biem.co – Sebuah film akan segera hadir di seluruh bioskop tanah air. Film “Sayap-sayap Patah” besutan sutradara ternama Rudi Soedjarwo mengangkat tema aksi terorisme yang terinspirasi dari kejadian tahun 2018 di Mako Brimob. Tepatnya tanggal 8 Mei 2018 terjadi peristiwa yang mengenaskan di Mako Brimob, sebanyak 150 narapidana tahanan teroris menjebol sel tahanan dan menyandera petugas yang sedang berjaga. Peristiwa penyanderaan berlangsung lebih dari 30 jam, yang mengakibatkan 5 anggota Densus gugur.
Film ini berkisah tentang salah seorang perwira bernama Aji (Nicholas Saputra) terperangkap dalam perisitwa penyanderaan berdarah tersebut. Kondisi cukup ironis dialami disuatu saat Aji harus berjuang hidup dan mati untuk bisa lepas dari penyanderaan, sementara di sebuah rumah sakit bersalin, istrinya Nani (Ariel Tatum) tengah berjuang antara hidup dan mati juga untuk melahirkan anak pertama mereka.
Bekerjasama dengan Maxima Pictures dan Denny Siregar Production, Rudi Soedjarwo menjelaskan bagaimana prosesnya. “Kalau bicara kompromi saya terus terang ga kompromi karena satu diantara jutaan manusia, kebetulan Denny dan saya tastenya sama, kebetulan itu susah sekali. Puluhan tahun mencocokan, kamu sukanya apa? musiknya apa? Adegannya seperti apa sih? butuh puluhan tahun untuk ketemu orang yang klek!” ungkapnya saat pers konferensi usai pemutaran film untuk media di bioskop XXI Epicentrum (12/8).
Dijelaskan oleh Rudi bahwa persamaan antara dirinya dengan Denny bukan karena faktor usia, tetapi lebih kepada bicara soal gelora. “Ketika bicara gelora, geloranya seperti ini, ketika bicara sedih, sedihnya seperti ini, emosinya seperti ini. Jadi untuk urusan seperti itu saya sudah tenang, minimalnya. Pas pertama kali ketemu itu dulu yang diobrolinnya dan Denny orangnya sangat menghargai seniman, dia melepaskan sepenuhnya di tangan untuk jadi apa nantinya. Dia hanya menyampaikan visinya dan kita harus sampai kesitu menurut saya.”
“Harapan saya dalam film ini terus terang bagi saya pribadi, film ini sebenarnya sebagai bentuk, kalau dibilang secara manusia film ini adalah film pertama saya ketika saya menjadi manusia yang lebih baik. Apa itu? Saya jadi lebih paham mengenai hidup dan mati, baik-buruk, jatuh-bangun dan lain sebagainya. Jadi ketika saya bekerja sama dengan aktor-aktor yang luar biasa ini, saya memang berharap bahwa semua tulisan di atas kertas menjadi hidup ditangan dan dinyawa mereka. Itu yang kami kerjakan bersama-sama. Lalu ketika ada yang suka dengan film ini karena mereka menggulirkan nyawa itu,” tambah Rudi.
Denny Siregar memaparkan proses riset untuk film Sayap-sayap Patah ini, “Sejak awal saya konsisten sekali berbicara tentang radikalisme dan terorisme di Indonesia, sebenarnya bukan karena apa-apa tapi itu dunia yang menarik buat saya, dunia bawah tanah yang tidak pernah terceritakan kenapanya dan selalu hasil akhirnya, mereka ngebom tapi kenapa mereka ini terjebak dalam paham yang radikal. Dari situ akhirnya saya banyak berteman di Densus 88. Dari situlah saya mulai menggali kenapanya, karena bagaimanapun yang disebut teroris mereka juga manusia, ” paparnya.
“Jadi sebenarnya dalam film Sayap-sayap Patah ini ga berbicara bahwa ini teroris, ini polisi tapi kita berbicara soal manusianya dengan pekerjaan atau keyakinan yang dia pegang. Risetnya sudah mulai sejak lama ya. Kita berbicara dengan teroris yang tertangkap, kemudian dengan para anggota Densus dan saya bisa melihat bahwa film Polisi tidak harus dar, der, dor tapi juga drama kehidupan mereka, bagaimana keluarganya, bagaimana anak-anak yang ditinggal bapaknya berbulan-bulan, bagaimana mereka menghadapi bahagianya. Jadi ini sebenarnya sisi manusianya. Makanya kita sepakat dengan Rudi pada waktu itu, kita ga bikin film polisi, ga bikin film action, tapi kita bikin film drama manusia”, tambah Denny sekaligus menutup akhir sesi tanya jawab dalam pers konferensi.
Film Sayap-sayap Patah dijadwalkan tayang mulai tanggal 18 Agustus 2022 di seluruh bioskop tanah air. (BW)