KABUPATEN SERANG, biem.co — Silat Kaserangan yang digagas oleh Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah berhasil meraih juara umum dalam Pencak Silat Championship 2021 di Belanda. Raihan juara umum Silat Kaserangan mengalahkan sebanyak 6.000 peserta yang mendaftar.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang, Beni Kusnandar menuturkan, Silat Keserangan mengikuti festival internasional tahun 2021 di Belanda tersebut yang digelar secara virtual.
“Pada ajang tersebut, Silat Kaserangan berhasil meraih 9 medali emas, 18 perunggu, dan 1 perak. Bahkan Silat Kaserangan berhasil meraih kategori penampilan best of the best,” ujar Beni di sela menghadiri Peringatan Hari Guru Nasional dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-76 tahun di Kecamatan Anyer, Kamis (25/11/2021).
Dijelaskan Beni, dilihat berdasarkan sejumlah kriteria, Silat Kaserangan bisa meraih juara umum tidak ada gerakan yang diulang dalam indikator Wiraga.
“Karena Ailat Kaserangan awalnya dikemas Bupati Serang dari 40 paguron yang hidup di Kabupaten Serang dengan jurus masing-masing. Jadi, setiap Paguron berikan jurus, jadi tidak ada gerakan diulang. Itu kriteria jadi patokan silat internasional,” katanya.
Kedua dalam Wirahma, lanjutnya, dalam Silat Kaserangan ada dua kategori musik yang khas. Yakni patingtung yang hanya ada di Serang, kemudian pola pukulannya dan karakter musiknya khas Banten. Serta adanya kendang gede, alat musik tersebut umum tetapi karena Silat Kaserangan punya gerak berbeda akhirnya musiknya pun variatif.
Ketiga Wirupa, bagaimana kearifan lokal berupa kostum yang dipakai saat lomba. Di mana Kabupaten Serang punya Batik Kaserangan, kemudian dipadukan dengan pakaian silat. “Jadi walau pakaian silat sama-sama hitam tapi ada khasnya,” ucapnya.
Keempat Wirasa, di mana dalam silat tersebut yang dilihat adalah gerak dan kecepatannya. “Wirasa itu bagaimana mengekspresikan gerak,” katanya.
Beni memaparkan, ajang tersebut diadakan karena silat sudah menjadi kekayaan dunia yang ditetapkan UNESCO. Festival tersebut awalnya diadakan dengan tujuan agar seniman, khususnya silat tidak berhenti berkarya walau pandemi.
“Tapi tetap latihan makanya dibuat, sambil melihat perkembangan silat di dunia. Karena di Eropa Australia itu sumber dari Indonesia pola geraknya,” ucapnya.
Dalam ajang tersebut, peserta yang juara tidak mendapatkan bantuan biaya, tetapi juga piagam dari Belanda. Seharusnya, sebut Beni, jika tidak ada Covid-19, mereka yang juara diundang datang ke Belanda.
“Sedangkan peserta yang mengikuti Silat Keserangan pada ajang tersebut berasal dari SD Cimanggu, Mts 4 Anyer, SMK 1 Anyer, SMP 1 Anyer, total 20 orang karena ada beberapa kelas. Sama pemusik 10 orang, tampil di Mercusuar Anyer syutingnya,” tuturnya. (fr)