SERANG, biem.co — Wacana 3 periode masa jabatan Presiden Republik Indonesia dianggap melanggar konstitusi, sebab masa jabatan seorang presiden adalah 2 periode. Pada pasal 7 Undang-Undang Dasar (UUD 1945) mengatur tentang masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama lima tahun dan boleh dipilih kembali.
Terbaru Muhammad Qodari resmi mendirikan Sekretariat nasional Jokowi-prabowo (JokPro) sebagai implementasi dukungan terhadap Jokowi 3 periode. Hal itu mendapat berbagai reaksi pro/kontra dari beberapa kalangan.
Menanggapi hal tersebut Komunikolog Politik Nasional Tamil Selvan atau akrab disapa Kang Tamil justru mengatakan bahwa Jokowi justru cenderung mempersiapkan kepemimpinannya untuk 6 periode ke depan, tapi tidak dipimpin tubuh jasmani Jokowi, melainkan ideologi Jokowi.
“Ada pihak yang ingin mengukur kekuatan real Jokowi di masyarakat, terutama pada saat banyaknya kebijakan pemerintah yang mengecewakan rakyat. Apakah Jokowi masih diinginkan rakyat? Jadi bukan Jokowi yang akan maju untuk ketiga kali. Saya kira, ini kiasan yang terlalu dilebih-lebihkan. Pola cek ombak ini biasa dalam politik, wajar saja,” ungkap Ketua Forum Politik Indonesia ini kepada awak media, Selasa (22/6).
Ia mengatakan bahwa pola cek ombak tersebut penting, sebagai bargening position Jokowi, ketika calon yang didukung oleh Jokowi berbeda dengan calon yang diusung oleh PDIP.
“Secara politik, Jokowi perlu memastikan bahwa presiden di 2024 akan ‘mengamankan’ pemerintahannya 10 tahun ini. Sehingga perlu ada langkah antisipasi jika di 2024, Jokowi dan PDIP akan mendukung capres yang berbeda,” tambahnya.
Lebih lanjut Kang Tamil mengatakan bahwa ada potensi penyiapan keluarga Jokowi untuk meneruskan kepemimpinannya hingga 6 periode. Hipotesa ini diperkuat dengan munculnya nama Iriana Jokowi sebagai capres perempuan, serta isu amandemen presidential treshold yang berpotensi merubah batas umur capres dan cawapres, sehingga membuka peluang Gibran untuk bisa menjadi capres atau cawapres di 2024.
“Justru yang perlu diwaspadai adalah potensi politik dinasti Jokowi, sebab saya melihat ada sinyal untuk menerjunkan Iriana Jokowi atau Gibran sebagai Cawapres di 2024. Secara demokrasi ini tentu tidak sehat, namun secara politik ini sah, karena melalui pemilihan langsung yang berpotensi terpilih atau tidak” paparnya.
Bicara tentang 2024, Kang Tamil menyatakan bahwa dalam hipotesanya Capres yang akan bertarung adalah Prabowo dan Anies, sehingga posisi dukungan vital Jokowi adalah pada calon Wakil Presidennya.
” Seperti yang sudah saya sebutkan, Iriana dan Gibran lah yang akan diterjunkan sebagai manifestasi dukungan Jokowi. Nah apakah itu akan berpasangan dengan Prabowo atau Anies, masih sangat dinamis, kita lihat saja ke depan. Yang pasti Jokowi tidak akan maju di 2024 sebagai Capres,” tandasnya. (Ar)