biem.co – Film Indonesia banyak mengangkat tema keluarga dari berbagai angle. Ada yang menangkapnya dari tema warisan, perseteruan antar sodara, cinta, hubungan ayah dan anak, ayah dan ibu, bahkan perselingkuhan dalam keluargapun ada. Satu lagi akan hadir di bioskop tanah air adalah sebuah film keluarga berjudul “Perjalanan Pertama”. Berbeda dengan film keluarga yang lain, sutradara sekaligus penulis skenario Arief Malinmudo mengangkat film keluarga ini dengan angle hubungan kakek dan cucu.
Arief Malinmudo adalah film maker yang konsisten mengangkat kisah dengan mengeksplor budaya dan tempat lokal yaitu daerah Sumatera Barat ke kancah nasional bahkan internasional. Terbukti dalam dua film sebelumnya, “Surau dan Silek” di tahun 2017 yang melakukan worid tour screening, lalu “Liam dan Laila” di tahun 2018, yang diputar di dua Benua. Di film ketiganya “Perjalanan Pertama” pun sudah dilakukan World Premiere di Moslem Film Festival Australia dan Asian Premiere di JOGJA Netpac Asian Film Festival pada tahun 2021.
Film Perjalanan Pertama merupakan hasil kerjasama dua rumah produksi dari dua negara, Mahakarya Pictures bekerja sama dengan D’Ayu Pictures dari Malaysia. Dibintangi dua aktor utama dari dua negara, dan dari dua generasi. Aktor dari Indonesia adalah Muzakki Ramdhan, aktor muda berbakat yang sudah terlibat sejumlah film. Muzakki beradu akting dengan aktor kawakan asal Malaysia, Ahmad Tamimi Siregar. Di film “Perjalanan Pertama” juga bermain sejumlah aktor pendukung lainnya: Andinda Thomas, Randy Pangalila, dan juga Gilang Dirga.
Cerita dalam film Perjalanan Pertama yang skenarionya ditulis juga oleh Arief ini berlatar belakang cerita keluarga, hubungan cucu dan kakeknya. Story telling-nya terasa begitu intim dan runut. Pembangunan karater tokoh utama Yahya sang cucu (Muzakki Ramdhan) dan Sang Kakek Tan (Ahmad Tamimi Siregar) dibangun secara perlahan dan sabar melalui dialog per dialog, hingga berhasil memunculkan karakter yang kuat antara keduanya. Kisah naik turun hubungan mereka dikarenakan beberapa kejadian di masa lalu cukup membuat emosi terpancing, rasa haru khususnya.
“Problematika kita adalah soal waktu dan atensi untuk anak. Jadi saya berpikir mungkin saya harus membuat sesuatu yang menjadi, apa ya, ‘lampu kuning’, terutama bagi diri saya sendiri,” ungkapnya.
“Film ini menjadi sangat spesial bagi saya, dapat bekerjasama dengan aktor legendaris dari Malaysia, Ahmad Tamimi Siregar, dan yang satu laginya merupakan Rising star perfilman Indonesia, Muzzaki,” tambah Arief Malinmudo.
“Harapannya film ini akan mengingatkan kita, kalau kita Sebagai orang tua, tidak pernah bisa memilih bagian mana yang akan ditiru oleh anak cucu kita, dan kenangan dari cerita apa yang akan diingat oleh anak cucu kita nanti,” tutup Arief. (BW)