Mayapada
tangan yang sakti
menyentuh kematianmu
anyir di ruas belati
menyusup liang windu
kami duduk melingkar
sembahyang dupa di pasemuan
menyalami cerita yang hingar
tentang perseteruan
tenggelam kita
ke dalam suara
nyaring dunia
dicipta
Banjarnegara, 2020
Rahasia
bercak menghunjam wajahku
saat kumemandang padamu
pecah cahaya hablur
di kenangan alastu
telah kupagar seluruh tubuh
dengan kutukan
kau tak boleh tahu
segala yang kusimpan
di dalam diriku
di dalam mautku
Banjarnegara, 2020
‘Aji
tak ada mantra yang lebih mujarab
dari tembang srengenge sore
disindeni nawangsari
diugemi wangi melati
kau musti percaya bahwa pencipta
akan mengubah cinta
lewat legit puji kenduri sakti
dan mayang ini:
manjing lakumu, kekasih
di tiap hidup ini
langgeng lakumu, kekasih
di tiap mati ini
Banjarnegara, 2020
Baca Juga
Amaya
pada kebasahan halaman rumahmu
hitunglah berapa butir air mataku yang pecah
lantaran kau tak berkenan memungut
satu persatu cuaca
sisa rintik waktu menyelinap di daun-daun
ditalang pada anyam sarang laba-laba
hatimu yang tak lagi mendung
telah percaya pada kepulangan cahaya
menuju muasal
nyala cinta yang setia
mengurupi waktu sujud
langit penuh rahasia
padahal riwayat nuzul
tiada mungkin tertunda
sebuah peristiwa
mantra dingin semakin sakti
mengabulkan bau basah hujan
sebab jalan menuju rumahmu
tiada tabah menghantarkan pulang
kau menaksir badai dan deras kematian
sebelum membasuh luka
pada genang bibir yang alpa
kau cium meski terlanjur lupa
pada hari paling papa
Purwokerto, 2019
Pelukis Wajah Langit
– Ferdi Albahar –
telah kupaparkan wajah menghadap semesta
untuk kau lukiskan kesementaraan
kau guratkan catatan hidup
dari segala penjuru jari-jarimu
aku menatapmu seperti nyalangnya
sebatang pena memandang bentang lembaran kenyataan
sudah kau mengerti letak wajahku tanpa warna
merupa-rupa awan merubah diri mencari carik kilauan
apa yang kau lukiskan bersama rahasiamu
akan kucari tahu, tetapi periksalah kembali seluruh gambarmu
barangkali ada yang keliru di sebalik warna-warna kelabu
termasuk wajahku, wajahmu, wajah langit yang begitu membiru
Purwokerto, 2018
Tentang Penulis: Bagus Likurnianto, lahir di Banjarnegara, 9 Januari 1999. Beralamatkan di Dukuh Taman Sari, Kelurahan Parakancanggah, RT 04/I Banjarnegara. Masih berstatus mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam di IAIN Purwokerto. Aktif berkegiatan di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Sedikit puisinya pernah dimuat Koran Tempo, Media Indonesia, Basabasi.co, dan lain-lain.