Kabar

Ratusan Ton Sampah Bakal Dibuang ke Kota Serang, LSM Rekonvasi Bhumi: Amdalnya Mana?

KOTA SERANG, biem.co — Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi bereaksi keras pasca ditekannya perjanjian kerjasama Pemkot Serang dengan Tangerang Selatan terkait 400 ton sampah dari Tangsel yang dibuang ke TPSA Cilowong Kota Serang. Lembaga yang konsen terhadap Isyu lingkungan tersebut menilai bahwa Pemkot Serang tidak melakukan kajian secara serius baik analisis dampak lingkungan (Amdal) maupun dampak lalulintas truk pengangkutnya.

“Kalau mau melakukan sesuatu apalagi yang berhubungan dengan alam, yah kajiannya dulu, Amdalnya dipikirkan. Sejauh ini kami tidak mendengar bahkan bisa jadi tidak ada kajian apapun,” kata Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi, Nana Prayatna Rahadian kepada awak media saat konferensi pers di Sekretariat Rekonvasi Bhumi Kelurahan Tembong Kota Serang, Rabu (5/5/2021).

Untuk diketahui, Pemkot Serang sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemkot Tangsel terkait pembuangan 400 ton sampah dari Tangsel perhari ke TPSA Cilowong dengan kompensasi Rp48 miliar pertahun. Rencananya kerjasama tersebut akan dimulai di Bulan Juni atau Juli 2021.

Penerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup tersebut menjelaskan, sebelum kerjasama tersebut dijalankan, mestinya Pemkot Serang mengantisipasi kejadian pasca kerjasama tersebut dilaksanakan.

“Sampah di Kota Serang saja 800 ton perhari. Nanti ditambah dari Tangsel 400 ton. Gunungan sampah di Cilowong dapat menyebabkan longsor seperti yang terjadi tahun 2019 lalu. Itu baru dampak gunungannya saja, belum bau dan limbahnya,” kata Nana.

Selain harus melakukan kajian dampak yang akan muncul akibat penambahan volume sampah, sambung Nana, Pemkot Serang juga harus memperketat pengawasan terhadap sampah yang masuk ke Cilowong agar tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

“Ada saja orang nakal yang simpan limbah B3 diantara tumpukan sampah yang lain. Yah pokoknya sampah yang sampai ke Cilowong harus benar-benar tanpa B3,” ujarnya.

Nana juga menyinggung terkait dampak kesehatan masyarakat sekitar yang ditimbulkan oleh penambahan sampah tersebut.

“Akibat pengelolaan sampah yang buruk maka akan timbul penyakit gatal, ISPA dan penyakit lain,” jelasnya.

Selain itu, masih kata Nana, kajian atas dampak lalulintas akibat penambahan mobilitas kendaraan pengangkut sampah pun harus diperhatikan karena akan melewati beberapa luas jalan di jalur utama perkotaan.

“Ada berapa banyak truk sampah, pasti menambah volume kendaraan di ruas jalan yang dilewati. Kemudian pakai truk yang besar, enggak mungkin yang kecil. Sementara jalan ke Taktakan itu kecil yah, bagaimana dampak lalulintas untuk warga nya,” tambahnya.

Senada diungkapkan salah satu pendiri Rekonvasi Bhumi, Agus Setiawan. Ia meminta Pemkot Serang jangan hanya tergiur PAD yang besar dari kesediaan menampung sampah dari Tangsel, namun juga harus dampak yang ditimbulkannya.

“Kalau pengelolaan sampah dari hulu ke hilir ya sudah clear, sudah mampu menangani maka silahkan saja menampung 400 ton sampah dari Tangsel setiap harinya. Jika belum bisa ya jangan dipaksakan. Kaji dulu yang benar agar dampak buruknya tidak muncul di kemudian hari,” pungkasnya. (red)

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button