Kabar

Warga Tuding Aktivitas Galian C Picu Banjir di Cilegon

CILEGON, biem.co — Sobat biem, selain karena faktor cuaca, penyumbatan saluran air akibat pendangkalan dan sampah, faktor lain yang diduga ikut menjadi pemicu terjadinya banjir di Kota Cilegon adalah aktivitas galian C atau tambang.

Seperti yang diungkapkan Samsul, warga Kecamatan Jombang Wetan, Kota Cilegon. Kepada biem.co, ia menceritakan, air mulai masuk ke dalam rumahnya, selang beberapa menit setelah Kota Cilegon diguyur hujan.

“Ratusan, bahkan bisa mencapai ribuan rumah di wilayah Kecamatan Jombang ini diterjang banjir. Hanya berselang sekitar 15 sampai 20 menit Kota Cilegon diguyur hujan, dan air langsung masuk ke rumah kami melalui belakang rumah, dengan ketinggian air mencapai 50 cm,” katanya, Jumat (4/12/2020).

Pria yang mengaku memiliki pekerjaan serabutan ini juga menyampaikan, intensitas hujan yang mengguyur Kota Cilegon kemarin malam memang sangat tinggi.

Namun dirinya menduga, selain faktor cuaca dan akibat sistem drainase di pemukiman warga yang buruk, banjir juga dipicu karena adanya aktivitas pengerukan perbukitan oleh pengusaha galian C (galian pasir dan batu).

“Banjir yang rutin terjadi di sejumlah wilayah di Kota Cilegon ini, selain akibat drainase tersumbat, salah satu penyebab utamanya adalah akibat ulah pengusaha galian C, yang semakin merajalela melakukan pengerukan perbukitan-perbukitan di sejumlah perbukitan di Kota Cilegon,” tudingnya.

Hal senada juga disampaikan Ali Mochtar, warga perumahan Gedong Damai, Kalitimbang, Cilegon. Menurutnya, beberapa tahun ke belakang, sejumlah wilayah di sekitar tempat tinggalnya sering dilanda banjir dengan skala besar hingga sedang. Alih fungsi lahan, ia tuduh menjadi penyebab utama banjir di musim penghujan.

“Pengerukan perbukitan berkedok alih fungsi dalam bentuk apa pun, tidak boleh. Dalam hal ini, sangat disayangkan sikap diam dari pemerintah. Tidak mungkin pengusaha dan masyarakat melakukan aktivitas galian C tanpa diketahui pemerintah. Dan anehnya, dampak dari aktivitas galian C itu tetap dibiarkan, sementara banjir langganan adalah dampaknya,” kesalnya.

Menurutnya, perbukitan dan hutan menjadi daerah resapan air yang berguna apabila memasuki musim kemarau agar ketersediaan air tetap terjaga dan tidak mengalami kekeringan.

Sebaliknya, masih kata Mochtar, ketika memasuki musim hujan, bukit dan hutan memiliki fungsi agar tidak terjadi banjir di daerah sekitar bukit tersebut, di mana keberadaannya termasuk sebagai kawasan ruang terbuka hijau (RTH).

Untuk itu, dirinya sangat menyayangkan, manfaat dari bukit, gunung, dan hutan di Kota Cilegon saat ini sudah berkurang atau bahkan tidak ada, disebabkan sudah rusak oleh oknum pengusaha galian batu dan pasir.

“Perusakan bukit lazimnya dilakukan untuk kepentingan pertambangan dan eksploitasi alam lainnya, demi mencari keuntungan sesaat, tanpa memperhatikan dampak kerusakan lingkungan setelahnya,” tutupnya. (Arief)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button