Sepertinya saya memang harus mencari jawabanya sendiri atau saya harus melupakan pertanyaan saya sendiri? Ia sudah tidak ada. Tidaklah mungkin menanyai orang yang sudah mati. Lagi pula kubangan dan sawahnya pun sudah tidak ada. Hanya ada pabrik! Tidak semua orang bisa memasuki tempat itu, hanya orang-orang berseragam tertentu saja yang boleh memasukinya, itu pun masih dengan syarat-syarat. Lagi pula, jika pun saya memasuki pabrik itu, apa yang akan saya dapatkan? Yang saya butuhkan jawaban.
Saja jadi sedih sendiri. Dahulu, saya sering melihat teman-teman sebaya saya bermain di pematang dengan gembiranya, tidak jarang pula saya juga ikut bermain dengan mereka. Berkejaran, saling lempar lumpur, atau saling adu cepat menangkap belalang. Saya baru sadar, sudah lama pula saya meninggalkan pesawahan. Sudah lama saya dibuat sibuk oleh rutinitas yang dari waktu ke waktu semakin lain dan semakin lain.
Entah mengapa saya baru sadar, betapa banyak yang telah hilang dari kehidupan saya dan begitu banyak yang telah berubah tanpa saya sadari. Saya seperti memasuki waktu demi waktu tanpa pikiran dan perasaan. Semua berlalu begitu saja. Semua terjadi begitu saja. Tiba-tiba saya ingin teriak sekencang-kencangnya. Teriak sebagaimana lelaki paruh baya yang saya temui di masa lalu, “Tuhan, kami dikepung bencana!” [Red]
Tentang Penulis
Duzlkifli Jumari atau yang lebih akrab dengan panggilan Kanda Dzul, lahir di Cilegon. Ia aktif di dalam geliat dunia pergerakan kemahasiswaan dan kepemudaaan sejak tercatat sebagai mahasiswa di STIKOM Al-Khairiyah Citangkil, tepatnya ketika ia bergabung sebagai pengurus Badan Eksekutif (BEM) Mahasiswa STIKOM AK periode 2014/2015 dan 2015/2016. Di sanalah ia mulai mempelajari maksud dari peran dan fungsi manusia di tengah manusia yang lain.
Semasa di dalam pergerakan, titik fokus pemikirannya memang lebih terarah kepada dinamika hubungan sosial masyarakat. Karena baginya pengetahuan harus diimplementasikan. Pengetahuan tidak boleh dijadikan arca yang hanya sedap dipandang. Meski demikian, ia terbilang orang yang jarang sekali berbicara.