KOTA SERANG, biem.co — Beras kewal atau beras sultan konon menjadi konsumsi Sultan Banten. Beras tersebut hanya tumbuh di Provinsi Banten.
Yuliana, petani asal Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang menceritakan bahwa beras kewal hanya dikonsumsi oleh kalangan Sultan Banten. Menurut pengakuannya, beras tersebut kaya akan nilai gizi, serta memiliki aroma yang wangi.
“Beras kewal dikenal sebagai makanan yang menyehatkan. Beras kewal merupakan hasil petani Banten, tidak ada dari daerah lain,” ujarnya saat menjadi narasumber Diskusi Kamisan dengan tema ‘Mendorong Banten Menjadi Lumbung Beras Nasional’ yang digelar Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten, di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kamis (9/9/2021).
Berbeda dengan harga-harga beras lain, kata Yuli, nilai jual beras kewal ini tergolong cukup tinggi, berkisar Rp20 ribu hingga Rp 30 ribu untuk setiap kilonya.
“Sebuah harga yang memiliki nilai jual cukup jauh dibanding beras lainnya yang biasa ditemukan di pasar dan dikonsumsi masyarakat kebanyakan selama ini,” ucapnya.
Berkaca dari hal tersebut itulah, dirinya memutuskan untuk terjun langsung sebagai petani beras kewal. Dimulai dengan bercocok tanam di atas lahan seluas satu hektare, kemudian merambah menjadi luas 12 hektare, Yuli sukses menjadi petani beras kewal.
Di sisi lain, dirinya ingin melestarikan beras kewal sebagai makanan khas Provinsi Banten.
“Karena beras kewal ini memang menyehatkan, sedangkan kesehatan bukan hanya orang kaya saja. Makanya saya ingin melestarikannya,” katanya.
Masih kata Yuli, sampai saat ini, beras kewal masih jarang ditemukan di pasaran, bahkan terbilang sulit.
“Kebanyakan hasil pertanian beras kewal hanya dikonsumsi oleh petaninya sendiri atau dibagi-bagikan kepada keluarganya saja, tidak sampai dijual di pasaran, melihat harganya yang cukup tinggi,” tuturnya.
Meski begitu, pihaknya optimis harga beras kewal asli Provinsi Banten ini bisa terus ditekan di pasaran, asal bisa didukung oleh teknologi pengolahannya hingga penyediaan sumber daya alam berupa pengairan sawahnya.
“Karena cara penanamannya juga identik sama dengan cara bertani beras yang lain, asal didukung teknologi dan alam, khususnya soal pengairannya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten, Agus Tauchid mengatakan, untuk saat ini, keberadaan beras kewal hanya berkisar satu sampai dua persen dari total keselutuhan lahan sawah yang ada di Banten. (ar)