biem.co – Didasarkan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, ada banyak dampak buruk dari pernikahan dini. Mulai dari gangguan psikologis berupa kecemasan, stres, atau depresi hingga dampak medis berupa resiko mengalami komplikasi kehamilan. Persoalan ekonomi juga sering melanda pasutri nikah dini. Kerap persoalan ekonomi ini menyulut terjadinya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Lalu berujung pada perceraian bahkan penelantaran anak.
Di Kota Cilegon, dari data BPS Kota Cilegon tahun 2021, angka pernikahan dini terhitung tinggi. Dari rentang umur kurang dari 16 tahun hingga di atas 21 tahun, tercatat remaja di bawah usia 16 tahun yang melakukan pernikahan pertama sebanyak 12,54 persen. Usia 17-18 tahun 14,83 persen, 19-20 tahun 22,99 persen, dan di atas 21 tahun 44,54 persen. Jumlah remaja di Kota Cilegon pun terhitung banyak. Untuk usia 10 tahun hingga 24 tahun, jumlahnya sebanyak 110.054 jiwa. Jumlah ini adalah 25 persen dari total penduduk Kota Cilegon yang sebanyak 437.205 jiwa.
Kondisi ini menyulut keprihatinan tersendiri bagi Pemkot Cilegon. Terlebih sejak di era kepemimpinan Wali Kota Helldy Agustian, salah satu program yang menjadi prioritas adalah peningkatan kualitas SDM. Hal ini dilakukan diantaranya melalui pembangunan sektor pendidikan. Misalnya untuk menekan angka putus sekolah di usia menjelang remaja, Pemkot Cilegon pada tahun 2021 telah mendirikan 4 SMP negeri baru. Di jenjang pendidikan tinggi, Pemkot Cilegon telah meluncurkan Program Beasiswa Full Sarjana. Setiap tahunnya tersedia 1.000 kuota bagi mahasiswa asal Kota Cilegon. Dimana besarannya adalah 3 juta rupiah per semester yang diberikan selama 8 semester.
“Program beasiswa full sarjana ini untuk mencetak SDM Kota Cilegon berkualitas. Dengan kualifikasi tinggi, diharapkan nantinya bisa menduduki jabatan strategis baik di dunia industri, swasta, maupun pemerintahan,” papar Helldy Agustian.
Agar tingginya angka pernikahan dini tidak menjadi kendala bagi peningkatan kualitas SDM, Pemkot Cilegon meluncurkan sebuah program inovasi bertajuk Smart Genre. Smart Genre atau Sistem Manajemen Aksi Remaja Terampil Generasi Berencana bertujuan meningkatkan pendewasaan usia perkawinan. Caranya adalah melalui peningkatan wawasan maupun keahlian remaja dalam berbagai bidang.
“Jadi para remaja Kota Cilegon ini kita buat sibuk. Sibuk oleh berbagai kegiatan peningkatan skill yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Setelah lulus SMA, mereka pun bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa full sarjana. Jadi pembinaan SDM remaja Kota Cilegon ini berkelanjutan,” jelas Helldy.
Menyasar remaja usia 10 hingga 24 tahun yang belum menikah, Smart Genre memiliki tujuan utama membuat generasi muda Kota Cilegon menikah di usia ideal. Yakni minimal 21 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki.
Sesuai tuntutan kekinian dalam bidang teknologi informasi, Smart Genre adalah sebuah aplikasi android. Melalui aplikasi ini, di tiga menu yang tersaji, para remaja Kota Cilegon bisa meningkatkan wawasan dan keahlian yang dimiliki. Tiga menu tersebut adalah BERANI, BERAKSI dan KOLABORASI. Konten dalam tiga menu ini menyeluruh mulai dari life skill, motivasi, konsultasi, diskusi melalui Forum Genre, hingga memproduksi majalah digital dan You Tube Mr. G TV.
“Dukungan dalam anggaran serta fasilitas juga kami berikan. Selain beasiswa full sarjana, kami juga membangun Youth Center untuk pusat aktivitas para remaja Kota Cilegon. Inovasi Smart Genre ini pun didukung CSR dari BUMN dan perbankan. Di antaranya dari PLN dan Bank BJB Kota Cilegon,” imbuh Helldy.
Diluncurkan tahun 2019, sejumlah hasil positif ditorehkan program inovasi Smart Genre. Diantaranya peningkatan jumlah kelompok Pusat Informasi & Konseling (PIK) Remaja di Kota Cilegon dari 32 menjadi 52 kelompok.
Torehan lain adalah jumlah penerima beasiswa full sarjana di tahun 2021 mencapai 523 orang. Adapun untuk tahun 2022 ditargetkan mencapai 1.473 mahasiswa. Untuk wahana aktivitas remaja, Smart Genre telah melahirkan Majalah Digital, You Tube Mr. G TV, Youth Center, Studio Podcast, dan Duta Genre. Namun capaian paling menggembirakan tentu saja menurunnya angka pernikahan dini di Kota Cilegon. Dimana usia pernikahan pertama remaja di atas 21 tahun meningkat dari 42,79 persen menjadi 49,64 persen. (Red)