biem.co – Melonjaknya kasus Covid-19 berdampak pada antrean panjang di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di berbagai rumah sakit. Hal itu disampaikan Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), dr. Lia G. Partakusuma.
“Karena pasien harus di-skrining terlebih dahulu, dilakukan tes Covid-19. Pada saat menunggu hasil tes, ini yang menyebabkan antrean pasien menjadi panjang. Hal ini sebenarnya tidak kita inginkan. Kita maunya pasien cepat masuk, dan cepat juga keluar. Agar tidak berkerumun di rumah sakit,” ujar dr. Lia, dalam keterangannya, dikutip Rabu (16/6/2021).
Ia menyatakan, saat kapasitas rumah sakit tidak lagi mencukupi, langkah rujukan akan diambil.
“Tapi tidak semua pasien bersedia dirujuk. Malah ada yang akhirnya menolak dirawat. Ini kan sebetulnya tidak boleh, apalagi dalam kondisi wabah seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dr. Lia menambahkan bahwa sinergi antara rumah sakit dan pemerintah sangat dibutuhkan. Sebab menurutnya setiap rumah sakit pasti memiliki titik batas, dari sisi tempat tidur, obat-obatan, APD, dan tenaga kesehatan.
“Persi telah mengeluarkan edaran agar anggota kami saling berkoordinasi satu sama lain dalam mempersiapkan tempat tidur, SDM, logistik, obat-obatan, serta berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Semoga masyarakat bisa memahami bahwa kemampuan rumah sakit itu memiliki batas, sehingga tidak lalai dalam menjalankan protokol kesehatan,” imbau dr. Lia.
dr. Lia sendiri melihat saat ini komunikasi antara rumah sakit dengan pemerintah dalam penanganan Covid-19 telah berjalan cukup baik.
“Data sudah mulai terintegrasi dan diumumkan secara berkala oleh Satgas Covid-19. Kemenkes juga rutin melakukan briefing untuk menyampaikan update situasi terkini. Sehingga kami dari Persi dapat meningkatkan kesiagaan dan tahu bagaimana untuk bertindak. TNI dan Polri juga sangat membantu dalam pelaksanaan di lapangan. Semoga sinergi baik ini terus terjaga dan dapat terus kita tingkatkan bersama,” ungkapnya. (hh)