Teknologi

Peneliti: Nanoteknologi, Bukti Perubahan Teknologi yang Sangat Cepat

biem.co – Sebagai upaya menjadi bagian dari perkembangan teknologi dunia, Pusat Layanan Internasional Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Pelita) kembali menggelar Research Talk #2 secara daring dengan tema ‘Silk Bionanocomposites: Design, Characterization, and Potential Application’, pada Jumat (16/04/2021) pukul 16.00 atau 11.00 AM waktu Prancis. Kegiatan diikuti oleh sekitar 87 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa sarjana dan pasca sarjana.

Pada Research Talk kedua ini, Pelita menghadirkan peneliti dari Université de technologie de Compiègne di Prancis, Dr. Cristina Belda Marin sebagai pembicara.

Dalam kesempatan diskusi selama kurang lebih 60 menit tersebut, Cristina memaparkan bagaimana nanoteknologi secara tidak disadari sudah melaju dengan pesat.

“Nanoteknologi sudah sangat pesat, mau tidak mau setiap kita akan (dan sudah) bersinggungan dengannya, khususnya dalam teknologi-teknologi yang kita gunakan,” ujarnya.

Cristina menganalogikan lampu Light Emitting Diode (LED) pada alat-alat elektronik yang ada di sekitar kita. Menurutnya, lampu tersebut dibuat pada skala nano dan mampu menghemat energi hampir 50 persen dibandingkan dengan lampu konvensional.

Ilustrasi (Pic: Yolkmusic)

Lalu pada industri tekstil misalnya, nanoteknologi mampu merekayasa permukaan serat baju, sehingga bersifat hydrophobic (kedap air). Dengan begitu, pakaian tidak mudah kotor.

Ilustrasi: jika baju anda ketumpahan kecap, maka baju yang di treatment dengan nanoteknologi akan lebih mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan noda – Pic: clickbaitclothing.com)

Selain itu, kemampuannya untuk menghambat aktivitas bakteri juga bisa dimaanfaatkan untuk membuat kaos kaki yang anti bau.

Simulasi komponen dalam nanoteknologi dapat menghambat tingkat pertumbuhan bakteri

Nanoteknologi ini juga dapat digunakan dalam industri baja. Partikel nano dapat mengisi rongga antar partikel baja, sehingga menjadi lebih padat dan akibatnya menghemat raw material biji baja. Belum lagi pada dunia kesehatan, pertanian, pertahanan dan keamanan sangat banyak mengembangkan teknologi ini membuat masyarakat harus semakin aware dan siap dalam menghadapi perubahan teknologi sang cepat.

Cristina juga menjelaskan bahwa bahan dasar yang ada dalam nanoteknologi adalah silk fibroin yang bisa didapatkan dari serangga seperti laba-laba. Material ini merupakan natural polymer yang ramah lingkungan dan biodegradable dan sudah banyak digunakan untuk peralatan aplikasi medis.

Teknologi di masa depan dapat mengombinasikan silk fibroin dan nanopartikel untuk meningkatkan performa material. Kemampuan material silk fibroin ini memberi efek fluorescence (memancarkan warna) dan membentuk gel.

Teknologi yang dikembangkan juga dapat membantu penyerapan zat-zat berbahaya yang berada di zat cair yang akan sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan air yang marak saat ini. (red/rls)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button