“Penulisan naskah monolog Inggit dimulai sejak 2017, setelah berbincang bersama Kang Wawan Sofwan dan Happy Salma. Terinspirasi dari roman Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH, saya ingin menghadirkan kembali kisah Inggit yang layak dikenang serta diteladani. Saya berupaya menghadirkan petikan-petikan peristiwa dalam kehidupan Inggit selama mendampingi Soekarno, dimulai dari sejengkal jarak yang mendekatkan, diakhiri pula dengan sejengkal jarak yang menjauhkan. Namun Inggit tetap tegak setelah dihantam ombak,” ujar penulis naskah monolog Inggit Ratna Ayu Budhiarti.
Keputusan untuk menghadirkan kembali pementasan ini dalam bentuk teater musikal merupakan ide dari Wawan Sofwan selaku Sutradara pertunjukan. ”Awalnya ketika Happy Salma mengabari saya bahwa ia ingin memerankan lagi tokoh Inggit Ganarsih, saya memberikan tawaran bagaimana jika monolog ini dihadirkan dalam bentuk musikal? Sebab musikal juga berkaitan dengan tradisi Sunda, di mana nyanyian adalah bentuk curahan perasaan. Saya berpikir akan lebih kuat apabila ungkapan-ungkapan kegelisahan tokoh Inggit dihadirkan dalam bentuk nyanyian. Tokoh Inggit hadir sebagai seorang perempuan yang memilih mengingat sesuatu yang baik meski ia dilanda kesedihan mendalam,” jelasnya.
Sebelumnya, Titimangsa sempat mementaskan Monolog Inggit sebanyak 13 kali pada periode tahun 2011-2014 di Jakarta dan Bandung. Pada pementasan kali ini, Titimangsa kembali menghadirkan ‘Monolog Inggit’ yang berbeda dari sebelumnya dengan didukung oleh orang-orang yang mumpuni dan berdedikasi di bidangnya yaitu Happy Salma (Pemain & Produser), Marsha Timothy (Ko-produser), Wawan Sofwan (Sutradara), Ratna Ayu Budhiarti (Penulis Naskah). Pementasan ini semakin berwarna dengan arahan musikal dari Dian HP (Komposer), Avip Priatna (Konduktor), yang diiringi lantunan musik Jakarta Concert Orchestra dan suara merdu dari Batavia Madrigal Singers.
“Saya memandang naskah monolog Inggit ini sangat personal, seperti isi hati yang dituangkan ke dalam buku harian. Jadi komposisi musik saya juga bergerak mengikuti ekspresi personal Inggit dan melalui paduan suara menjadi representasi suara pikiran Inggit. Saya juga berusaha untuk membangkitkan kembali ‘rasa dan getar Inggit’ untuk menyelesaikan komposisi yang sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi,” kata Dian HP, komposer untuk pementasan teater musikal Inggit Garnasih ini.