Selama beberapa bulan mereka berkumpul di dalam sebuah komunitas tak bernama. Karakteristik para pendirinya yang senantiasa santai dalam mengurus hal-hal yang bersifat formal menjadikan ketakbernamaan sebagai semangat pergerakan. Bagi mereka, pertaruhan dalam kebersamaan berkarya tidak terletak pada hal-hal formal, melainkan pada semangat untuk bergerak-berkarya bersama. Pikiran itu terus bertahan, setidaknya hingga pada tahun 2018.
Di tahun itu sebuah brand alat tulis nasional yang peduli pada kreativitas anak muda, mendatangi kumpulan perupa tak bernama itu untuk menawarkan sponsor pameran bagi karya mereka. Kata perwakilan dari salah satu brand alat tulis itu, mereka ingin menjadikan anak-anak muda kreatif di luar kegiatan dunia pabrik hadir sebagai jawaban untuk tantangan masa kini, termasuk menghidupkan industri kreatif. Sebuah tawaran yang tentu saja tidak ingin dilewatkan begitu saja. Namun bekerja sama dengan sebuah brand yang berjalan atas suatu sistem kerja mengharuskan mereka membuat sebuah nama. Karena di perjalanan kerja sama, pihak sponsor memerlukan nama untuk pelaporan, MoU, dan semacamnya.
Berbagai nama diajukan, tapi tidak juga ditemukan kesepakatan. Tentu itu wajar, karena membuat nama harus benar-benar sampai pada fungsi identitas yang identik. Jika sembarangan, di masa depan orang-orang di dalamnya akan sulit memastikan posisi antara karakter pribadi dengan karakter komunitas dan karakter komunitas mereka dibadingkan dengan karakter komunitas lain yang serupa. Pembicaraan sempat terhenti saat mengambil kata “Cilegon” sebagai bagian dari nama mereka karena domisili anggotanya rata-rata anak muda Cilegon. Beberapa orang keberatan dengan mendasar pada pikiran bahwa kelak akan sulit membuka diri untuk orang lain di luar Cilegon. Selain itu, orang-orang di luar Cilegon pun akan enggan bergabung. Pembicaraan berlanjut. Nama-nama kembali diajukan. Beberapa nama kembali gagal disepakati sebelum pada akhirnya nama Banten Art Community, disingkat BAC, disetujui mendekati hari pameran perdana mereka di Rumah Dinas Walikota Cilegon pada tahun 2018.
Pada masa awal pembentukan Banten Art Community, diketuai oleh Lia, beranggotakan Iman, Fadli, Irvan, Anto, Eno, Sarah, Anton Gagak, Agung, Fandi, Aldhy, dan Ayil.
Latar keperupaan anggota Banten Art Community berbeda-beda. Ada yang berlatar komik seperti Anto dan Iman. Ada yang bermula dari sketsa seperti Lia dan Fadli. Satu sama lain menawarkan warna sehingga hasil karya yang disuguhkan oleh Banten Art Community beragam dan tentu saja menarik bila ditawarkan ke publik. Telah banyak karya komik yang diterbitkan, karya-karya berupa sketsa yang telah mendapat kepercayaan dari publik, termasuk juga kegiatan-kegiatan mural di berbagai sekolah dan instansi baik negeri maupun swasta. Banten Art Community terus bergerak sebagai komunitas seni rupa yang berpegang pada nilai-nilai kebersamaan untuk sama-sama produktif membangun tumbuh kembang seni rupa dan membangun industri kreatif di Banten.