Puisi

Sajak-Sajak Moh. Rofqil Bazikh

 

Sehabis Keramas

ikat sanggul yang lepas, legam menjuntai
setengah basah dan aku mencium
harum zaitun dari sana
betapa berahi mudah padam
sehabis perjamuan, lalu membasuh
diri masing-masing

kita akan kembali kepada kesucian
kemudian sama-sama merapikan
diri di sebuah ranjang kayu
tubuhmu mulai dihadapakan
ke dinding yang mengelupas

aku seperti kehabisan tenaga
kata kata. tidak ada yang meledak
sebagaimana biasa, sepanjang
malam yang dewasa dirawat
derik ranjang, serta nafasmu
kian halus berembus

Yogyakarta, 2021

 

Percintaan Laut

kita tidak menyadari muasal pasang dan surut
maut mengintai di setiap perjamuan
biduk ini terlalu berlayar bukan ke tepian
warna yang biru berkaca-kaca pada

ketinggian langit
seperti angin yang kehilangan dingin
kita berdiam sepanjang laju arus
hidup dipasrahkan, sejengkal demi

sejengkal dari kematian
orang-orang jatuh cinta, selalu
menghindar dari kefanaan dunia
itulah sebabnya kita terus berlayar
melawan undakan-undakan ombak
bedai kecil yang sekali tigakali
menghentak

dunia ini selalu biru, kita
akan menciuminya sepanjang waktu

Yogyakarta, 2021

 

Tamu Perempuan

di dadaku terdapat sebuah pintu
ukurannya yang sama sekali tidak
bisa terukur dengan angka-angka
warna setengah cokelat, sepanjang
hari seorang perempuan memilih
untuk untuk mengetuk berulang kali

belum sempat kubuka, mereka raib.
padahal semisal sudah bisa masuk
dan berdiam di dalam,
kukunci pintu ini rapat-rapat
dan ia tidak bisa keluar
hingga memilih berdoa agar
betah berdiam selamanya

di dadaku terdapat sebuah pintu
yang ketika sekali kau ketuk itu
semua yang tersusun di lekuk
tubuh perlahan runtuh

Yogyakarta, 2021

 

Sanggul Istri

bekas bibir lancip di leher putihmu
sebentuk gigitan yang senantiasa
melekat sepanjang malam gaib
yang meninggi sampai wuwungan

sementara yang terus kuperhatikan
;gulung rambutmu, hitam di sela-sela
jepit berwarna kuning kunyit

aku menciuminya sepanjang
hari, seperti menangkap sedap mawar
di taman-taman ujung bukit

tetapi kau tidak pernah melepas
untuk sekadar tergerai dan
menyentuh punggumu
yang dililit tali kutang

kau tidak benar tahu, bagaimana
berahi itu semakin tumbuh

Yogyakarta, 2021

 

Cinta Pohon

kita akan senantiasa menggali tanah ini
Sophia, sejengkal demi sejengkal
dan tidak sampai satu depa
tetapi kita terus kugali
sampai batas paling bawah
menemukan satu dua batu
bercampur tanah merah

ini paru-paru bumi, muasal
dari seluruh panghapus nyeri
meredupkan kobar api
di dada kita, Sophia.
kau pilih benur paling jernih
yang kelak akan tumbuh
bercabang menusuk jantung
hutan, sementara kita tetap
memungut sekian daun
yang rontok umpama
rambutmu sehabis keramas

Yogyakarta, 2021


Rofqil BazikhTentang penulis: Moh. Rofqil Bazikh tercatat sebagai mahasiswa Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sekaligus bergiat di Garawiksa Institute Yogyakarta. Saat ini sudah menulis puisi di pelbagai media cetak dan online antara lain; Tempo, Kedaulatan Rakyat, Tribun Jateng, Minggu Pagi, Harian Merapi, Harian Rakyat Sultra, Bali Pos, Analisa, Duta Masyarakat, Pos Bali, Suara Merdeka, Banjarmasin Post, Malang Post, Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Cakra Bangsa, BMR Fox, Radar Jombang, Rakyat Sumbar, Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews, Mbludus.com, Galeri Buku Jakarta, Litera.co, KabarPesisir dll. Tahun 2019 menghadiri Seminar Internasional Sastra Indonesia di Bali. Bisa dijumpai di surel rofqiljunior@gmail.com atau mohrofqilbazikh@gmail.com

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ragam Tulisan Lainnya
Close
Back to top button