahan masyarakat, dan diskusi ini adalah diskusi berbasis pendekatan kontekstual, ini adalah Gerakan kultural kemasyarakatan, bukan mencari siapa yang benar, melainkan apa yang benar, saya sangat terkesan dengan diskusi kontruksi pola kultural masyarakat ini.”
“Salam Hormat saya untuk Tadarus Sosial, karena semuanya gentleman mau hadir mengikuti acara ini, tidak lari dari masalah yang ada dan menunjukkan kepeduliannya untuk bersama sama kami di ruangan ini mencari solusi penyelesaian masalah banjir comberan di Labuan ini” tegas Dede yang disambut tepuk tangan dari peserta kegiatan.
Pada sesi diskusi, Zia Fathurrohman Azis, yang bertugas sebagai pemandu Diskusi, terlihat cukup efektif dalam memandu jalannya interaksi dialog antar peserta, sehingga diskusi berjalan secara tersistematis dan terstruktur dengan baik, dimana para peserta saling bergantian mengemukan pandangan maupun persepsinya sampai akhirnya menghasilkan butir–butir solusi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang serta bermuara pada sebuah Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan terbentuk sebuah aliansi perjuangan masyarakat Labuan dalam hal penanganan banjir comberan di Labuan.
Sebagai upaya mengkonkretkan penanganan Banjir Comberan Pasar Labuan, Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang Tubagus Udi Juhdi memaparkan’ “Substansi dari diskusi ini adalah penanganan banjir harus terintegrasi mulai hulu sampai dengan hilir, seperti normalisasi drainase, Dan juga bangunan liar itu membuat ruas jalan menuju pasar semakin sempit serta menghambat arus air menuju hilir. Oleh sebab itu, Pemerintah terkait diharapkan tegas menyelesaikan persoalan ini dengan melibatkan instansi berwenang melalui penegakan hukum (Perda).” ungkap Tubagus Udi Juhdi.
“Saya sebagai Ketua DPRD berkomitmen penuh terhadap penanganan banjir comberan pasar Labuan, dengan mengawal usulan anggaran penanganan banjir di APBD Pandeglang. Berapa pun nilainya, yang penting relevan sesuai kebutuhan,” tegas Tubagus Udi Juhdi.
Pada kesempatan itu, Dede Lesmana Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Pandeglang juga berkomentar
“Drainase di jalan menuju pasar baru, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Insya Alloh akan diperbaiki pada tahun 2023 mendatang. Kami berharap juga berharap supaya ini bener-bener terakomodir jangan sampai molor lagi ke tahun 2024. Kami ingin mengetahui titik-tik mana mengenai seputaran biang keladi dar Banjir Comberran Pasar Labuan agar Labuan ini bisa melakukan penanganan yang optimal,” kata Dede Lesmana.
“Kami siap melakukan upaya koordinasi, termasuk menindaklanjuti permohonan rekomendasi teknis dari masyarakat di sekitar tentang persoalan Banjir Comberan ini,” kata Dede Lesmana
Dalam pengerjaannya, ‘kami selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menangani proyek seperti survei ke lapangan. Kami mengakui ada sejumlah masalah yang belum diselesaikan, mengingat ada beberapa kendala di lapangan seperti hal-hal yang butuh dikomunikasikan dengan masyarakat setempat,” terangnya.
Ia juga menyarankan adanya peran masyarakat dalam pemeliharaan jalan pasar di daerahnya. Termasuk, pembersihan drainase secara gotong royong
Kebutuhan mendesak yang dibutuhkan di lokasi banjir adalah excavator untuk memperbaiki jalan yang amblas dan material sampah yang meyumbat drainase dan jalan. Wargapun menginginkan pembentukan Satgas Pasar Labuan.
Warga pun sudah lama geram. Mereka mendesak pemerintah setgempat agar segera mendatangkan excavator. Mereka khawatir, musim penghujan ini di wilayah hulu sehingga memicu banjir kiriman.
Sebenarnya dengan alat seadanya, warga pernah melakukan upaya membersihkan dengan material hasil patungan. Bambu, terpal plastik dan karung untuk membersihkan drainase dan gorong-gorong didapat dari partisipasi warga.
Kegiatan yang melibatkan unsur pemerintah, TNI/Polri, BUMN, lintas organisasi mahasiswa dan Organisasi sosial Masyarakat dan kepemudaan ini berlangsung dalam suasana yang santai dan terkesan informal namun penuh keseriusan, dimana para peserta saling berinteraksi mengemukan pandangan dan langkah-solutif solutif untuk pengentasan permasalahan banjir comberan yang sudah terjadi selama bertahun tahun.
Bukan Sekadar Urusan Teknis
Mengatasi banjir bukan sekadar urusan teknis seperti mengeruk saluran air; membuat sodetan seperti kanal, pembuatan sumur resapan dan lubang biopori, atau bahkan pembangunan terowongan multifungsi (deep tunnel) melainkan juga masalah menurunnya mengatasi permukaan tanah dan sampah. Jika ditelaah secara mendalam, sebenarnya pangkal persoalan genangan dan banjir adalah sampah. Upaya perbaikan teknis apa pun yang dilakukan atau pembangunan dam untuk membendung naiknya permukaan laut di sepanjang pasar Labuan hanya seperti menggeser beban (shifting the burden), karena sifatnya hanya menyederhanakan solusi. Hasilnya bisa ditebak, genangan dan banjir akan terus berulang dan berulang. Di sisi lain, dana puluhan Milliar yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat seolah “hilang terbawa arus” seiring dengan datangnya bencana banjir. Karena itu, yang menjadi semestinya menjadi proyek besar kepemimpinan Irna – Tanto adalah bagaimana mengubah kultur warganya, yang selama ini terbiasa membuang sampah sembarangan. Selama ini, upaya menggugah kesadaran melalui kampanye sangat kecil dampaknya, dengan bukti tidak kurang dari puluhan ton sampah masih menyumpal di sekitaran sungai Labuan setiap harinya.
Pada kesempatan itu, Sony Sukmara Akademisi Praktisi juga bicara“Butuh Solusi Teknis, perlu adanya solusi terpadu untuk mengendalikan air dan memulihkan tanah, berhenti membangun fisik, telusuri penyebab banjir, pembenahan drainase, konservasi ruang publik hingga pasar. Kalau mau ada pembangunan jangan lupakan sisi ekologisnya, jadi yang dipilih oleh Pemerintah itu ekologis atau mekanis? Misal Meski anggaran pembangunan drainase 2023 eksekusinya, warga Labuan tetap bergerak dengan cara gotong royong bersama masyarakat untuk mengurangi banjir Comberan Pasar Labuan.” Ujar Sony.
Sony menambahkan “Penanganan masalah banjir secara tuntas hanya dapat terwujud melalui program pengendalian banjir secara terpadu berbasis masyarakat dari hulu sampai hilir. Mengatasi banjir di daerah hilir tanpa membenahi daerah hulu akan sia-sia belaka.”
Solusi teknis hanya dapat berhasil, bila diikuti oleh perbaikan perilaku dan etos kerja aparat pemerintah, DPRD, swasta, dan masyarakat secara mendasar dan revolusioner. Semua pihak harus sadar bahwa menjinakkan banjir comberan Pasar Labuan merupakan tanggung jawab bersama. Tidak lagi saling melempar kesalahan. Setiap komponen bangsa harus menyumbangkan kemampuan terbaiknya dan bekerja sama secara sinergis untuk mengatasi masalah banjir secara tuntas.
Yang membedakan kita dengan kota lain yang lebih maju adalah sikap kita yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman, dan tidak pernah tuntas dalam menyelesaikan masalah banjir. Selama ini upaya penganganannya bersifat parsial, terpilahpilah, dan top-down. Padahal, banjir merupakan permasalahan yang kompleks. Bukan hanya terkait dengan aspek teknis, melainkan juga nonteknis.
Eko Supriatno Pengamat Kebijakan Publik berkomentar “Perlu adanya Gerakan sosial kelompok masyarakat yang terbentuk dari kesadaran dan kepedulian terhadap bencana Banjir Comberan Pasar Labuan, ini berperan penting dalam melakukan penanggulangan dan penanganan Banjir Comberan Pasar Labuan, diwujudkan dengan melakukan mobilisasi sumberdaya yang dimiliki secara teknis terbangun dari relasi antar kelompok bersama dengan anggota-anggotanya. Wujud dari gerakan sosial tanggap bencana Banjir Comberan Pasar Labuan yang terbangun dari adanya sumberdaya yang dimobilisasi melakukan pergerakan penanggulangan bencana secara bersama. Misalnya dibentuk Siaga Masyarakat Banjir Comberan Pasar Labuan (SMBCPL), Masyarakat Tanggap Banjir Comberan Pasar Labuan (MTBCPL), dll”
“Diskusi Intensif ini harus melahirkan butir – butir solusi yang bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang serta bermuara pada sebuah Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan terbentuk sebuah aliansi perjuangan masyarakat Labuan dalam hal penanganan Banjir Comberan Pasar Labuan. Semoga diskusi ini bukan hanya pemanis tapi dapat direalisasikan di lapangan” Tutup Eko. (Red)