KABUPATEN SERANG, biem.co — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang terus melakukan upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada perpustakaan desa. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi di desa.
Kepala DPKD Kabupaten Serang, Tahyudin mengatakan, salah satu program prioritasnya adalah mengoptimalkan program perpustakaan desa, dengan membangun SDM-SDMnya.
Dijelaskan secara teknis, Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca DPKD Kabupaten Serang, Drg. Effy Afidah mengatakan, program perpustakaan desa sudah lama ada, tetapi belum bisa dioptimalkan.
“Kalau hanya ada rak buku itu disebut perpustakaan desa, dari 2010 sudah ada bantuan dari pemprov, tapi ya sudah tidak ada yang mengelola, kegiatan tidak jelas. Jadi hanya simbol saja. Tapi yang paling penting pada sebuah perpustakaan adalah SDM-nya,” ujar Effy kepada biem.co, Rabu (26/05/2021)
Effy mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan pembinaan dan pelatihan kepada para pengelola perpustakaan desa tersebut. Tetapi dirinya mengakui bahwa belum semua perpustakaan desa dapat berjalan secara maksimal.
“Memang tidak mudah dalam membina SDM perpustakaan desa ini, kadang pihak desa mengirim orang untuk mengikuti pelatihannya maen asal kirim, sehingga pas dikontrol itu tidak aktif,” ungkapnya.
Effy menjelaskan, perpustakaan itu kalau dulu ada rak ada buku. Akan tetapi saat ini perpustakaan adalah sumber informasi, artinya yang ada di buku itu hanya informasi.
“Kalau orang tidak tau, kemudian dengan baca bakal tau, dia tidak jadi kaya atau tidak bakal kenyang. Sekarang perpustakaan dengan baca bukan hanya menjadi tau, tapi dia mampu menerapkan. Sehingga menghasilkan sesuatu,” terangnya.
Effy menambahkan, setiap desa memiliki potensi yang berbeda-beda, oleh karenanya pihaknya tidak men-drop buku-buku ke perpustakaan desa. Tetapi pihaknya bersinergi dengan pemerintah desa agar menganggarkan buku-buku sesuai dengan potensi desanya masing-masing.
“Jadi kalau desanya di dekat laut, maka buku-bukunya seputar budidaya ikan dan sebagainya, sementara kalau desa tersebut perkebunan maka buku juga disesuaikan. Jadi buku-bukunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” katanya.
Bahkan, sambungnya, sudah ada desa yang menganggarkan untuk honor para petugas perpustakaan desa, seperti di Desa Parigi di Cikande. Sehingga setiap hari di perpustakaan tersebut kegiatannya hidup.
“Ada juga perpustakaan desa yang membuat pas bunga. Jadi bunga dijual dapet duit, itu baru perpustakaan. Kalau tidak memberdayakan masyarakat bukan perpustakaan yang hebat,” pungkasnya. (As)