Namamu
Entah aksara apa yang merakit
Namamu menjadi pekat di ufuk mata
Antara pagi dan petang tak terhindar
Untuk menulis di lembaran angin
Mataku terbisa padatnya kata
Pada namamu
Selalu ke eja
Pantulan suara halus
Ke titik syaraf telinga
Menujah ruang rasa
Kekosongan saat ini
Namamu ialah dua mata pisau
Yang tersayat semakin luka
Yang ditulis serasa fasih
Dan menumbuh pada jari-jariku
Hari-hari
Percakapan malam yang senyap
Bumbu gigitan nyamuk
Dan bau darah yang mengental
Di bekas luka pentang hari itu
Kau menjelma tangis
Menampung air
Untuk keringnya tanah pada pinjakkan ku
Sedankan tangan tak mau meraba
Tergesa menyumblim perjalanan baru
Baca Juga
Jika kau bertanya mengenai puisiku
Maka ku jawab :
Ali akbar
Puisi ku tumbuh menjadi tubuh
Bersama serat luka yang di makan
Saat kita di meja kayu
Puisi ku berkeliaran dalam tubuh
Memompa darah hingga keluar
Saat kita menanamnya dengan alat
Yang di beri nama Hati
Dan
Puisi ku hanyalah sekumpulan kata
Yang terberi sakit kelamnya dunia hari ini
Tentang Penulis: Ali akbar adalah mahasiswa salah satu penguruan tinggi di Banten, yaitu Untirta. Aktif dalam organisasi kesenian di bidang teater. Namanya pernah masuk Nominasi Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Teater Mahasiswa Nasional (FESTAMASIO 9) Medan 2019. Salah satu puisinya yang berjudul “Anugerah Terkasih” menjuarai ajang Tirtayasa Expo dalam rangka Seleksi Peksiminas 2020 dan mewakili kampusnya. Baru-baru ini puisi yang berjudul “Asa Luka” akan segera diterbitkan dalam buku antologi bersama para penulis terpilih di Surabaya.