KOTA SERANG, biem.co — Potret suram kesehatan warga Banten kembali terjadi, kali ini menimpa Salamah (32) warga kampung Andamui Tengah, Kelurahan Sukawana, Kecamatan Curug, Kota Serang yang harus terbaring lemah di rumah karena tidak mampu untuk berobat.
Padahal letak alamat rumah Salamah hanya berjarak dua kilometer dari Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) atau sekitar lima menit untuk menuju KP3B tersebut.
Rohim suami Salamah menjelaskan kondisi istrinya yang sudah lama menderita penyakit tumor tepatnya hampir enam bulan lebih.
“Hanya mampu pasrah terbaring selama 6 bulan. Lantaran tak mempunyai biaya untuk berobat, jangankan membiayai pengobatan istri, upah hasil kerja sebagai buruh harian kadang tak mencukupi makan keluarga,” katanya.
Pasangan suami istri itu hanya mampu pasrah menunggu uluran tangan dalam membantu pengobatan.
Lebih lanjut Rohim menceritakan, awalnya sang istri dikuret di RSDP. Dirasa tak terjadi apa-apa, sang istri beraktivitas seperti biasa.
“Dianggap sudah sembuh karena tak terasa apa-apa namun 6 bulan terakhir timbul benjolan dalam perut dan dibawa ke RSUD Banten oleh kader desa kami. Namun pemeriksaan terhenti di tengah jalan karena harus adanya pemeriksaan lab di luar rumah sakit dan memakan biaya yang cukup lumayan besar,” tuturnya.
Saat ini, Salamah didampingi oleh relawan Fesbuk Banten News (FBn) dan mahasiswa Untirta yang sedang menjalankan program pengabdian masyarakat dari kampusnya.
Fajar Pratama, relawan FBn menuturkan, Salamah didiagnosa menderita tumor ovarium, setelah melakukan pemerikasaan di RSUD Banten sebagai rumah sakit rujukan dari Puskesmas Curug.
“Beliau berobat menggunakan fasilitas SKTM karena untuk BPJS PBI yang dibayar oleh APBD tidak aktif. Sebelumnya beliau pernah melakukan pengobatan di RSUDP Serang dan didampingi oleh kader dari sebuah organisasi,” ujar Fajar.
Pada Rabu 22 September lalu, lanjut Fajar, pihaknya membawa Salamah ke sebuah Laboratorium untuk memeriksa penyakitnya.
“Ke lab (laboratorium, red) juga uangnya diberi dari teman yang peduli terhadap pasien tak mampu sebesar Rp600 ribu. Nanti pekan depan kita bisa ketahui, langkah apa yang mesti dilakukan pihak RSUD Banten terhadap Salamah,” ungkapnya/
Apapun keputusan dokter, jika memang harus dirujuk ke Jakarta, tegas Fajar, relawan akan berusaha mendampingi Salamah.
Dia juga berharap kartu BPJD bisa diaktifkan, supaya memudahkan proses pengobatan.
“Dan jika ada dermawan yang mau membantu biaya untuk pengobatan, kami sangat terbuka. Karena segala kebutuhan obat perlu biaya. Apalagi tanpa BPJS, ada BPJS pun banyak obat yang harus dibeli sendiri,” tukasnya. (Ar)