KOTA SERANG, biem.co — Badan Pekerja Jaringan Rakyat untuk Demokrasi dan Pemilu (JRDP) menggelar nonton bareng fim dokumenter KPK EndGame di Sekretariat JRDP di kawasan Komplek RS Pemda, Cipocok Jaya, Minggu (13/6/2021).
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pegiat sosial, aktivis mahasiswa, jurnalis, dosen, dan LSM.
Film KPK EndGame sendiri mengungkap sisi lain di balik polemik Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Sejumlah pegawai dan penyidik bercerita saat mereka telah mengikuti TWK.
Pegawai yang ditampilkan oleh Dandy Laksono sebagai sutradara dalam film tersebut, antara lain Novel Baswedan, Harun Al Rasyid, Budi Sukmo, dan Andre D Nainggolan.
Anang Azhari selaku panitia nobar sekaligus Koordinator Umum JRDP mengatakan, nobar merupakan bentuk dukungan terhadap perjuangan antikorupsi di Indonesia.
Mas Anang, sapaan akrabnya, juga menambahkan, setelah mendengarkan curhatan pegawai KPK dalam film tersebut, bisa disimpulkan bahwa pemberantasan korupsi tidak mudah.
“Publik dapat menyadari bahwa upaya pemberantasan korupsi bukan pekerjaan mudah. Terlebih di tengah demokrasi liberal di mana para aktor politik terjerat mental pragmatisme,” katanya.
“Film ini menumbuhkan motivasi kepada para pegiat sosial untuk terus berikhtiar sekecil mungkin, dengan energi yang terbatas, untuk menyuarakan dan menolak setiap bentuk tindakan koruptif oleh para pengemban kebijakan, baik di eksekutif maupun legislatif. Bahwa korupsi harus dimaknai sebagai virus ganas yang menggerogoti nilai-nilai luhur demokrasi,” pungkasnya.
Senada, Sekjen JRDP Iing Ikhwanudin menjelaskan, film tersebut berhasil membuktikan adanya upaya pelemahan KPK oleh pihak yang terganggu oleh sepak terjang penyidik KPK yang masih memegang teguh integritas.
“Film ini membuktikan bahwa aspirasi yang kami sampaikan terkait penolakan revisi UU KPK akhir tahun 2019 lalu menjadi kenyataan. Bahwa upaya pelemahan KPK itu dilakukan secara sistematis dimulai dari penggembosan regulasi, pelucutan kewenangan, dan kini mengarah ke penyingkiran personel penyidik senior yang memiliki track record baik dalam mengungkap kasus korupsi,” kata Iing.
Sementara itu, Dosen Untirta, Ikhsan Ahmad mengatakan, film itu menyampaikan pesan kepada para aktivis bahwa gerakan sosial melawan korupsi harus dilakukan secara kolektif.
Ikhsan juga berharap film ini mampu menjadi pemantik untuk memberantas korupsi yang sedang terjadi di Banten.
“Film ini momennya pas karena di Banten hari ini sedang terjadi praktik korupsi yang melibatkan penguasa. Jadi, film ini memantik spirit masyarakat sipil untuk terus mengawal penuntasan kasus korupsi yang terus berulang di Banten,” ujarnya. (ar)