biem.co — Seorang tokoh sastra berkebangsaan Amerika Serikat bernama Samuel Langhorne Clemens atau lebih dikenal dengan Mark Twain mengatakan, “ada dua hari terpenting dalam hidup kita yaitu hari ketika kita dilahirkan dan hari ketika kita mengetahui alasan yang sangat kuat dan mendasar untuk apa kita terlahir ke muka bumi ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Nur Agis Aulia, CEO Banten Bangun Desa, Owner Jawara Farm, Penasihat Bank Sampah Digital sekaligus Anggota DPRD Kota Serang Komisi II saat bertandang ke Kantor Redaksi biem.co pada tanggal 22 Juni 2021. “Banyak anak muda yang ketika memulai sebuah usaha kemudian berhenti di tengah jalan, tidak kuat menghadapi tantangan, akhirnya balik kanan atau kemudian memilih untuk ganti dengan usaha yang lain. Hal ini dapat terjadi salah satunya disebabkan oleh belum kuat alasannya kenapa mereka memulai sebuah bisnis.”
Diceritakan oleh Agis, ketika dirinya membuka usaha yang dicari bukan hanya tataran keduniawian di mana kesuksesan bersifat transaksional, misalnya ketika berbisnis di Jawara Farm, bukan hanya membahas tentang bagaimana memelihara domba kemudian dijual untuk mendapatkan untung, atau ketika memutuskan untuk mengelola Bank Sampah Digital juga sama, bukan hanya bagaimana kemudian kita berbisnis tentang penanganan sampah. Jadi bukan hanya itu, levelnya lebih dalam lagi yaitu bagaimana saya punya satu dorongan yang kuat yang bisa menjadikan saya jauh lebih struggle.
“Bisnis bukan hanya memikirkan transaksi atau profit, tapi lebih kepada bagaimana mempunyai orientasi setelah hidup ini mau ke mana, misalnya orientasinya akhirat. Perspektif saya kemudian diperdalam lagi bahwa Jawara Farm bukan hanya bisnis jualan kambing atau jualan domba, tapi bagaimana kita menghasilkan pangan terbaik yang bisa dimakan oleh Dokter misalnya, kemudian Dokter tersebut bisa menyembuhkan banyak orang, atau dimakan oleh guru, dosen, Pak Kyai dan Pak Ustad sehingga bisa melahirkan generasi cerdas, dan dimakan oleh beragam profesi lainnya sehingga mereka bisa berkarya dan menghasilkan sebuah aktivitas yang produktif, jadi kita bisa mendapatkan amal jariyahnya,” terang Agis pada acara podcast CEO Muda.
Baca Juga
Agis menyarankan kepada siapa saja yang menggeluti sebuah bisnis, jangan hanya sebatas melihat mereka yang sukses mendapatkan hasil, untung dan menjadi kaya. Karena kalau orientasinya hanya itu dikhawatirkan akan mudah tergoyahkan bila mengalami hambatan. Berbeda apabila orientasinya bukan hanya dunia tetapi juga akhirat, insya Allah itu akan membuat kita jauh lebih kuat lagi. Maka dari itu anak-anak muda harus memperdalam orientasinya, alasan kuatnya harus betul-betul ketemu, sehingga ketika dalam proses perjalanannya menghadapi tantangan, rintangan, ataupun masalah, kita akan tetap stay karena ini menjadi bagian penting dalam hidup kita untuk kemudian mencapai tujuan-tujuan yang kita inginkan.
“Kalau saya kan jelas, tujuannya adalah bagaimana punya bekal dan selamat di akhirat. Kemudian mengimplementasikan usaha-usaha yang saya punya bukan hanya levelnya bisa sukses di dunia tetapi juga bisa sukses di akhirat. Ini yang membuat saya ngga kapok-kapok walaupun pernah ditipu, dikerjain sama orang, kalau jatuh, bangun lagi, jatuh lagi, bangun lagi, karena dorongan untuk sukses di dunia dan akhirat itu yang membuat saya kuat. Dan anak muda, ketika mau memulai sebuah bisnis, harus punya noble purpose ini,” ujar Agis memberikan semangat.
Noble purpose sebagai alasan mendasar inilah yang kemudian dapat mengubah mindset kita bahwa untuk memulai suatu bisnis sebaiknya didasari oleh keinginan membantu orang lain. Kita harus mampu menggali apa yang menjadi kebutuhan customer dengan membaca apa yang menjadi keresahan yang dirasakan masyarakat dan memetakan apa yang menjadi sumber masalahnya, sehingga kita bisa mencoba untuk melakukan inovasi yang dikemas dalam bentuk solusi sebagai pendekatan bisnis. “Makanya beberapa bisnis yang saya lakukan itu pasti dasarnya adalah masalah, kemudian kita ciptakan produk yang lebih mengarah kepada solusi, yang akhirnya kita kembangkan,” ucap Agis.
“Supaya usaha kita bisa sustain harus berorientasi kepada kebutuhan dari market. Dalam perspektif saya kebutuhan market itu adalah sebuah peluang yang berawal dari adanya masalah dan ketika kita bisa menghadirkan solusinya, tentu saja masyarakat akan menangkapnya, sehingga bisnis-bisnis ini bisa running. Walaupun dalam proses perjalannya tentu ada step by step yang harus kita lakukan. Tapi ketika kita memulainya dari sebuah masalah, dari sebuah kebutuhan masyarakat, bisnis kita akan jauh lebih potensial ke depannya, dan sudah terbukti beberapa start up start up besar pun memulai bisnisnya berangkat dari sebuah masalah,” katanya mengingatkan.
Ditambahkan oleh Agis, masalah menjadi titik awal ketika kita mau membuka sebuah bisnis di mana solusinya kita kemas menjadi sebuah produk, jasa maupun layanan, sehingga menjadi sebuah bisnis yang berkelanjutan. “Celakanya banyak anak muda sekarang yang memikirkan produk terlebih dahulu, padahal tidak dibutuhkan dan tidak dicari oleh market. Mereka hanya berdasarkan asumsi, idealisme, atau pun yang lainnya. Yang paling simple, yang paling mudah dan yang paling gampang kita belajar dari cerita-cerita sukses bagaimana mereka memulai bisnis karena jeli melihat sebuah masalah dan mempunyai inovasi menciptakan produk atau pun jasa yang dapat menjadi solusi dari masalah itu. Nah ini kata kuncinya, jadi kurangi idealisme dan kurangi asumsi yang justru dapat membahayakan teman-teman. Sehingga teman-teman mengalami kegagalan dalam membangun start upnya.”
Demikian juga dengan metode belajar, anak muda diharapkan dapat melakukan shortcut dengan cara magang, yaitu masa pendidikan langsung di dunia kerja. Dari magang itu kita bisa belajar bagaimana kemudian proses ini bisa berjalan, kemudian selain dari itu juga kita bisa dapatkan insight terkait tentang managerial dalam pengelolaannya dan yang paling penting adalah mendapatkan networking yang sangat kuat baik itu dengan produsen, supplier, dan lain sebagainya. Kita bisa belajar banyak dan lebih bisa mengoptimalkan waktu dibandingkan harus memulai semuanya dari nol dan ketika gagal baru sadar bahwa ilmu dan persiapannya masih kurang.
“Magang ini adalah cara yang paling tepat untuk menduplikasi model-model bisnis yang efektif dan efesien. Kita bisa mengamalkan ilmu ATM, yaitu Amati Tiru dan Modifikasi. Kira-kira apa yang bisa di modifikasi sehingga bisa jauh lebih efesien dan betul-betul menemukan model bisnis yang paling pas untuk dijalankan. Saya kira didalam membangun sebuah bisnis kita tidak perlu lagi membesarkan dan mengutamakan ego kita, cobalah belajar pada model bisnis yang memang sudah pernah berjalan. Ini cara shortcut paling penting bagi anak muda yang mau menggeluti bisnis apa pun, harus mau turun ke lapangan dan belajar dengan ahlinya,” papar Agis soal magang.
Menurut Agis, salah satu yang menjadikannya struggle dan usahanya bertumbuh adalah lingkungan dan mentor. “Kita harus benar-benar mencari mentor yang memang mempunyai pengalaman di bidangnya. Ketika saya pengen belajar keuangan, saya memang betul-betul mencari mentor yang punya pengalaman di situ. Belajar budi daya, dengan ahli budi daya. Belajar kebijakan, dengan yang menguasai soal kebijakan. Ini menjadikan saya, memiliki sebuah pandangan atau pun alternatif dari beberapa solusi yang kemudian saya bisa terapkan ketika saya dihadapkan oleh masalah atau tantangan. Mentor ini yang akan mengingatkan, menguatkan, bahkan membuka jalan. Mentor menjadi bagian penting yang tidak bisa terlupakan untuk sebuah proses bisnis ini bisa terus running.”
Sedangkan lingkungan atau komunitas sangat diperlukan untuk menemukan orang-orang yang memiliki passion yang sama sehingga memudahkan kita untuk berkolaborasi. Ini penting untuk mempercepat pertumbuhan bisnis karena kolaborasi adalah salah satu tangga express bagaimana kemudian dampak kebermanfaatan yang kita punya bisa diperbesar, diperluas dan diperkuat lagi. Agis berpesan kepada anak-anak muda di Banten yang ingin menggeluti dunia usaha, yang paling penting yang harus dilakukan adalah benar-benar serius menyiapkan dengan baik secara mentalitas, pengalaman, keilmuan, mentoring dan yang paling penting adalah menyiapkan waktu yang full timer untuk take action.
“Kuncinya adalah merencanakan secukupnya, kemudian mengeksekusi sebanyak-banyaknya. Jangan dibalik, merencanakan sebanyak-banyaknya, mengeksekusi secukupnya. Saya tipe orang yang learning by doing, jadi setelah menemukan pola langsung eksekusi, kemudian kita perbaiki sambil jalan, jadi ngga nunggu harus sempurna terlebih dahulu. Kebanyakan anak muda sekarang harus sempurna terlebih dahulu, jadinya malah nggak jalan-jalan, nggak ketemu juga model terbaiknya. Jadi kalau sudah ketemu ide bisnisnya yang memang berasal dari kebutuhan masyarakat atau dari market, sudah menemukan komunitas, sudah menemukan mentor, action harus dilakukan sebanyak-banyaknya. Nanti teman-teman akan menemukan sendiri pola terbaiknya. Pola sukses setiap orang itu pasti berbeda, silakan teman-teman menemukan pola suksesnya masing-masing,” simpul Agis mengakhiri pembicaraan. [*]