KOTA SERANG, biem.co — Sobat biem, institusi pendidikan kembali berduka. Pasalnya, salah satu mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Fadli Abdi Sudrajat, warga Desa Cening, Kecamatan Cikedal, Pandeglang meninggal dunia usai mengikuti kegiatan Diklatsar Mapalaut selama 12 hari.
Sang kakak kandung, Rafi menceritakan kronologi meninggalnya adik tercintanya tersebut. Ia menuturkan bahwasanya ketika hari pertama Diklatsar, adiknya sempat meminta kepada panitia untuk tidak melanjutkan.
“Informasi ini saya dapatkan dari rekan adik saya. Di awal kegiatan, adik saya (red: almarhum) sudah mengaku tidak kuat. Tapi entah kenapa masih dilanjut, bahkan pihak panitia tidak menghiraukan keluhan dari adik saya,” ungkapnya saat dihubungi biem.co via WhatsApp, Senin (2/3/2021).
“Selama kegiatan berlangsung kondisi di pegunungan hujan, dan peserta Diklatsar, termasuk adik saya selama 12 hari tersebut hanya membawa dua pasang pakaian, serta selama Diklatsar tidak boleh melepas sepatu yang kondisinya basah,” tambahnya.
Sang kakak mengatakan bahwa kondisi adiknya pada hari Sabtu (27/02/2021) itu sudah ditandu oleh rekan-rekannya karena kondisi tubuhnya yang sudah tidak memungkinkan untuk berjalan, walaupun sesekali berjalan.
“Nah di hari Minggunya, adik saya tak bisa apa-apa. Kondisi anak sudah parah dari gunung pun. Hari Senin (01/03/2021), Fadli tiba di Serang (red: indekos) dan meminta kepada rekannya untuk beristirahat. Saat itu kondisinya sangat pucat, dan selalu meminta air minum kepada rekannya,” katanya.
Masih kata Rafi, tidak berselang lama adiknya sudah tidak sadarkan diri. “Teman kosannya menceritakan kondisi Fadli sudah pucat, kemudian beberapa saat napasnya tersengal-sengal dan mulai tidak sadarkan diri. Bahkan sudah tidak lagi mengenal temannya,” ucapnya.
“Nah atas kondisi tersebut rekannya menelepon senior dari Mapalaut, kemudian dibawalah adik saya ke klinik. Di klinik juga sempat ada penolakan yang disebabkan masa pandemi. Setelah itu dirujuklah almarhum ke rumah sakit (RS). Namun setibanya di RS, Fadli sudah tidak ada (tak bernyawa),” ungkapnya.
Tidak sampai di situ, saat melihat kondisi almahum, ia menaruh kecurigaan. Pasalnya pada tubuh adiknya banyak luka lebam dan juga lecet parah.
“Kondisi fisik di tubuh ada memar, dan di sela kaki ada lecet parah yang membuat Fadli tak bisa jalan. Pergelangan kaki dan telapak bisa dikatakan busuk, karena selama 12 hari terbungkus sepatu. Yang bikin janggal di bagian tulang kering dan betis ada memar yang parah. Menurut keterangan panitia, luka tersebut bekas terbentur dengan rekannya (kebentur kepala), tapi alasan itu terkesan tidak masuk akal, pada akhirnya saya menduga, luka tersebut seperti ditendang. Pasalnya pihak keluarga mendapati semua informasi terkait Fadli setelah tak bernyawa,” jelasnya.
Lebih lanjut, saat ditanya apakah pihaknya akan melanjutkan ke proses visum untuk mencari bukti, ia mengatakan bahwa pihak keluarga merasa kasihan terhadap tubuh almarhum.
“Kita kondisinya jauh dari Polda Serang, sekali perjalanan bisa dua jam, pulang pergi 4 jam. Belum di sana harus melalui prosedur. Sedangkan almarhum sudahh nunggu cukup lama, pihak keluarga dari bapak merasa kasihan, ingin segera dikembumikan,” pungkasnya.
Sampai berita ini diterbitkan, biem.co belum mendapat tanggapan dan jawaban dari pihak panitia Diklatsar. (iy)