Sosok

Cerita Anak di Ujung Selatan Pandeglang Mendayung Rupiah

PANDEGLANG, biem.co – Sejumlah anak di perbatasan Kampung Kutakarang, Desa Kutakarang Cibitung dengan Kampung Mantiung, Desa Tanjungan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, mengisi waktu kosong dengan cara mendayung perahu penyeberangan motor.

Dalam mengisi waktu libur dan membantu orangtua, sejumlah anak di lingkungan muara perbatasan kecamatan tersebut tidak menyurutkan semangat untuk membantu kedua orangtua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Upaya yang dilakukan saat libur sekolah daring maupun luring, anak-anak di perbatasan kecamatan tersebut menangkap ikan dan menyediakan perahu penyeberangan untuk motor yang hendak melintas. Sebab, tidak ada jalan atau jembatan untuk menghubungkan dua kecamatan tersebut.

Dengan berbekal getek yang dibuat oleh orangtuanya, perahu penyebrangan tersebut dinilai bisa menghidupi keluarganya. Namun saat muara tersebut sedang surut dan bisa dilewati motor, dirinya tidak mendapatkan penghasilan.

Salah seorang anak tukang getek, Sanja mengatakan, dirinya melakukan aktivitas tersebut sebagai upaya membantu perekonomian kedua orangtua.

“Saya sekarang lagi libur, lagi pula saya juga ingin membantu orangtua saya yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Buat saya menabung juga hasilnya,” ucapnya saat ditemui di lokasi muara usai menyeberangkan kendaraan, Rabu (30/6/2021).

Ia menyebutkan, untuk biaya penyeberangan tersebut tidak dipatok, tetapi biasanya pengendara yang hendak menyeberang memberikan uang sebesar Rp10 ribu atau Rp5 ribu satu kali menyeberang.

“Kalau lagi ramai yang mau menyeberang itu bisa sampai Rp100 ribu itu juga dibagi-bagi. Kalau saya uangnya buat nabung,” ujarnya.

Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang duduk di kelas VIII tersebut, dirinya mengaku lelah karena merasa kasihan kepada orangtua yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

“Disebut capek ya capek, karena saya kan harus berenang juga basah-basahan seharian. Biasanya mulai pagi jam 08.00 WIB sampai sore 17.30 WIB. Selama itu saya harus menunggu yang menyeberang, mendayung perahu kalau lagi menyeberangkan. Cuma sebentar memang, tapi kan yang namanya di air suka kedinginan kalau kelamaan,” tuturnya.

Hal senada disampaikan rekan tukang penyeberangan, Adung menyampaikan, kedua orangtuanya sudah tidak lagi bisa melaut karena sudah tua, sehingga dia harus melakukan aktivitas tersebut.

“Orangtua kami memang masih ada, tapi ini juga hanya mengisi waktu libur sekolah saja, lumayan buat kami jajan kalau dapat uang. Orangtua saya biasanya mencari ikan di sekitaran muara atau di laut, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi, perahunya rusak dan hanya dipakai buat menyeberangkan saja perahunya,” katanya. (AT)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button