Film & Musik

APMI Respons Isu Ekosistem Pertunjukan Musik yang Semakin Liar

JAKARTA, biem.co — Sebuah acara musik yang beberapa waktu lalu diselenggarakan di Jakarta menjadi ramai diperbincangkan di media sosial hingga berdampak menimbulkan isu liar yang akan bisa menjadi kendala pada acara musik berikutnya.

Acara yang seyogyanya direncanakan berjalan selama 3 hari, namun seperti yang diketahui khalayak ramai, akhirnya tidak bisa dilaksanakan sesuai rencana. Sebuah acara di area tersebut dibatalkan pelaksanaan festival pada hari ketiga.

Merespons isu yang berkembang belakangan ini terkait besarnya dampak yang terjadi di ekosistem pertunjukan musik, Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) menggelar jumpa pers bersama media bertempat di Creative Hall-M Bloc Space (3/11/2022).

Tujuan diadakannya jumpa pers ini adalah APMI ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat umum khususnya promotor, penyelenggara acara, pecinta musik, dan semua yang terkait.

“Kami dari Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) selaku asosiasi promotor musik pertama dan satu-satunya di Indonesia, meminta publik untuk melihat masalah ini secara obyektif, jernih, dan dengan kepala dingin. Suara kami dan juga pecinta musik lainnya juga bisa mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang positif bagi industri terkait dengan pelaksanaan sebuah acara musik,” ungkap Dino Hamid selaku Ketua Umum APMI yang juga CEO dari New Live Entertainment.

Industri seni pertunjukan musik di Indonesia baru saja bangkit setelah dua tahun terpaksa tidur total dikarenakan kondisi pandemi.

Sejak pertengahan tahun kita bisa menyaksikan bangkitnya industri ini, dilihat dari munculnya berbagai festival dan konser di seluruh penjuru Indonesia.

Dalam catatan APMI, sepanjang 2022, ada lebih dari 50 festival musik, baik skala regional, nasional, maupun internasional. Belum lagi jika menghitung konser musik.

“Jadi kenapa acara hari ini kita buat? salah satunya adalah kita ingin membuat statement seperti yang sudah saya jelaskan tadi bahwa tujuan dari asosiasi ini adalah bagaimana kita bisa membuat ekosistem yang baik, benar, dan tepat agar industri kita semakin growth. Karena saya yakin industri pertunjukan entertainment menjadi frontline dari semua aspek kehidupan. Bicara komersil produk, politik, bicara apapun pasti frontlinernya hiburan atau konten terutama musik karena musik adalah bahasa universal,” ungkap Dino.

“Kembali ke tadi kita menghadapi isu yang kita dengar kita lihat, rasanya itu seperti mendengar pengumuman pada tanggal 2 Maret 2020 bahwa ada Covid di Indonesia. Padahal selama ini kita membangun sebuah sistem agar memajukan industri kita. Kita tidak ingin menyalahkan pelakunya karena kejadian itu bisa terjadi dimana saja, di Korea dihari yang sama terjadi hal yang itu. Maka hari ini kita ingin membuat statement, ingin bersama-sama dengan pelaku industri yang mempunyai visi dan misi yang sama dengan kita semua, agar bersama-sama mempelajari, berdiskusi, bersama para stake holder dengan tujuan supaya industri tetap berjalan tidak ada lagi yang secara emosional tanpa mengetahui proses hulu-hilir yang benar dan tepat itu harapannya,” tambahnya.

“Alhamdulillah waktu kemarin ada tantangan kita ga mau menyebutnya masalah kita anggap sebagai tantangan, banyak sekali promotor yang berkomunikasi dan dengan kepolisian pun kita sudah berkoordinasi secara langsung pada hari senin yang lalu. Kita juga sudah bertemu dengan Kemenparekraf. Insya Allah tanggal 8 akan meeting besar dengan pihak Kemenparekraf dan Mabes untuk mengklarifikasi dan mencari solusi agar industri yang telah terbangun dengan indah tetap terjaga,” papar Dino Hamid.

Lebih jauh lagi, Dino Hamid menerangkan kebangkitan ini tentu disambut gembira oleh banyak pihak, sebab industri seni pertunjukan musik menghidupi puluhan ribu orang, baik secara langsung maupun tidak langsung,

“Industri yang telah terbangun kemarin dengan indah kemarin, karena ketika kita liat secara growth activities, saya belum terima datanya. Dibandingkan dengan sebelum pandemi bicara event medium up itu mungkin terjadi sebulan sekali atau tiga bulan sekali hari ini acara festival musik seperti Synchronize terjadi hampir setiap minggu. Itu cukup membanggakan buat kita semua, karena apa?yang terlibat banyak. Ya musisinya, krunya, UMKMnya, belum lagi support system lainnya. Jadi kita sangat bersyukur, maka ketika kemarin ada kejadian yang kita dengar sekarang ini ada beberapa event yang tidak dikeluarkan ijin, kita ingin bersama-sama agar mempunyai spirit yang sama. Apa yang terjadi kemarin itu harusnya bisa diperbaiki tapi jangan memberhentikan mimpi kita atau achievement kita yang selama beberapa bulan ini memberikan impact positif pada dunia ekonomi kita,” terang Dino lebih jauh.

Promotor acara musik bahagia karena bisa aktif dan mempekerjakan kembali kawan-kawannya yang sempat kehilangan pemasukan dikarenakan kondisi waktu itu. Para vendor girang karena peralatan dan perlengkapan yang sudah berdebu, bisa keluar lagi dari gudang. Para musisi serta pekerjanya sudah kembali bisa tampil menunjukkan karya musik mereka secara langsung untuk memberikan hiburan dengan kreatifitas yang selama ini terhenti selama 2 tahun.

Belum lagi jika sebuah festival atau konser mengundang penampil dari luar negeri, yang akan menjadi salah satu bentuk promosi Indonesia di mata penggemar musik dari luar negeri. Sehingga juga bisa memberikan dampak positif untuk industri contohnya perhotelan, transportasi, serta makanan dan minuman sama seperti acara musik lainnya.

Menyinggung kejadian dibatalkannya acara musik kemarin, Emil Mahyudin selaku Sekjen APMI menjelaskan apabila terjadi tidak dikeluarkan ijin akan berdampak tidak baik kepada semua pihak.

“Pada prinsipnya kita bisa menyesuaikan aturan yang berlaku tapi yang namanya event, konser dan festival musik kita minta jangan digeneralisir, contohnya DWP gimana kalau cuma sampai jam 12 malam. Kemudian sekarang ada kejadian itu, DWP sekarang bulan November kurang lebih H-satu bulan dari pelaksanaan yang udah tinggal bulan depan, misalnya DWP diminta untuk tidak dilaksanakan atau diundur tahun depan, itu kan ga mungkin karena promotor sudah bayar artis internasional, siapin venue dan lain-lain kerugiannya bisa gede banget. Itu yang terus sekarang kita ini lakukan advokasilah istilahnya,” jelas Emil.

Sekiranya pemerintah dapat tetap obyektif, adil, dan jeli dalam memberikan izin penyelenggaraan sebuah acara.

Keputusan yang diambil akan mempunyai dampak terhadap industri yang baru saja bangkit kembali sedang berkembang pesat, serta melibatkan perputaran roda ekonomi yang kencang, dan mempekerjakan puluhan ribu orang.

Dibatalkannya sebuah ijin acara musik harus dinilai dengan baik dan menjadi catatan bagi para penyelenggara acara pertunjukan musik khususnya di Indonesia. Promotor harus memahami SOP secara menyeluruh dan terinci.

Tak hanya itu, promotor dan para pekerja di dalamnya juga harus mengikuti ketentuan aturan perizinan, juga menerapkan SOP yang sudah dibuat dan disetujui bersama.

Kami juga meminta pada teman-teman promotor, EO, dan para penyelenggara acara pertunjukan musik, untuk senantiasa menerapkan SOP keamanan acara demi kebaikan bersama. APMI sebagai satu-satunya asosiasi promotor musik di Indonesia bersedia melakukan kolaborasi pendampingan secara ketat dari awal hingga akhir penyelenggaraan. Dewi Gontha memaparkan langkah konkrit yang dilakukan,

“Menindaklanjuti kemarin, sebenarnya yang harus atau diharapkan kita untuk bisa membantu kedepannya membuat sebuah standart. Kedepannya pingin banget kalau secara APMI sekarang kita membuka diri untuk teman-teman yang memang bisa joint di APMI untuk joint, sehingga bisa membantu dengan ilmu yang kita punya. Contohnya pertanyaan yang paling banyak di minggu ini, bagaimana sih mengurus izin kami harus ke mana saja. Karena banyak teman-teman yang ga paham bahwa prosesnya panjang sekali dan memang harus mendatangi banyak sekali instansi itu yang paling gampang,” terang Dewi Gontha.

“Kemudian memastikan bahwa kita sebagai APMI kalau boleh diberikan kesempatan untuk membantu mengkurasi SOP event itu sendiri. Basisnya apa?basisnya adalah pengalaman, jasa-jasa dari pihak ketiga yang memang fasih dibidangny karena kami sebagai promotor itu tidak mungkin bekerja sendiri. Jadi kita harus mengajak pihak-pihak lain. Menggunakan jasa profesional dibidangnya masing-masing untuk krusial jadi kita ga pernah bisa beranggapan contoh yang paling gampang crowd control, jangan pernah beranggapan bahwa crowd control itu bisa diatur sendiri, karena kita ga punya. Jadi kedepannya kita membuat standar itu untuk bisa dipergunakan oleh semua promotor atau penyelenggara acara,” pungkas Dewi Gontha selaku Ketua Bidang Program dan Investasi APMI. (BW/red)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button