KOTA SERANG, biem.co — Belakangan ini, kasus tindakan korupsi di Provinsi Banten sedang marak terjadi, mulai dari kasus hibah pondok pesantren hingga korupsi anggaran pengadaan masker.
Kejadian tersebut mengundang reaksi dari sejumlah kalangan, baik dari masyarakat hingga pegiat anti korupsi. Pertanyaannya, siapakah dalang di balik tindakan-tindakan korupsi tersebut?
Berdasarkan keterangan dari Direktur Visi Integritas, Ade Irawan mengatakan bahwa fenomena tindakan korupsi biasanya terjadi karena ada pihak yang menyuruh atau memerintah.
Jika dipelajari dari kasus-kasus yang pernah terjadi, dalang di balik tindakan korupsi hanya digerakkan oleh segelintir orang.
“Paling tidak digerakan oleh dua pihak atau kombinasi dari dua pihak. Pertama digerakkan oleh para politisi, para politisi ini siapa? Bisa kepala daerah, bisa anggota legislatif. Ini dalam temuan ICW ini yang banyak terlihat,” ujar Ade, Sabtu (29/5/2021).
Ia menyatakan, dalang kasus-kasus korupsi yang pernah terjadi selalu menunjukkan bahwa yang punya kuasa politiklah yang menggerakkan korupsi.
“Jarang korupsi itu dilakukan sendiri-sendiri, kebanyakan kasus korupsi itu digerakan oleh orang-orang yang punya kuasa politik, orang yang punya power besar,” terangnya.
Selain para politisi, kata Ade, birokrasi juga menjadi kelompok yang rentan menggerakkan korupsi, tetapi terkadang mereka hanyalah korban dari atasannya yang memerintah.
“Jadi birokrasinya yang main sendiri tanpa melibatkan atasannya, walaupun ini jarang terjadi,” ucapnya.
Kendati demikian, menurutnya kebanyakan di tataran birokrasilah yang lebih rentan terbongkarnya kasus korupsi.
“Banyak kepala dinas serta bawahannya yang terjerat kasus korupsi. Namun, mereka acap kali hanya menjadi korban dari orang yang punya power, dengan kata lain hanyalah orang yang diperintah,” pungkasnya. (as)