CILEGON, biem.co — Perhatian yang diberikan oleh manajemen PLTU Jawa 9 dan 10 terhadap sejumlah nelayan Suralaya dinilai sudah sangat baik. Selain relokasi, pembuatan pangkalan nelayan dan berbagai fasilitas pendukung lainnya yang diberikan manajemen PLTU Jawa 9 dan 10, sudah selayaknya dicontoh industri lainnya yang ada di wilayah Banten.
Hal tersebut diungkapkan Dede Rohana Putera selaku Anggota Komisi IV DPRD Banten, Jumat (22/1/2021).
Berdasarkan pantauan Dede, selain telah memberikan perhatian kepada para nelayan, manajemen PLTU Jawa 9 dan 10 dalam pembangunannya juga tetap memerhatikan aspek keselarasan dengan lingkungan, dan mampu mengelolanya dengan baik.
Dalam agenda kunjungan ke pembangkit listrik berkapasitas 1000 x 2 MW yang dalam proses pembangunan tersebut, Dede terlihat hadir bersama anggota Komisi IV DPRD Banten lainnya, yakni Ida Rosida Lutfi.
“Hasil monitoring di pangkalan nelayan Suralaya, kami menemukan sejumlah fakta yang sangat baik. Kami turut bahagia, karena relokasi nelayan yang sebelumnya berada di Pantai Kelapa Tujuh, saat ini oleh pihak PLTU Jawa 9 dan 10 sudah direlokasi dan disediakan pangkalan yang layak,” kata politisi yang berasal dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Dede menjelaskan, kunjungannya bersama Ida Rosida Lutfi dilakukan dalam rangka kerangka kerja dan koordinasi terkait pengawasan lapangan mengenai pengelolaan limbah.
“Nelayan di Kelapa Tujuh itu ternyata direlokasi, dibuat area penampungan nelayan. Bagus ini. Ini saya lagi pelajari, nanti ini mau kita duplikasi nih. Harusnya kalau bisa, PT Pelindo, PT KS (Krakatau Steel), dan yang lainnya bisa mengikuti. Bagus tuh dibikin kayak gitu. Kalau saya lihat tadi hasil kunjungan, nelayan tidak merasakan dampak penggusuran untuk kepentingan proyek PLTU 9 dan 10. Jadi, lebih baguslah. Mudah-mudahan ini nanti saya sampaikan ke industri-industri yang lain biar pada bisa bikin kaya gitu,” ungkapnya.
Dirinya berharap industri bisa memerhatikan kehidupan nelayan, warga sekitar, dan lingkungan hidup. Menurutnya, apa yang dilakukan manajemen PLTU Jawa 9 dan 10 bisa menjadi contoh yang baik dalam memerlakukan masyarakat maupun lingkungan sekitar.
Ia menambahkan, fasilitas pangkalan, masjid yang sangat bagus, serta pemberdayaan UKM yang dilakukan manajemen PLTU Jawa 9 dan 10, meyakinkan pihaknya akan adanya pembangunan yang berkeseinambungan.
“Ya kita sih mudah-mudahan industri yang ada di Cilegon ini bisa bersahabat baik dengan nelayan lah, dengan lingkungan, masyarakat pecinta lingkungannya, yang dimana disitu ada pedagang, ada nelayan. Ketika dibangun sama industri, bagaimana supaya mereka itu tetap bisa beraktivitas. Nah ternyata ini jadi role model baru nih, percontohan,” jelasnya.
Di kesempatan itu, Dede juga mengungkapkan perhatiannya terhadap para nelayan di Tanjung Neneng, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan. Dia menilai, apa yang dilakukan oleh perusahaan di wilayah tersebut, kurang selaras dengan kepentingan warga di sekitarnya. Untuk itu, pihaknya berharap ada perubahan konsep pembangunan di wilayah Ciwandan, agar lebih memperhatikan lingkungan di sana.
Sementara itu, Ida Rosida Lutfi menegaskan, keberadaan industri di Banten harus memperhatikan nelayan. Ida yang juga merupakan Ketua Pansus pembahasan Perda RZWP3K menegaskan, hal tersebut harus menjadi fokus untuk seluruh industri di Banten.
“Pembahasan Perda itu transparan dan melibatkan unsur masyarakat, termasuk kalangan nelayan. Pansus bahkan telah turun langsung ke lapangan untuk mendengar pendapat dan memantau bagaimana peta yang ada,” singkatnya.
Menanggapi kunjungan anggota DPRD Banten, kalangan nelayan di wilayah Suralaya mengaku senang. Mereka berharap, adanya kunjungan dari legislatif yang terjun langsung ke lapangan bisa menyaksikan, apa yang terjadi sebenarnya. Jika pun ada kekurangan, nelayan berharap bisa menjadi bahan evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Banten.
“Alhamdulillah, saat ini pangkalan nelayan sudah layak. Perhatian dari PLTU Jawa 9 dan 10 sangat signifikan. Nelayan juga berharap pemerintah daerah memperhatikan kami, dengan memberikan bantuan kepada pada para nelayan, terutama bantuan kapal,” kata Rebudin, Ketua Nelayan Rukun Suralaya.
Rebudin juga menyampaikan, dengan adanya pembangunan pembangkit listrik tersebut berdampak positif bagi lingkungan sekitar dan mega proyek tersebut dipastikan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
“Kami berharap, mega proyek yang berada di Suralaya, mampu menyerap tenaga lokal. Dengan demikian, maka perekonomiann masyarakat juga mengalami peningkatan,” tandasnya. (Arief)