LEBAK, biem.co — Puluhan sopir angkutan kota (angkot) jurusan Terminal Mandala-Rangkasbitung menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa spanduk serta keranda mayat yang diangkut di atas mobil angkot.
Aksi unjuk rasa ini dipicu dengan adanya larangan beroperasinya KRL yang setiap harinya menaik-turunkan penumpang di Stasiun Rangkasbitung. Dengan tidak beroperasinya kereta api tersebut membuat para sopir angkutan kota harus kehilangan mata pencahariannya.
Koordinator Aksi, Ilham mengatakan, aksi unjuk rasa ini sebagai bentuk kekecewaannya terhadap kebijakan larangan beroperasinya kereta api jurusan Rangkasbitung.
“Kami sangat kecewa dengan adanya larangan mudik Lebaran tahun ini. Sebab, membuat para sopir angkot tidak mendapatkan penghasilan dengan dihentikannya pelayanan penumpang di Stasiun Rangkasbitung,” kata Ilham kepada awak media, Senin (10/5/2021).
Ilham menjelaskan, hampir setiap hari sopir angkot sama sekali tidak mendapatkan penghasilan dikarenakan tidak adanya para pemudik di Stasiun Rangkasbitung.
“Seharusnya menjelang Lebaran ini sopir angkot akan mendapatkan penghasilan yang banyak dari penumpang kereta api. Kami berharap kepada Bupati Lebak untuk segera meninjau kembali penutupan Stasiun Rangkasbitung yang sangat berdampak kepada para supir angkot, sehingga para sopir angkot kelaparan,” ujarnya.
Sementara itu, Tono, salah satu sopir angkot jurusan Terminal Mandala-Rangkasbitung mengaku sudah beberapa hari semenjak tidak beroperasinya kereta api tidak mendapatkan penghasilan, bahkan untuk setoran mobil pun dirinya tidak sanggup membayar.
“Biasanya sebelum ada corona, seminggu sebelum Lebaran kami mendapatkan penghasilan yang lumayan dan bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Akan tetapi, dengan penutupan stasiun kereta api ini membuat kami sangat kecewa dikarenakan tidak adanya penghasilan,” ucapnya. (sd)