Intelektual Progresif
Aksi massa yang terjadi pada protes dalam menolak wacana perpanjangan presiden, kelangkaan bahan pangan, tuntutan akan pemindahan IKN dengan mengkaji kembali. Adanya perasaan dan kondisi yang dialami tersebut setidaknya menjadi pemantik bagi para kaum muda untuk menuntut dengan memperjuangkan hak-hak masyarakat luas yang hilang. Seperangkat aksi kolektif timbul dari kondisi yang mengancam kehidupan mereka, oleh karena itu, kaum muda yang membentuk suatu aksi kolektif adalah mereka yang mengalami kondisi yang serupa.
Klandermans The social psychology of protest (2005) menyebut ada tiga hal yang menciptakan aksi kolektif bangkit dan melakukan suatu perlawanan yaitu; pertama ketidakadilan sosial, ketidakadilan sosial yang dialami oleh masyarakat secara luas hari ini muncul dari kegusaran moral yang terjadi. Adanya jaminan kesejahteraan publik yang dilanggar oleh pemerintah itu sendiri begitu nampak dari kebijakan publik yang diciptakan mulai dari harga-harga barang pokok yang begitu melambung tinggi menyulitkan masyarakat dalam memenuhi bahan pokok sehari-hari. Selain itu, absenya kebebasan publik dalam tatanan ruang publik untuk berpikir secara kritis mengawal setiap aspek kebijakan yang dibuat pemerintah rentan untuk ditindak. Kondisi ini yang sekiranya menciptakan kaum muda yang progresif melawanan kondisi krisis yang mengguncang suatu bangsa.
Kedua Identitas, untuk menciptakan gerakan massa yang memiliki persamaan dan kesadaran yang kuat setiap aksi gerakan tentu berangkat dari kondisi yang mereka alami. Identitas dalam gerakan ini akan menjadi motor penggerak dalam melakukan aksi sebab kaum muda dengan identitas dan rasa yang mereka alami ini menjadi dasar mereka melawan kondisi yang sulit. Identitas yang terbangun dalam aksi yang dilakukan di beberapa tempat di Indonesia memperlihatkan adanya wujud identitas yang dialami yaitu berangkat dari satu kondisi krisis yang tengah mereka alami.
Terakhir Agensi tercipta dari keyakinan bahwa seseorang dapat mengubah kondisi atau kebijakan melalui aksi protes. Perasaan ketidakadilan dan membentuk suatu identitas merupakan hal yang terpenting dalam menciptakan suatu aksi. Namun, aspek di sini yang perlu ditegaskan yaitu setiap individu merasa yakin bahwa aksi mereka menjadi suara-suara kritis yang mampu didengar dan mengubah kebijakan publik yang berpihak pada tuntutan mereka.
Kehadiran kaum muda pada aksi kali ini menjadi suatu alarm peringatan bahwa kesadaran kritis dan kondisi yang terjadi saat ini menunjukan bahwa mereka hadir untuk mengawal setiap aspek kebijakan publik, kondisi yang memperlihatkan bangsa ini berada pada suatu keancaman yang cukup serius, sehingga keterlibatan aksi kaum muda dengan masyarakat sipil adalah bentuk kecakapan mereka melihat realitas yang terjadi. Selain itu, kelambanan pemerintah dalam merespons kesulitan adalah tanggung jawab besar bahwa selepas reformasi cita-cita menciptakan kesejahteraan publik masih terlalu jauh.
Kebuntuan arus politik kita saat ini selepas reformasi menandakan gagalnya cita-cita reformasi yang bertumpu pada transformasi politik yang lebih baik. Krisis mampu meningkatkan gejolak pikiran kritis untuk bertindak dan membangkitkan intelektual dalam kinerja progresif dalam mengawal arah politik bangsa. Kaum muda hadir menjadi kekuatan politik progresif yang memainkan perannya sebagai basis kekuatan alternatif nasional, di tengah absennya wakil rakyat dalam memobilisasi aspirasi mereka. Mereka hadir menjadi keniscayaan dalam jalan panjang demi mengawal kebijakan pemerintah yang berorientasi mementingkan hajat hidup orang banyak bukan mendukung serangkaian agenda elite korup maupun oligark yang bersembunyi di balik jubah demokrasi. (red)