biem.co – Intan Indria Dewi, Perempuan Kelahiran Cirebon kini adalah seorang motor pergerakan kaum buruh di Provinsi Banten, dibalik jabatan itu tentu ada perjuangan besar yang ia korbankan, dari mulai tenaga, waktu, hingga pikiran-pikiran besar. Sehingga bisa mengantarkan dirinya menjadi seorang figur ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Serikan Pekerja Nasional (SPN) Provinsi Banten.
Sebelum memulai karirnya menjadi seorang ketua buruh, perempuan lulusan Sarjana Ekonomi Manajemen itu dulunya hanya seorang Operator Checking Pola di salah satu perusahan besar di Kabupaten Serang. Meski menjadi seorang buruh adalah hal yang tak pernah ia harapkan, namun pekerjaan itu ia jalani setelah kecewa terhadap orang tuanya yang tak mengizinkan dirinya untuk mengenyam pendidikan keperawatan.
”Dengan segala kekecewaan, saya memutuskan untuk ikut merantau bersama kakak ipar saya di Serang. Saat itu, saya melamar ke salah satu Perusahaan Sepatu terbesar di Serang Timur pada posisi Staf Administrasi, meskipun test untuk posisi Staf tersebut lolos dengan nilai tinggi, tetapi saya hanya ditempatkan sebagai Operator Checking Pola,” ujar Intan kepada biem.co, Rabu (21/04/2021).
Setelah berkecimpung dalam dunia pabrik, Intan mulai mengenal seluk-beluk aktifitas para buruh pabrik termasuk organisasi-organisasi tempat bernaung para buruh, serta jembatan manakala mereka mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya mereka dapatkan dari perusahaan. Termasuk wadah perjuangan untuk menuntut hak-hak kaum buruh yang tidak diberikan perusahaan, hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk bergabung menjadi bagian mereka.
“Tahun 2009, awal mula saya mengenal SPN dan mulai mengikuti Pelatihan Organisasi Dasar yang diberikan oleh SPN, tak lama setelah itu saya kemudian dilantik menjadi perwakilan anggota, saya pun mulai aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan SPN, menyuarakan aspirasi dari kawan-kawan anggota dan mengkritisi kebijakan perusahaan yang dinilai kurang tepat,” terangnya.
Setahun kemudian, Intan mendapatkan amanat untuk menjadi pengurus di SPN, krikil-krikil yang mencoba menghentikan langkahnya mulai ia rasakan, statusnya sebagai seorang perempuan acapkali menjadi celah bagi mereka yang tak menyukai dirinya, perlakuan-perlakuan tak baik sering ia dapatkan, namun, dengan tekadnya yang kuat, Intan memilih menikmati itu semua tanpa memperdulikanya.
Niatnya untuk memperjuangkan hak-hak kaum buruh sudah mendarah daging, segala resiko dan tantangan yang akan dihadapinya di depan tak pernah ditakutinya, ia selalu memegang prinsip tak pernah takut dijalan yang benar.
“Tahun 2010, saya dilantik sebagai Pengurus Serikat Pekerja Nasional di tingkat perusahaan. Sebagai Aktivis Buruh dan seorang perempuan, perjuangan ini tidaklah mudah. Karena masih rendahnya pemahaman akan kesetaraan gender di Keluarga, tempat kerja dan masyarakat, sering kali pelabelan negatif ditujukan pada saya. Diskriminasi dan intimidasi ataupun celotehan miring kerap diterima. Tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangat dan langkah untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan kaum buruh,” ucapnya.
Sampai tahun 2013, Intan menjabat sebagai ketua Bidang PPPA pada PSP SPN PT. NIKOMAS GEMILANG, dari tahun 2013 hingga 2014, Intan menduduki jabatan Tim Assistensi Informasi & Publikasi di tempat yang sama, pada tahun 2014-2019, Intan menjadi Wakil Sekretaris.
Berbekal kepercayaan dari teman-teman yang mendukungnya, Intan memberanikan diri untuk maju di pencalonan ketua DPD SPN Banten tahun 2019 lalu, meski ia tahu bahwa dirinya adalah satu-satunya perempuan yang mengikuti kontestasi, Intan tidak pernah takut dan ragu untuk maju.
Intan tidak mau merendahkan martabat seorang perempuan, dirinya ingin membuktikan bahwa status kelamin hanyalah status kelamin. Baginya gender bukanlah sekat yang membatasi dirinya untuk menggapai apa yang diinginkanya.
Intan yang sudah mengikuti berbagai kegiatan di SPN dari mulai Pendidikan Organisasi Dasar, Training Organizer Anggota Serikat Pekerja, Pelatihan Perempuan, Politik dan Komunikasi Efektif, Pelatihan Kesetaraan Gender dan
Kepemimpinan Perempuan, Pelatihan Perlindungan Maternitas, Pelatihan Jurnalistik, Training of Fasilitator (TOF), Training of Trainer (TOT), Pelatihan Advokasi Hak – hak Pekerja Perempuan, Pelatihan Kepemimpinan Muda, Pelatihan Kekerasan Berbasis Gender, Pelatihan Database Organisasi hingga Training on Corporate Research adalah pondasi yang membuat dirinya yakin mampuh memimpin pergerakan kaum buruh.
“Salah satu hal yang membulatkan tekad saya adalah saya ingin Perempuan Tidak Lagi dipandang sebelah mata, perempuan bukan makhluk lemah yang tidak berdaya dan tidak mampu melawan, tetapi saat Perempuan berada pada Posisi Strategis maka Perempuan akan mampu mewarnai perjuangan, membuat sebuah terobosan dan inovasi untuk Gerakan Serikat Pekerja serta isu dan permasalahan Perempuan pun dapat di arus utamakan bersamaan dengan isu strategis lainnya. Dan saya sangat bersyukur karena banyak dukungan, support dan doa dari kawan kawan PSP SPN dan DPC SPN di Provinsi Banten. Kesuksesan ini merupakan Kesuksesan Bersama, tanpa mereka, mungkin hasilnya akan berbeda dan tanpa mereka, perjuangan ini tidak akan pernah Sama,” pungkasnya. (as)